Menikah dengan Mantan

WARNING!!! JANGAN BACA SEBELUM GANTI JUDUL



WARNING!!! JANGAN BACA SEBELUM GANTI JUDUL

0HAPPY READING GUYS….     
0

"Sekali lagi, maskasih ya dok, sudah menolong saya."     

"Udah enggak usah banyak bilang makasih, udah kayak lebaran aja," ucap Lintang seraya terkekeh.     

Qia pun hanya tersenyum. Sebenarnya Qia saat ini tidak nyaman dengan kehadiran Lintang. Pertama karena Kenan yang tidak menyukai Lintang dan sekarang ia pun menyadari jika Lintang menyukainya. Ia tidak nyaman berada di dekat orang yang menyukainya tetapi dirinya tidak menyukai orAng tersebut.     

"Apa kamu membutuhkan sesuatu? Aku bisa bantu kalau kamu mau," tanya Lintang yang tidak lupa tersenyum manis.     

"Enggak perlu, aku hanya ingin beristirahat saja."     

"Hum, baiklah. Beristirahatlah, aku akan menemani kamu sampai suamimu datang. Siapa tahu kan, kamu butuh bantuan dadaka," ucap Lintang yang begitu bangga. Ia merasa kemarin seperti sedang menjadi pahlawan untuk Qia.     

Lintang pun membantu menurunkan tempat tidur Qia agar Qia bisa tidur dengan nyaman. Qia memejamkan matanya dan Lintang pun menyelimuti tubuh Qia hingga sebatas bahunya. Qia sudah memejamkam matanya tetapi ia sama sekali tidak bisa tertidur. Ia tidak nyaman jika tidur di perhatikan seperti ini. Ia pun kemudian memunggungi Lintang dan menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Jarun infuse sedikit tertarik membuat tangannya sedikit sakit. Ia pun menyibak selimutnya kemudian mengeluarkan tangannya yang di infuse.     

Qia kembali memejamkan matany, sayangnya ia masih merasa tidak nyaman dengan Lintang yang ada di ruangannya. "Dokter, maaf. Saya mau istirahat, apa bisa dokter keluar dari sini?" tanya Qia seraya menolehkan kepalanya menatap Lintang.     

"Saya hanya ingin memastikan kamu sudah baik-baik saja. Jadi, tidurlah. Saya tidak akan membuat keributan yang membuat kamu terbangun.     

Qia tidak mau berdebat panjang lagi ia pun berusaha memejamkan matanya dan tertidur. Kepalanya kembali terasa sakit ketika pikirannya menjadi tegang.Qia masih berusaha tidur, dan ia berharap Kenan segera kembali dari membeli makan siang. Padahal ia bisa memesan makanan online, tetapi ia tidak tahu ingin makan apa. Itu sebabnya ia pun ke luar untuk mencari makan siang. Qia yang sibuk dengan segala pemikirannya tanpa sadar akhirnya ia jatuh tertidur. Lintang yang merasa Qia sudah tertidur pun membenarkan posisi tidur Qia secara hati-hati. Qia sedikit terusik, tetapi ia tidak bangun sama sekali.     

Ia merapihkan selimut Qia dan menyelimuti Qia hingga sebatas dadanya. Baru juga ia menegakkan tubuhnya, "Menjauh dari istri gua!" tegas Kenan dengan suara penuh penekanan dan sedikit meninggi.     

Qia pun tersentak kaget mendengarnya membuat ia pun langsung membuka matanya dan menoleh ke arah sumber suara. Kenan berjalan cepat ke arah Lintang yang hanya berdiri diam seraya menatap Kenan. Qia tidak bisa melihat Kenan yang wajahnya sudah sangat marah karena tertutup oleh tubuh Lintang yang memunggunginya. Tanpa bsa-basi, Kenan langsung menarik kerah kemeja Lintang dan menatap marah pada Lintang. "Udah gua peringatin ke lo, untuk jauh-jauh dari istri gua. Atau lo mau gua buat karir lo hancur, hah!" marah Kenan.     

"Kak, Ken," panggil Qia membuat Kenan dengan kasar mendorong tubuh Lintang ke sebelah kiri agar menjauh dari hadapannya.     

