Menikah dengan Mantan

Bab 37



Bab 37

0Yey... hula-hula... up Again...     
0

Happy Reading....     

Pertanyaan Kenan barusan sukses membuat tamu Kenan seorang pria tua yang tidak lain adalah Dermawan -- Kakek Kenan itu heran. Ia yang sedang duduk di sofa panjang samping Kenan langsung menatap ke arah cucunya dengan tatapan tidak percaya dengan pertanyaan cucunya pada seorang OG.     

Siapa OG ini, hingga membuat cucunya bertanya hal yang aneh menurutnya. Kenan cucunya itu tidak menyukai seorang wanita. Sebuah pertanyaan yang keluar dari pembahasan pekerjaan dari bibir cucunya pada OG yang hanya seorang karyawan kecil di perusahaan menimbulkan pertanyaan besar dalam pikirannya.     

"Karena saya kerja di sini, Pak," jawab Qia kemudian menundukkan kepalanya. Kakek pun melihat OG itu yang barusan menjawab pertanyaan Kenan. Ia melihat penampilan Qia dari atas sampai bawah, wajahnya memanglah cantik tetapi wanita itu hanya OG. Apa yang spesial dari seorang OG.     

"Bukankah aku sudah mengatakan jika hari ini kamu tidak usah masuk bekerja dahulu?" tanya Kenan dengan wajah marahnya.     

Melihat wajah marah cucunya membuat Dermawan semakin bertanya-tanya kenapa Kenan malah marah pada wanita itu hanya karena Kenan tidak mengizinkan wanita di hadapannya ini masuk bekerja. Sikap cucunya benar-benar aneh menurutnya.     

"Saya sudah tidak apa-apa, pak. Jadi, lebih baik saya bekerja," jawab Qia yang kini menatap Kenan.     

Dermawan bisa melihat raut wajah Kenan yang semakin kesal. Dalam pikirannya terus bertanya-tanya, ada hubungan apa Kenan dan OG ini sampai-sampai Kenan marah hanya karena wanita itu hari ini bekerja.     

"Ekhem!" dehem Dermawan membuat Kenan dan Qia kini menoleh ke arahnya.     

Dari pada dirinya seperti makhluk tidak kasat mata karena Kenan dan OG di hadapannya itu masih saling berbicara tanpa peduli dengan dirinya. Ia pun berdehem untuk mengingatkan jika dia ada di sana.     

Deheman Dermawan pun sukses membuat Qia dan Kenan kini menatapnya. Kenan pun berdiri dari duduknya kemudian menarik Qia sedikit memaksa agar Qia mau duduk di single sofa yang tadi dia duduki. "Kenalkan Kek, ini calon cucu menantu yang kakek mau," ucap Kenan seraya menatap Kakeknya dengan senyuman manisnya dan kedua tangan Kenan berada di kanan kiri pundak Qia.     

"Apa?" tanya Kakek tidak percaya dengan apa yang baru saja di katakan cucunya. Ia tidak salah dengar kan, jika OG itu calon cucu menantunya?     

"Pak Kenan apa-apaan, sih!" kesal Qia dan langsung berdiri dari duduknya dan menatap Kenan kesal. Apa-apaan yang di katakana Kenan, sejak kapan ia menjadi calon istri Kenan.     

Dermawan pun langsung tersadar dengan ucapan Qia yang sedikit meninggi dan ia kembali fokus menatap Kenan dan Qia di hadapannya.     

Bukannya menjawab, Kenan malah meraih talapak tangan Qia dan menggenggamnya. "Pak, lepasin!" kesal Qia seraya berusaha melepaskan pegangan tangan Kenan.     

"Kita sudah menjadi pasangan kekasih, jadi apa salahnya jika kita menikah?" tanya Kenan dengan santainya seraya tersenyum manis dan tatapan mata yang lembut.     

"Kita sudah menjadi pasangan kekasih, tetapi tidak untuk menikah. Lepasin, pak!" teriak Qia kesal sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Kenan.     

