Menikah dengan Mantan

Bab 47



Bab 47

0Raka tersadar dari lamunannya ketika pintu ruangan Kenan di tutup dengan keras. Raka kemudian menatap Carla yang wajahnya terlihat sangat frustasi. Ia tadi kekeh tidak mengizinkan Kenan menikah dengan seorang OG. Anak lelaki satu-satunya yang tampan, pintar dan juga tegas itu tidak pantas bersanding dengan seorang OG. Apa kata teman-teman sosialitanya jika tahu anaknya yang sering ia elu-elukan di depan teman-temannya menikah dengan seorang OG. Ia akan melakukan segala cara agar Kenan tidak bisa menikah dengan Qia.     
0

"Apa kamu lihat-lihat?" tanya Carla dengan ketus ketika melihat Raka yang sedang menatapnya.     

Carla pun berjalan ke luar dari ruangan Kenan, Raka pun segera mengejar Kenan ketika sadar jika Kenan sudah pergi. Ia bahkan mendahului Carla yang akan melangkah keluar ruangan.     

"Dasar banci kurang ajar!" maki Carla karena Raka menyerobot keluar terlebih dahulu.     

Raka menekan tombol lift dengan tidak sabaran. Lift pun akhirnya terbuka, ia segera masuk ke dalam dan menekan tombol untuk menuju loby perusahaan.     

"Hei, tung—" ucapan Carla terhenti ketika lift sudah tertutup sempurna.     

"Banci sialan!" teriak Carla kesal karena Raka tidak menunggunya sama sekali.     

Sampai di loby, Raka pun segera berlari keluar gedung perusahaan. Ia bertanya pada satpam yang berjaga di pintu masuk kemana Kenan pergi. Mereka pun menjawab jika Kenan berada di ruangannya.     

"Jangan bohong kamu!" marah Raka.     

"Maaf, pak. Tapi saya tidak bohong. Dari tadi pak Kenan sama sekali tidak lewat, jadi dia pasti berada di ruangannya" ucap satpam itu takut-takut melihat wajah marah Raka.     

"Ah, sial! kemana dia?" tanyanya entah pada siapa.     

Raka kemudian berbalik dan tanpa sengaja malah menabrak seorang wanita yang akan masuk ke gedung. Dengan sigap satu tangannya langsung memegang pergelangan tangan wanita itu dan satunya lagi menopang bagian punggung wanita itu. Bayangkan adegan slomotion, itulah yang terjadi saat ini.     

Raka terdiam menatap wanita di depannya ini begitupun dengan wanita itu yang tidak lain adalah Flora yang baru saja sampai di perusahaan setelah ia makan siang tadi bersama Mawar. Raka segera tersadar jika dirinya harus segera mencari Kenan. Ia pun segera membantu Flora berdiri dengan tegap.     

"Maaf, pak," ucap Flora sedikit membungkukkan tubuhnya karena merasa tidak enak sudah menabrak Raka. Tetapi di lain sisi ia merasa sangat bahagia bisa berpegangan tangan secara langsung dengan Raka.     

"Ya," jawab Raka singkat. Setelah berkata seperti itu, Raka pun segera pergi meninggalkan Flora untuk mencari Kenan.     

Raka berlari kesana kemari untuk mencari Kenan, tetapi ia belum juga menemuinya. Beberapa karyawati yang ia temui juga sudah ia tanya tetapi tidak ada yang melihat Kenan. Ditempat lain, tepatnya di gudang penyimpanan alat-alat kebersihan, kini Kenan sedang menghimpit tubuh Qia ke dinding seraya membekap mulut Qia.     

Qia memukul-mukul lengan Kenan tetapi Kenan tidak mau melepaskannya. "Jangan berteriak," ucap Kenan menatap tepat di bola mata Qia. Qia pun akhirnya menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan.     

Kenan pun melepaskan bekapannya kemudian melangkah mundur dari tubuh Qia. "Bapak mau bunuh saya?" tanya Qia kesal setelah ia sudah bisa bernafas lebih baik.     

Bukannya menjawab Kenan hanya diam kemudian ia menyandarkan tubuhnya ke dinding yang ada di belakang tubuhnya. "Pak, Kenan," panggil Qia sedikit khawatir karena Kenan hanya terdiam.     

Kenan hanya diam tidak menjawab, ia sedang memikirkan apa yang baru saja terjadi. Ini kali pertamanya ia berkata seperti itu pada mamanya. Berbicara dengan nada tinggi dan meluapkan isi hatinya yang selama ini ia pendam.     

Tadi Carla kekeh dengan pendiriannya hingga ia pun meninggikan suaranya untuk mengehentikan ucapan Mamanya. Carla sempat terdiam dengan bentakannya tetapi setelah itu Carla kembali berkata.     