Kenan segera mendekat ke ranjang tidur Qia kemudian ia pun duduk di pinggir ranjang. "Jangan marah, Dokter Lintang tadi hanya mampir sebentar kak. Dia mungkin hanya mengecek saja ke adaan ku. Walau dia bukan dokter yang bertanggung jawab, tetap saja ia seroang dokter yang pasti khawatir dengan pasiennya yang kemarin bisa saja hampir—" Kenan segera menghentikan ucapan Qia dengan meletakkan telunjukkan di bibir Qia.     

"Jangan ngomongin hal yang enggak baik, lebih baik sekarnag kamu tidur ya," ucap Kenan dengan suara lembutnya.     

"Kakak bisa tidur di samping Qia enggak? Qia mau di peluk kakak, sambil di pijetin kepalanya kayak kemarin.     

"Hum," jawab Kenan seraya menganggukkan kepalanya kemudian ia meletakkan plastic berisi makanan yang tadi ia bawa ke atas nakas yang terdapat tepat di samping temoat tidur Qia.     

Qia sedikit memiringkan tubuhnya agar ia bisa melihat Lintang yang berdiri di belakang tubuh Kenan. "Dokter, maaf. Saya ingin beristirahat, suami saya juga sudah datang. Apakah bisa—"     

"Baiklah, saya ke luar. Kamu jangan lupa makan, minum obat dan istirahat supaya kondisi kamu pulih. Ingat kan, apa kata dokter Alam padamu?" tanya Lintang begitu lembut seraya tersenyum.     

"Iya, dok. Terimakasih, sudah diingatkan. Tapi anda tidak perlu melakukannya karena ada saya bersama istri saya. Semua akan baik-baik saja!" sinis Kenan seraya menatap Lintang. Qia yang mendengar ucapan peperangan dari Kenan pun mendudukkan dirinya dan tangannya terulur memeluk leher Kenan.     

Lintang tersenyum miring, "Kalau selama anda baik-baik saja, tidak mungkin istri anda kemarin hampir meninggal," ucap Lintang dengan nada mengejek.     

"Sialan!" maki Kenan dan akan berdiri. Namun sayangnya ia tidak bisa berdiri, karena Qia sedang mengalungkan tangannya erat di leher Kenan mungkin Kenan sudah akan bangun dan menghajar Lintang.     

"Kepala Qia sakit banget kak, jangan berantem ya," ucap Qia denagn suara lembutnya.     

Kenan langsung memejamkan matanya berusaha meredahkan emosinya. "Ck! Suami takut istri!" cibir Lintang.     

Tidak tahan dengan ucapan Lintang, Kenan pun dengan kasar melepaskan pegangan tangan Qia yang sulit untuk di lepaskan. "Kepala Qia beneran sakit kak," lirih Qia dan ia menundukkan kepalanya. Ia pun mulai terisak dengan suara pelan.     

Kenan pun memeluk tubuh Qia dan ia hanya menepuk-nepuk pelan pundak Qia. Saat ini Qia sedang sakit, ia tidak mungkin mengeluarkan kata-kata sinis pada Qia jika ia sedang cengeng seperti ini.     

"Bobo, yuk," ucap Kenan dengan suara lembutnya.     

Qia pun menganggukkan kepalanya kemudian ia mengurai pelukannya kemudian merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia pun menggeser tubuhnya lebih ke pinggir. Kenan pun naik ke atas tempat tidur dan tidur di sebelah kiri Qia karena tangan yang di infuse sebelah kanan. Ia kemudian menyelipkan tangannya ke leher Qia agar kepala Qia ada di atas lengannya. Qia pun menghadapkan wajahnya ke dada bidang suaminya itu. Tangan Qia menarik satu tangan Kenan yang terbebas dan mengarahkannya ke kepala nya yang terasa sakit. Setelah itu dengan nyaman ia mulai memejamkan matanya. Tidak peduli dengan jika di ruangan itu masih ada Lintang. Ia hanya ingin membuat Lintang sadar jika ia sudah memiliki Kenan yang lebih nyaman untuknya bersandar.     

Kenan pun mulai memijat kepala Qia dengan pelan. Ia tidak berani memijit lebih keras karena di takutkan malah salah pijat. Lintang pun yang merasa menjadi obat nyamuk segera ke luar dari ruangan Qia. Ia berjalan cepat ke luar dari ruang rawat Qia. Setelah Lintang ke luar, Qia menjauhkan wajahnya dari dada bidang sang sumi. "Makan siang dulu, kak," ucap Qia menatap wajah Qia.     