Dalam hati ia merutuki dirinya karena bisa-bisaya ia mengakui jika dirinya kekasih Kenan. Padahal sedari kemarin ia tidak mau menjadi kekasih Kenan kembali, penerimaannya kemarin pada Kenan semua karena ia ingin terlepas dari Kenan.     

Posisi tubuhnya kemarin dengan Kenan bisa menimbulkan asumsi buruk oleh Raka, itu sebabnya ia mau tidak mau menerima perkataan Kenan bahwa dirinya masilah kekasih Kenan.     

"Kita akan menikah, titik!" tegas Kenan dengan sorot matanya yang tajam sedangkan Dermawan kini menatap cucunya dengan wajah terkejut. Keterkejutanya masih belum selesai, tetapi ini ia kembali di kejutkan karena Kenan yang begitu kekeh.     

Sepertinya wanita yang bekerja sebagai OG di hadapannya punya arti spesial untuk Kenan, atau mungkin ini hanya sebuah drama yang Kenan ciptakan agar terhindar dari pernikahan. Jika wanita di hadapannya ini tidak mau dan Kenan mengancam tidak akan mau menikah jika tidak dengan wanita itu. Maka Kenan bisa memiliki alasan tidak menikah.     

Ah, bisa jadi bukan, jika Kenan membayar wanita itu. Ia sudah melawati rasanya manis pahit kehidupan, beberapa temannya dulu ada yang seperti itu ketika anak mereka tidak mau di jodohkan. Bahkan ada yang menikah kontrak dengan sebuah perjanjian, sungguh mereka yang mempermainkan sebuah pernikahan itu apa tidak takut. Karena pernikahan itu sakral, jadi tidak seharusnya mempermainkan sebuah pernikahan bukan?     

"Kak Ken!" teriak Qia kesal.     

Dermawan sungguh dibuat menerka-nerka dengan drama yang tersaji di depannya. Apakah benar wanita di hadapannya ini di bayar atau memang mereka berdua sebenarnya menjalin hubungan. Ah, dia sungguh di buat bingung, jika wanita itu dibayar, ia cocok menjadi artis karena bisa bersikap seperti ia sudah lama mengenal Kenan.     

"Berhenti kalian berdua, apa kalian sedang membuat drama di hadapan saya?" tanya Dermawan k menghentikan Qia dan Kenan dengan nada marah membuat Qia dan Kenan kini menatap ke arah Kakek. Ia sudah sangat kesal karena segala pemikirannya saat ini.     

Pegangan tangan Kenan sedikit mengendur membuat Qia segera melepaskan pegangan tangan Kenan. Ia kemudian berlari ke arah Kakek dan duduk di samping Kakek. "Kek, maaf kalau Qia lancang. Tapi, apa kakek, Kakeknya pak Kenan?" tanya Qia membuat Kakek mengernyitkan dahinya.     

"Apakah ia mengalami gangguan pendengaran? Bukankah tadi Kenan sudah memanggilnya Kakek, jadi apa perlu dia bertanya kembali?" tanya Kakek dalam hati.     

Kenan membulatkan matanya, ia yakin Qia akan melakukan sesuatu hal karena ia bertanya kembali apakah Dermawan Kakeknya. Maksud dia bertanya kembali karena Qia ingin memastikan jika ia tidak salah menganggap Dermawan adalah Kakek Kenan.     

Sungguh, Kenan tidak mau Qia mengacaukan apa yang sudah ia susun rapih untuk menyelesaikan urusannya dengan sang Kakek yang memintanya menikah. Jika ia tidak segera menikah, sebagai ancamannya Raka akan kehilangan pekerjaan dan dirinya tidak akan mendapatkan hak waris. Kenan menatap Qia, ia tidak habis pikir, kenapa wanita di hadapannya ini memiliki sifat keras kepala yang tidak berubah sama sekali sedari ia mengenalnya.     

