Menikah dengan Mantan

Bab 43



Bab 43

0Yey... up lagi..     
0

Part ini akan membuat kalian bingung dan bertanya" wkwkwkwk...     

Happy Reading...     

Flora Saka Aruna wanita berusia 30 tahun yang memiliki tinggi badan 168 sentimeter, tubuhnya langsing, ukuran bh-nya 34D, warna kulitnya kuning langsat, bola matanya coklat cerah, bibirnya tipis. Walau memiliki tubuh yang cukup ideal tetapi sampai detik ini Flora masih belum menikah. Tentu saja semua karena orang tuanya terutama ibunya yang pilih-pilih terhadap pria yang mendekatinya ataupun berpacaran dengannya.     

Ibunya selalu saja menolak pria yang ia kenalkan. Bahkan hanya karena pria itu tidak berpendidikan sama dengan putrinya padahal masalah financial pria itu mencukupi pun Ibunya tetap menolak. Flora pun akhirnya sampai di usia sudah menyentuh kepala tiga ini dia belum juga menikah karena penolakan terus-terusan ibunya.     

Suatu hari ia pergi ke swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan bersama ibunya. Tanpa di sengaja ia bertemu dengan Raka dan Kenan yang juga sedang berbelanja di swalayan. Flora pun mengenalkan ibunya pada Raka juga Kenan kemudian setelah Kenan dan Raka berlalu menjauh dari mereka, ibunya berkata. "Nah, kamu itu kalau cari calon suami seperti bosmu. Udah tampan, dia juga pintar menghasilkan uang. Jangan hanya pintar tapi kerjaan biasa, wajah tampan tapi enggak pintar. Kamu itu cantik, pintar dan pekerjaanmu bagus, masa cari calon suami yang sepadan dengan kamu saja enggak bisa?" tanya ibunya yang seperti sebuah cibiran.     

Dan dari sanalah awal mulanya Flora akhirnya memutuskan untuk menaklukan Raka atau Kenan. Ia sudah pusing di komplain terus-terusan oleh ibunya. Tidak peduli jika umur Raka dan Kenan ada di bawahnya, yang terpenting ibunya tidak akan komplain lagi ketika dirinya membawa calon. Ibunya memanglah seorang ibu rumah tangga, tetapi ia memiliki pindidikan sekolah yang tinggi. Ia lulusan S2 di salah satu universitas negri di Jakarta begitu pula dengan ayahnya yang saat ini menjabat sebagai kepala dinas pendidikan kota Jakarta.     

Sedari kecil Flora di tuntut menjadi anak yang cantik juga pintar dalam segala hal. Semua karena ibunya yang menuntut kesempurnaan pada anak-anaknya. Bukan hanya Flora, tetapi kedua adiknya juga di tuntut dengan hal yang sama. Adiknya yang paling kecil saat ini masih duduk di kelas tiga SMP terkadang menangis di pelukannya ketika ibunya memarahinya hanya karena tidak mendapatkan nilai di atas kkm yang ibunya berikan. Standar nilai yang ibunya berikan yaitu 9,00 jika di bawah itu maka bersiap-siaplah mendapatkan ceramahan dari ibunya.     

Ayah dan Ibunya itu bukanlah dari keluarga kaya, mereka menikah setelah lulus sekolah. Tetapi mereka berdua memiliki mimpi yang sama. Mereka berdua pintar hingga sekolahpun mendapatkan beasiswa. Ayah dan Ibunya menikah muda alasannya tidak ingin nantinya mereka terpeleset, karena beberapa temannya yang berpacaran terpeleset hingga hamil dan membuat mereka malu sendiri. Mereka juga banyak yang berhenti sekolah tidak melanjutkan pendidikannya.     

Namun, cerita yang di katakan kedua orang tuanya ternyata tidak benar. Namanya bangkai tidak bisa di tutupi lama-lama. Akhirnya Flora pun tahu tentang kebenaran orang tuanya yang menikah karena ibunya hamil duluan. Setelah Ibunya melahirkan anak pertamanya, Ibu dan Ayahnya menitipkan anaknya ke panti asuhan.     

Sungguh Flora tidak menyangka jika orang tuanya setega itu pada anak kandung mereka. Di balik kesempurnaan yang mereka tuntut pada anak-anaknya dan juga orang-orang di luar sana nyatanya mereka menyembunyika fakta yang besar. Anak yang di titipkan di panti asuhan itu sama sekali tidak pernah di ambil oleh Ibu dan Ayahnya. Hanya Saja setiap bulan Ibu dan Ayahnya transfer ke panti asuhan dimana anaknya itu tinggal.     