"Kamu tidur dulu, nanti aku baru makan."     

"Nanti kakak ikutan sakit kalau telat makan. Ingat loh, kakak kan punya typus. Makan gih, aku bisa tidur kok," ucap Qia seraya tersenyum.     

"Qi!" panggil Kenan dengan nada peringat.     

"Kakak," ucap Qia seraya mengerakkan kepalanya kekanan dan kekiri kemudian ia mengerjap-ngerjapkan matanya agar terlihat lucu.     

"Ih, gemes deh," ucap Qia dengan suara seperti anaka kecil dan tatapan mata puppy eyesnya.     

Qia kini memegng kedua pipinya dan matanya di kerjap-kerjap kan supaya lucu. "Aku bukan Nathan yang akan luluh sama tatapan mata seperti itu," ucap Kenana menatap malas pada Qi.     

"Kalena kakak tuami atu, dadinya endak atan lutu,(Karena kakak suamu aku, jadinya enggak akan lucu)" ucap Qia seperti anak kecil sambil menekn kedua pipinya.     

"Ya udah kamu tidur, aku makan," putus Kenan karena tidak betah jika Qia memakai cara bicara anak kecil seperti itu.     

"Nah, ditu dong,(Nah, gitu dong)," ucapnya seraya tersenyum senang.     

Kenan turun dari tempat tidur emudia ia mengambil plastic di atas nakas sebeleh tempat tidur Qia kemudian ia menarik kursi yang terletak di smping tempat tidur. Qia sendiri sudah memposisikan dirinya dengan benar dan ia mulai memejamkan matanya dengan posisi tubuh miring kekiri memunggungi Kenan. Tangannya yang di infuse itu ia agak tarik ke belakang tubuhnya sehingga bahu kanan Qia tertarik kebelakang.Ia pun memejamkan matanya dan perlahan ia mulai masuk ke alam mimpinya.     

Sekitar lima hari berlalu Qia akhirnya sudah diizinkn pulang ke rumah. Keadaan Qia sudah sehat, semuanya sudah dalam ke adaan normal. Namun, mungkin karena kemarin Hemogobliknya sempat turun akhirnya ia merasa berdiri di atas kapal. Dimana tubuhnya tidak bisa berdiri tegap. Tubuhnya seperti terombang ambing ketika ia berjalan. Qia pulang menaiki motor, Keadaan Qia yang masih belum baik-baik benar membuat Kenan pun memilih menaiki motor agar bisa cepat sampai ke appartement, selain itu juga supaya trauma Qia tidak kambuh. Sekitar empat puuh lima menit, akhirnya motor mereka sampai juga di halama appartement. Qia turun dari motor. Kepalanya seperti berputar tetapi ia masih bisa berdiri tegap.     

Mereka masuk ke dalam appartement dengan berjalan bersebelahan. Tidak banyak pembicaraan di antara mereka ketika berjalan ke unit appartement mereka. Sampai di appartement Qia pun langsung merebahkan kepalanya ke atas sofa karena ia ia sudah tidak tahan berdiri berlama-lama berdiri. Kenan pergi ke kamar untuk meletakkan cucuian kotor ke dalam ranjang pakaian kotor. Setelah itu, ia pun ke ruang televisi menghampiri Qia yang merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang. "Apa pusing lagi kepala kamu?" tanya Kenan penuh perhatian.     

"Enggak kak, cuam emang masih belum bisa jalan lama-lama. Rasanya sekarang mual dan kepala terasa seperti sedang di kapal," jawab Qia tanpa menoleh ke arah Kenan sama sekali.     

"Mau aku buatin minum?"     

"Boleh kak, kalau enggak ngerepotin kakak," ucap Qia masih tidak menatap Kenan.     

"Mau di buatin apa? Teh hangat enggak manis?" tanya Kenan menatao Qia yang masih memejamkan matanya di atas sofa.     

"Iya," jawab Kenan singkat. Kenan pun langsung berdiri dari duduknya dan berjalan ke dapur untuk membuatkan minum untuk Qia dan juga dirinya.     

TBC…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.