Menikah dengan Mantan

Bab 35



Bab 35

0Yey... up lagi guys...     
0

Happy Reading...     

Sampai di kantor Qia malah tertidur di lengan Kenan. Kenan masih menghidupkan mesin mobilnya dan sedikit menunduk melihat wajah damai Qia. Kebiasaan Qia yang tertidur di mobil ternyata masih belum berubah. Ia ingat ketika dulu ia pernah beberapa kali mengantar jemput Qia. Qia pasti akan tertidur tidak lama dari mobil yang mulai melaju. Satu tangannya yang tidak menjadi sandaran Qia merapihkan helaian rambut Qia yang menutupi wajahnya.     

Qia menggerang dan tidak lama ia pun membuka matanya. Qia terdiam beberapa saat ketika matanya bertubrukan dengan mata Kenan yang sedang menatapnya. Ketika ia sudah sadar sepenuhnya, Qia langsung menegakkan tubuhnya dan tanpa sengaja kepalanya malah terantuk dagu Kenan membuat Kenan mengaduh kesakitan.     

"Eh, pak. Bapak enggak apa-apa?" tanya Qia panik dengan wajah khawatirnya.     

Kenan memegangi dagunya dan menatap tajam Qia. Qia menelan salivanya kasar melihat tatapan tajam Kenan. "Apa aku hantu sampai kamu terkejut seperti itu?" tanya Kena kesal.     

"Maaf, pak. Saya hanya terkejut saja," jawab Qia merasa bersalah.     

Kenan mendengkus kesal, mendengar jawaban Qia. "Ya sudah, buruan turun!" kesal Kenan dan ia pun kini melepaskan seat beltnya. Qia pun melepaskan seat beltnya, ketika ia akan membuka pintu, ia pun menghentikannya. Kenan yang sudah berdiri di luar akan menutup pintu kini menudukkan kepalanya untuk melihat Qia yang hanya terdiam.     

"Kenapa diam? Buruan keluar!" ucap Kenan membuat Qia tersadar kemudian menolehkan kepalanya menatap Kenan.     

"Apa tidak apa-apa, pak. Saya keluar dari mobil bapak. Ini bisa jadi masalah jika para karyawan tahu," ucap Qia menatap Kenan.     

"Sudah, buruan turun. Saya masih banyak pekerjaan!" tegas Kenan dan langsung menutup pintu mobilnya.     

Ia kemudian membuka pintu belakang kemudi untuk mengambil tas kerjanya. Sambil menggigit bibir bawahnya Qia turun dari mobil. Kenan berjalan ke depan mobil setelah mengambil tasnya. Ia sudah berdiri di depan mobil kemudian menatap ke arah Qia yang menudukkan kepalanya sambil mengintip ke arah kantor. "Kamu ngapain? Ayo, masuk ke dalam!" tegas Kenan.     

"Bapak duluan saja," ucap Qia dengan matanya yang masih mengawasi di sekitarnya.     

Kenan memutar malas bola matanya melihat sikap Qia. Ia pun menghampiri Qia dan berdiri di hadapannya. "Bapak ngapain ke sini, sudah sana, bapak buruan masuk!" usir Qia seraya mendongak menatap Kenan.     

Tanpa berkata apa-apa, Kenan meraih pergelangan tangan Qia dan menariknya. "Pak, bapak mau apa?" tanya Qia panik.     

Kenan tidak menjawab ia hanya berjalan saja sambil terus menarik pergelangan tangan Qia. Qia berusaha melepaskan tangan Kenan, tetapi cengkraman tangan Kenan begitu kuat. "Pak, tolong lepaskan. Saya tidak mau ada gosip yang aneh-aneh."     

Kenan menghentikan langkahnya kemudian menatap Qia dengan tatapan tidak terbaca. "Kamu mau bekerja di sini atau tidak? Jika ia, maka turuti perkataanku!" tegas Kenan.     

"Baik, Pak. Tapi, bapak jalan duluan. Saya akan berjalan di belakang bapak."     

Tanpa berkata apapun Kenan berjalan terlebih dahulu, Qia pun mengikuti langkah Kenan dari belakang. Ketika mereka sampai di depan lift, Kenan menolehkan kepalanya ke belakang.     

"Kamu ikut ke ruangan saya. Nanti saya akan memanggil hrd."     

"Baik, pak," jawab Qia yang hanya menundukkan kepalanya. Beberapa karyawan yang sedang menunggu lift hanya terdiam mendengar perkataan Kenan. Pintu lift Kenan terbuka dan ia pun masuk ke dalam.     

Kenan mengernyitkan dahinya melihat Qia yang tidak beranjak sama sekali. "Kenapa diam, buruan masuk!" tegas Kenan sambil menekan tombol lift agar tetap terbuka.     