"Suka enggak suka kamu akan menikah dengan Chika, karena mama sudah meminta Chika pada kedua orang tuanya untuk mengizinkan Chika menikah dengan kamu!" tegas Carla dengan sorot mata tajamnya.     

"Apa mama tuli?" tanya Kenan dengan tatapan mata yang tidak kalah tajamnya.     

"Terserah kamu, pokoknya kamu akan menikah dengan Chika, titik!" tegas Carla.     

"Jangan usik kehidupanku, terserah aku akan menikah dengan siapa. Ini hidupku bukan hidup kamu!" teriak Kenan kesal sambil menunjuk wajah Carla. Ia benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya saat ini. Rasanya emosinya sudah di ujung kepala sehingga ia sudah tidak bisa lagi merendahkan suaranya.     

Carla menepis tanga Kenan, "Apa ini yang udah wanita rendahan itu ajarkan ke kamu. Aku ibu yang sudah melahirkanmu, bisa-bisanya kamu tidak sopan begini, hah!" marah Carla.     

"Saya tahu dan sangat-sangat tahu jika anda adalah wanita yang pernah melahirkan saya. Tapi, saya tidak pernah meminta anda untuk melahirkan saya ke dunia sialan ini!" marah Kenan.     

"Seharusnya kamu membunuh saya sejak dalam rahim kamu! Karena untuk apa saya di lahirkan jika kamu saja tidak pernah merawat saya!" marah Kenan kembali yang emosinya sudah berapi-api.     

"Jika kamu saja tidak pernah merawat saya, kenapa sekarang kamu ingin saya menuruti maumu? Kamu sama sekali tidak ada kewenangan untuk memaksa saya menuruti maumu!" tegas Kenan dan Carla pun masih terdiam."Sekarang anda lebih baik keluar dari ruangan ini, karena saya muak melihat wajah anda yang terlihat tidak pernah merasa bersalah sedikitpun!" tegas Kenan sambil menunjuk pintu keluar.     

"Wanita rendahan itu pasti sudah mencuci otak kamu sehingga kamu berkata tidak sopan pada ibumu. Sebelum mengenalnya kamu tidak pernah seperti ini, tapi ini kamu bisa-bisanya berkata tidak sopan pada ibumu sendiri?" tanya Carla tidak percaya pada putranya.     

"Karena gua udah muak sama lo!"     

Wow.. Daebak, langsung up tiga. wkwkkw     

Happy Reading....     

"Kenan!" marah Carla dengan wajah memerahnya kemudian satu tamparan keras itu mendarat tepat di wajah Kenan hingga ia menolehkan kepalanya.     

Carla terdiam atas apa yang baru saja ia lakukan pada putranya. Kenan menolehkan kepalanya untuk menatap Carla. Ia tersenyum miring menatap Mamanya. "Ini yang gua mau dari dulu, sebuah tamparan keras untuk menyadarkan gua kalau lo itu enggak pantas di anggap Mama!" ucap Kenan dengan suara begitu dingin dan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan.     

"Anda lebih baik keluar dari ruangan saya. Oh, atau saya saja yang keluar karena sebenarnya pemilik ruangan ini anda. Anda kan penerus sesungguhnya dari perusahaan IKI Furniture, bukan saya," ucap Kenan dengan suara dinginnya. Carla hanya diam tidak berbicara, Kenan pun akhirnya keluar dari ruangannya dan menutup pintunya dengan kasar.     

Qia berdiri dengan kedua lututnya menyentuh lantai, kemudian ia pun menarik kepala Kenan untuk bersadar ke tubuhnya. Qia menepuk-nepuk pelan pundak Kenan untuk memberikannya ketenangan. Sikap Kenan yang hanya diam saja ketika di tanya menandakan jika Kenan sedang tidak baik-baik saja.     

Semasa SMA dulu Kenan pun seperti ini, jika tiba-tiba Kenan bertindak kasar dengan menariknya ke pojokan sekolah yang tidak dilalui banyak orang. Kenan akan terdiam saja ketika di tanya oleh Qia kenapa dia membawanya kesana dan hal itu membuat Qia sudah pasti akan panik di buatnya.     

Namun sebelum Qia semakin panik tiba-tiba saja Kenan akan memeluknya cukup lama.Walau awalanya terkejut dan mencoba melepaaskan pelukannya, akhirnya Qia pun hanya diam dan perlahan tangannya akan bergerak untuk menepuk pundak Kenan memberikan ketenagan.     

TBC... wi waw, wi waw... Yuks ramaikan Koment, Love dan Power Stonenya ya guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.