"Apa susahnya sih, menerima dirinya. Qia sudah mengenal dirinya, bahkan mereka pernah berpacaran. Hanya karena ia pergi dan menghilang begitu saja Qia tidak mau menerimanya kembali. Padahal dirinya tidak memutuskan hubungannya sama sekali dengan Qia." ucap Kenan dalam hati.     

"Qia juga saat ini membutuhkan biaya hidup bukan. Jadi, jika ia menikah dengan Kenan sudah pasti hidupnya akan terjamin. Qia juga membutuhkan psikiater untuk mengobati trauma masalalunya," monolog Kenan lagi dalam hatinya.     

"Iya, saya Kakeknya Kenan. Apa kamu tidak mengenal saya?" tanya Kakek seraya mengernyitkan dahinya. Kenan sudah mengumpat kesal dalam hati karena Kakeknya malah menanggapi ucapan Qia.     

"Maaf sebelumnya Kek, kalau saya tidak mengenal Kakek. Saya karyawan baru disini," jawab Qia takut-takut.     

Sepertinya Kakek Kenan sama galaknya seperti Kenan. Qia pun baru ingat cerita yang pernah di katakan Kenan ketika mereka SMA dulu. Kakek Kenan orang yang di siplin juga tegas. Tidak jarang Kenan di marahi hanya karena ia tidak belajar.     

Qia menelan salivanya dengan susah payah, kemudian ia menatap Kakek. "Kek, saya tidak mau menikah dengan Pak Kenan. Apa Kakek bisa menasehati Pak Kenan untuk tidak menikah dengan saya?" tanya Qia dengan wajah takut-takut.     

Pertanyaan Qia suskses membuat Kakek semakin mengernyitkan dahinya. Apakah cucunya benar-benar mempermainkan drama jika wanita ini menolak ia tidak akan mau menikah dengan siapapun?     

"Kenapa kamu tidak mau? Bukannya cucu saya tampan dan juga mapan?" tanya Kakek berpura-pura tidak tahu tipu muslihat darama yang sedang mereka mainkan.     

"Saya enggak mau sakit hati!" entah jawaban apa itu, Qia hanya menjawab saja.     

"Sakit hati?" tanya Dermawan heran dengan jawaban wanita di sampingnya ini.     

"Iya, Kek. Qia enggak mau sakit hati aja," jawab Qia penuh keyakinan seraya menatap Kakek.     

"Sakit hati kenapa?"     

"Banyak perempuan di luar sana yang cantik dan berpendidikan tinggi. Qia enggak mau sakit hati aja kalau nanti bersama Pak Kenan. Orang-orang pasti akan membanding-bandingkan Qia dan juga mungkin saja Pak Kenan nantinya akan pergi ninggalin Qia," jawab Qia dengan lancar.     

Ingatannya tiba-tiba saja tertarik ketika semasa SMA. Dulu ia bisa bertahan karena ada Kakaknya Nathan yang akan menjadi pelindungnya ketika ada orang yang mengunjingnya tidak pintar, tidak cantik, pendek, anak manja yang selalu bersembunyi di ketiak kakaknya. Nathan selalu bisa membungkam mulut-mulut julit itu supaya ia tidak mendengar omongan yang menyakitkan di telinga dan melukai hatinya.     

Qia menundukkan kepalanya ketika dirinya teringat masa-masa bersama Nathan dulu. Betapa bahagianya jika Nathan dan kedua orang tuanya saat ini masih bersama dengannya. Setiap ia bersedih, maka akan ada keluarganya yang akan membuatnya kembali tersenyum. Terutama kakaknya itu akan melakukan apapun agar dirinya bisa kembali ceria. Andai waktu bisa terulang kembali, Qia ingin membuat keluarganya tidak pergi berlibur sehingga kecelakaan nahas itu tidak akan merenggut keluarganya.     

TBC....     

Nah, lo. Pemikiran si Kakek ya guys. wkwkkw... bisa-bisanya mikir ini drama, tapi Kakek enggak salah juga sih berpikir seperti itu. Apalagi cucunya belok, wkwkkw....     

Yuks, lah. Ramaikan Koment, Love dan Power Stonenya ya guys....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.