Menikah dengan Mantan

Bab 36



Bab 36

0:partying_face::partying_face::partying_face::partying_face: Happy New Years Semuanya....     
0

DO'A NYA SEMOGA PEMBACA CERITA MENIKAH DENGAN MANTAN INI TAMBAH BANYAK REJEKINYA, AMIN. DO'A TERBAIK UNTUK KALIAN SEMUA DARI AKU UNTUK PEMBACA CERITA INI. :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     

MULAI HARI INI CERITA KENAN, QIA DAN RAKA AKAN TAYANG SETIAP HARI, JADI PANTENGIN TERUS YA SEMUA.. INSYAALLAH AKHIR BULAN AKAN GIVE AWAY UNTUK PAR PEMBACA. PANTENGIN AJA INFO YA DI IG KU YA... ALAMAT IGNYA CEK PROFIL BIOKU YA... :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     

Qia ya Qia, ia menunggu Sakura di depan lift untuk meminta izin bekerja hari ini. Baginya Kenan bukanlah siap-siapanya lagi. Masalah kemarin ia yang meng-iyakan jika dirinya masih menjadi kekasih Kenan itu hanya supaya ia bisa terlepas dari Kenan. "Bu Sakura," panggilnya ketika Sakura sudah berdiri di depan lift.     

"Apa?" tanya Sakura begitu ketus.     

"Apa saya boleh bekerja sekarang saja?"     

"Terserah kamu!" jawabnya ketus.     

Ia pun berjalan masuk ke lift yang terbuka, Qia pun akan masuk tetapi Sakura menahannya. "Sebagai hukuman kamu tidak bekerja, kamu lewat tangga darurat!" tegas Sakura begitu dingin.     

"Baik, bu," jawab Qia seraya menundukkan kepalanya.     

Pintu lift tertutup kemudian ia pun menegakkan tubuhnya. Qia menatap pintu masuk ke ruangan Kenan, "Kak Kenan rese!" teriaknya kesal.     

Qia kemudia berjalan ke arah tangga darurat dan menuruninya untuk menuju ruang pantry. Sampai di ruang pantry di sana ada Bu Ari yang berusia 40 tahun lebih, ada Sisilia berusia 20 tahun, Mawar yang seumuran dengan Qia. "Qia?" tanya bu Ari yang terkejut dengan kehadiran Qia.     

"Iya, bu," jawab Qia seraya tersenyum kemudian ia mencium punggung tangan bu Ari.     

"Mbak Qia kemana aja mbak?" tanya Sisilia dengan wajah senangnya.     

Qia tersenyum, "Aku habis sakit, jadi ngilang gitu aja."     

"Ya, Allah. Kamu sakit apa Qia?" tanya Bu Ari khawatir.     

"Enggak bisa di jelaskan bu, sakitnya. Oh, iya ada baju ti—"     

"Ini, bajumu!" ucap Sakura dengan ketus memotong ucapan Qia sambil melemparkan pakaian pada Qia.     

"Jangan membuat masalah di hari pertama kamu bekerja!" peringat Sakura dengan nada tegas.     

"Baik, bu," jawab Qia sambil menundukkan kepalanya.     

"Lo kok, bisa bekerja kembali di sini. Bukannya lo udah di gantiin sama anak baru, ya?" tanya Mawar dengan nada tidak suka. Ia merasa tersaingi dengan kehadiran Qia. Apalagi ketika ia mendengar Qia yang bisa berinteraksi langsung dengan petinggi di perusahaan ini.     

Dirinya saja yang sudah bekerja sekitar lima tahun tidak pernah berinteraksi dengan petinggi di sini. Andai ke ruangan bos pun hanya untuk membersihkan ruangan juga mengantarkan minuman saja. Namun, Qia yang anak baru bisa berinteraksi langsung dengan bos di sini. Mawar merasa tersaingi, apalagi ia OG yang cukup cantik membuat beberapa karyawan dibagian produksi dan design terpesona padanya.     

"Aku mau ganti baju dulu," ucap Qia tanpa menjawab pertanyaan Mawar. Qia pun pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya.     

"Pasti dia ada main dengan orang dalam," ucap Mawar dengan nada sirik kemudian ia berjalan pergi dari ruang pantry untuk melakukan pekerjaan lainnya.     

"Dasar mak lampir!" umpat Sisilia ketika Mawar sudah ke luar dari pantry.     

"Hush, enggak boleh begitu," ucap bu Ari menasehati.     

"Habisnya ngeselin, bu. Jadi orang, kok, julit banget. Memangnya yang butuh kerja itu cuma dia, apa?" tanya Sisilia dengan nada kesal.     

"Udah-udah, lebih baik kamu mulai melakukan pekerjaanmu," ucap Bu Ari dengan nada lembut.     