Flora menyesalkan sikap kedua orang tuanya. Seharusnya walaupun mereka mungkin malu dengan aib anak di luar nikah, tetapi anak tidaklah memiliki kesalahan apapun. Yang salah adalah kedua orang tuanya, kenapa ia begitu tega dengan anak kandungnya sendiri. Jika dia malu, seharusnya mereka tidak melakukan hal yang tidak semestinya bukan. Kenapa anak yang malah menjadi pelampiasannya.     

Awal mula ia mengetahui jika ia memiliki seorang kakak sekitar tiga tahun yang lalu. Saat itu keluarganya dan beberapa anggota dinas sedang menyambangi panti asuhan itu. Karena memang biasanya enam bulan sekali orang tuanya dan beberapa anggota dinas memberikan bantuan biaya di panti asuhan. Ia dan kedua adiknya pun sering ikut ke panti asuhan, alasannya supaya terlihat hubungan keluarga mereka itu harmonis.     

Semua orang saat itu sedang berkumpul di taman belakang panti asuhan, tetapi tiba-tiba saja ia ingin pergi ke toilet. Flora pun mencari toiletnya hingga tidak sengaja ia melewati ruangan dimana orang tua dan pengurus panti sedang berada di dalamnya.     

"Apa sampai sekarang Janu masih belum mau menikah?" tanya Herman--papa Flora.     

"Belum, pak. Saya sendiri sudah sering memintanya untuk menikah, tetapi dirinya masih belum mau menikah. Katanya ia masih ingin membantu saya mengurus panti."     

"Apa yang sudah ibu katakan pada anak saya? Kenapa ia kekeh tidak mau menikah dan ingin mengurus panti ini?" tanya Lorensia--Mama Flora.     

Flora membulatkan matanya kemudian menutup mulutnya dangan kedua tangannya. Ia terkejut dengan pernyataan mamanya. Anak saya, lalu jika mamanya memiliki anak lain dirinya bukan anak pertama? atau mungkin dirinya bukan anak kandung Mamanya.     

"Saya sudah sering menasehati Janu, tapi dia hanya masa bodo dengan perkataan saya. Katanya Ibu tidak perlu khawatir nanti juga saya menikah kalau sudah ketemu jodohnya," ucap Bu Sami menjelaskan perihal Januari Putra atau yang di panggil Janu.     

Herman dan Lorensia memang meminta Ibu panti merahasiakan tentang siapa mereka pada Janu. Mereka hanya berkata jika mereka akan mengirimkan uang bulanan untuk Janu. Herman dan Lorensia juga sebelumnya sudah pernah mengatakan jika ada orang tua yang mau mengadopsi Janu maka tidak apa-apa. Itu lebih baik untuk Janu, karena mereka saat itu kondisinya masih sulit.     

Perlahan kehidupan Herman dan Lorensia membaik terutrama ketika Flora lahir. Jarak usia Flora dan Janu hanya tiga tahu. Uang yang dikirimkan Herman dan Lorensia cukup untuk biaya kebutuhan Janu. Mereka tidak pilih kasih, tidak seperti yang di pikirkan oleh Flora. Mereka berdua mengirimkan uang kuliah pada Janu, Bahkan mereka berdua memberikan uang untuk Janu kuliah, sayangnya Janu malah tidak mau kuliah. Dia bilang ia malas kuliah karena sudah jenuh belajar. Uang yang di siapkan untuk kuliah malah di pergunakan untuk biaya anak-anak panti.     

Herman dan Lorensia tidak bisa apa-apa. Mereka tidak mungkin memaksa Janu untuk kuliah, karena Janu tidak mengenal mereka. Mereka tidak memilki hak untuk mengatur kehidupan Janu. Namun, mereka sendiri egois tidak mau membawa Janu ke dalam kehidupan mereka. Mereka ingin Janu menjadi orang sukses tetapi mereka sendiri hanya diam tanpa mau memberi nasehat pada Janu.     

TBC...     

Yeyeye... banyakin Koment, Love, Power Stonenya ya guys... BTW ada apa nih, kenapa keluarga Floramasuk cerita. Apa Flora akan masuk ke dalam cerita dan menjadi penghalang hubungan Kenan, Qia dan Raka? Wkwkwk...     

`     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.