"Tapi, pak—" Qia menatap takut-takut. Bahkan dirinya kini sudah menatap beberapa karyawan yang juga menatapnya.     

"Apa perlu saya tarik masuk?" tanya Kenan dengan sorot mata tajamnya.     

Tanpa berkata apapun lagi Qia segera berlari masuk ke dalam lift. "Aduh, duh," ucap Qia membuat Kenan menoleh dan pintu lift tertutup.     

Beberapa karyawan banyak yang bertanya-tanya dengan sikap Kenan hari ini. Siapa wanita yang bisa masuk ke dalam lift khusus untuk Kenan, bahkan wanita itu saja harus di paksa masuk terlebih dahulu baru ia masuk. Di dalam lift Kenan menatap kesal Qia, kemudian ia pun berjongkok untuk melihat kaki Qia yang terluka dan hanya di plester saja.     

"Ngapain pakai lari, coba?" tanya Kenan sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap Qia. Qia hanya tersenyum menampilkan deretan giginya.     

Kenan pun berdecak kesal, kemudian ia pun berdiri. Pintu lift terbuka, Kenan keluar terlebih dahulu. Ketika sampai di depan ruangan sekretarisnya, ia meminta Flora agar memanggil kepala bagian HRD. Qia menundukkan kepalanya ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Flora yang menatapnya tidak suka.     

Kenan masuk ke dalam ruangannya di ikuti oleh Qia dari belakang. Sampai di ruangannya, seperti biasa, Kenan akan melepaskan jasnya juga dasinya. Hari ini tidak banyak dokument yang harus dia baca. Ia kemudian menggulung kemejanya sampai siku dan berjalan ke meja designnya. Qia hanya diam saja memperhatikan apa yang di lakukan Kenan.     

"Kamu duduk saja sambil menunggu bagian HRD!" perintah Kenan sambil mengambil penggaris ukur. Dia pun mulai berkutat dengan kegiatan yang ia sukai. Pintu ruangan di ketuk dan tidak lama kepala bagian HRD masuk.     

"Permisi, pak. Ada perlu apa ya,bapak memanggil saya?" tanya seorang wanita yang usianya sekitar 30 tahunan. Ia masih terlihat muda, lekuk tubuhnya juga masih sempurna karena dia belum menikah.     

"Qia akan kembali bekerja di perusahaan ini," ucap Kenan tanpa menatap ke arah Sakura—kepala HRD itu.     

"Maaf, pak?" tanya Sakura mengernyitkan dahinya. Bingung dengan apa yang baru saja di katakan Kenan.     

"Ananta Putri Sidqia yang kemarin bekerja sebagai OG akan kembali bekerja.     

"Maaf, pak. Di karenakan Qia sudah tidak masuk tanpa ada kabar, bagian sebelumnya sudah di isi oleh orang lain."     

Kenan menegakkan tubuhnya kemudian menatap Sakura dengan wajah dingin dan tegasnya. "Tinggal tambah saja apa susahnya. Apa kamu pikir hanya menambah gaji seorang OG perusahaan tidak bisa?" tanya Kenan dengan nada suara dinginnya.     

"Ba, baik, Pak," jawab Sakura tergagap seraya menundukkan kepalanya.     

"Kalau begitu, kamu boleh kembali ke ruanganmu. Dan kamu Qia, kamu bisa masuk besok sampai kakimu sembuh!" tegas Kenan menatap Sakura dan Qia bergantian.     

"Kaki saya tidak apa-apa, pak," ucap Qia seraya menatap Kenan.     

"Saya tidak suka di bantah Qia! Apa kamu lupa?" tanya Kenan dengan tatapan tajamnya.     

"Terus, untuk apa saya ke sini pak?" tanya Qia menatap Kenan. Ia kesal sendiri dengan sikap Kenan. Ini hanya luka kecil, walau terkadang masih terasa sakit.     

Sakura menatap tidak percaya dengan Qia yang masih berbicara padahal Kenan sudah megatakan jika ia tidak suka di bantah. ���Baiklah jika kamu ingin tetap bekerja. Kamu tetap di ruangan saya sampai saya pulang," ucap Kenan begitu santai.     

Qia mengigit bibir bawahnya kesal sedangkan Sakura sedikit terkejut dengan perkataan Kenan. Kenan si bos kini menatap Qia dengan wajah menantang. Tanpa berkata apa-apa, Qia malah berjalan ke luar dari ruangan Kenan. "Kamu, ngapain masih di sini?" tanya Kenan pada Sakura ketika Qia sudah keluar. Sakura tersenyum canggung, ia pun kemudian berpamitan keluar pada Kenan.     

TBC...     

Cie Kenan, cie... perhatiannya buat Qia uring-uringan. Lo habis kesambet demit apa sih? wkwkwkw....     

Yuks, lah. Koment, Love dan Power Stonenya banyakin ya guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.