"Iya, bu," jawab Sisilia dengan kesal. Ia pun keluar dari pantry dan melakukan pekerjaannya.     

Mereka semua berangkat pagi, hanya beberapa tempat lagi yang harus mereka bereskan. Tadi mereka berkumpul di pantry untuk mengambil minum karena haus setelah melakukan tugas pagi mereka.     

Qia sudah kembali ke pantry dengan pakaiannya. "Yang lainnya pada bekerja lagi bu?" tanya Qia sambil berjalan masuk.     

"Iya."     

"Ada pekerjaan yang harus Qia lakukan lagi enggak bu."     

"Belum ada."     

Qia meletakkan tasnya di laci meja pantry yang masih kosong kemudian ia menarik kursi di depan meja yang sedang diduduki bu Ari. "Gimana bu, kabar ibu?"     

"Baik. Kamu sendiri apa sudah baikan?"     

"Ya, seperti yang ibu lihat."     

"Hum," Bu Ari hanya bergumam menjawab pertanyaan Qia.     

Qia pun pamit pergi untuk membantu pekerjaan lainnya yang belum selesai di kerjakan. Sekitar pukul 10 pagi ketika Qia akan pergi ke toilet, tiba-tiba telpon kantor berbunyi, Qia pun mengangkat panggilannya. Ia ternyata di suruh membuatkan dua gelas teh hangat dan di antarkan ke ruangan Kenan. Qia pun membuatkan minuman, tetapi ia meminta Mawar yang mengantarkannya alasannya karena ia buru-buru ingin ke toilet.     

Mawar pun dengan senang hati membawakan minuman itu ke ruangan Kenan. Setelah ia meletakkan minumannya ia pun berpamitan keluar ruangan. Ia tersenyum miring ketika menutup pintu ruangan Kenan. "Biar tahu rasa lo, Qia!" gumamnya dan ia pun berjalan dengan langkah penuh percaya diri.     

Ketika Qia sudah keluar dari pantry, Mawar menambahkan dua sendok makan garam ke dalam minuman yang di buat Qia. Ia sengaja melakukannya supaya Qia dinilai jelek, karena Qia yang membuat minumannya Bu Ari pun melihat Qia yang membuat minumnya. Ia benar-benar beruntung karena tadi bu Ari sedang pergi untuk membersihkan ruagan dan Qia pergi ke toilet.     

Mawar meletakkan kembali nampannya di rak piring, tidak lama sebuah panggilan masuk di telpon kantor terdengar. Mawar yang mengangkat telponnya dengan senyuman penuh arti. Setelah sambungan terputus Mawar menatap Qia yang baru saja masuk ke pantry. "Qia, lo di suruh ke ruangan bos," ucapnya ketus.     

"Ke ruangan bos, untuk apa?"     

"Mana gua tahu, Bu Flora cuma bilang yang buat minum suruh ke ruangan bos."     

"Mawar, enggak bisa kamu aja?" tanya Qia dengan wajah khawatir karena sebenarnya ia tadi berbohong pergi ke toilet untuk menghindari Kenan. Jika Kenan tau ia hari ini bekerja, sudah pasti Kenan akan marah.     

"Yang buat minum kan, elo! Bukan Gua!" ucap Mawar yang sedikit meninggikan suaranya.     

Tanpa berkata-kata lagi, Qia pun kembali ke luar dari pantry dan pergi ke ruangan Kenan. Ia malas berbicara lama-lama dengan orang seperti Mawar. Qia orang yang tidak suka dengan orang seperti Mawar. Dia selalu menghindari orang seperti itu, karena yang ada ia akan darah tinggi meladeni orang seperti itu.     

Qia berjalan menuju ruanga Kenan dengan hati yang cemas. Dalam hati ia berdo'a semoga Kenan tidak akan marah-marah padanya karena dirinya tetap nekat bekerja. Qia mengetuk pintu ruangan Kenan, setelah di suruh masuk Qia pun masuk dan berjalan sambil menundukkan kepalanya.     

Qia kini sudah berdiri di dekat single sofa yang di duduki oleh Kenan. "Apa kamu tidak bisa membuat teh?" tanya Kenan yang kemudian mengalihkan pandangannya menatap Qia dan dia di buat terkejut dengan siapa wanita yang saat ini ada di hadapannya.     

"Maaf, pak. Apa tehnya kurang manis atau kemanisan?" tanya Qia menatap Kenan.     

"Kenapa kamu di sini?" tanya Kenan ketika ia melihat wajah Qia dengan wajah terkejutnya.     

TBC...     

Yey.. akhirnya up lagi guys...     

Yuks, ramaikan Koment, Love dan Power Stonenya ya guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.