Menikah dengan Mantan

Bab 50



Bab 50

0Triple up date, jangan bosen" ya guys... wkwkwkw...     
0

Happy Reading.. Oh iya, janga lupa baca catatan kaki di part 48-50 ini ya guys...     

Lamunan Qia tehenti ketika tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya. "Mbak, kesambet ntar ngelamun saja!" ucap Sisilia.     

"Hahaha, iya. Ada apa, dek?" tanya Qia menatap Sisilia.     

"Di panggil bu Flora keruang—" ucapan Sisilia berhenti ketika pintu gudang terbuka dan Kenan keluar dari sana.     

"Pak Kenan," ucapnya dengan mata membulat karena terkejut.     

"Bu, Flora nyuruh ngapain?" tanya Qia sambil memegang lengan Sisilia.     

Sisilia tersadar dari rasa terkejutnya kemudian menatap Qia. "Apa tadi?" tanya Sisilia dengan wajah bingungnya.     

"Tadi kamu bilang aku di suruh keruangan bu Flora, aku di suruh ngapain?" tanya Qia mengalihkan pandangan Sisilia dari Kenan. Ia tidak mau jika sampai Sisilia berpikir yang macam-macam.     

"Enggak tahu, tadi bu Flora hanya mengatakan jika mbak suruh datang ke ruangannya."     

"Oh, ya udah. AKku keruangan bu Flora dulu," ucap Qia.     

"Iya," jawab Sisilia cepat.     

Qia kemudian melangkah pergi dari sana dan kini hanya ada Sisilia yang kembali menatap ke arah Kenan. Wajah Kenan terlihat begitu dingin, tanpa berkata apa-apa, Kenan melangkah pergi meninggalkan Sisilia yang hanya terdiam tanpa berkata apa-apa.     

"Pak Kenan kenapa ya, kok ada di gudang penyimpana. Padahal kan, di situ kotor?" tanyanya sambil mengaruk kepalanya karena bingung kenapa bos besar seperti Kenan ada di gudang yang kotor. Malas terlalu banyak berpikir, Sisilia kemudian melangkah pergi dari gudang itu untuk pergi ke ruanga pantry karena sudah tidak ada lagi pekerjaan yang harus ia lakukan.     

Kenan saat ini sedang menaiki tangga darurat untuk sampai di ruangannya di lantai paling atas yaitu lantai lima. Ia melakukannya untuk membuat dirinya lelah dan bisa membuatnya tertidur nyenyak. Biasanya jika ia sedang emosi, ia melampiaskannya dengan bermain di ranjang bersama Raka. Namun, kali ini Kenan menggunkan metode lain agar ia lelah dan bisa tertidur nyenyak.     

Ia sudah sampai di lantai tiga. Ketika ia akan menaiki tangga ke lantai empat, tiba-tiba pergelangan tangannya di cekal oleh seseorang. Kenan pun langsung menolehkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang memegang pergelangan tangannya. "Raka?" tanya Kenan mengernyitkan dahinya apalagi melihat wajah Raka yang bercucuran air keringat di wajahnya dan napasnya yang terengah-engah.     

Raka menarik napasnya berkali-kali hingga ia bisa bernapas dengan normal kembali. Setelah napasnya sudah kembali normal, Raka pun menatap Kenan yang hanya diam memperhatikannya. "Kamu itu kemana saja, sih? Aku itu udah nyari-nyari kamu dari tadi, tapi aku gak nemuin kamu. Dan tiba-tiba kamu ada di sini, kamu tuh, kemana saja?" tanya Raka bertubi-tubi tanpa jeda.     

"Aku ada di sini," jawab Kenan singkat.     

"Aku tadi sudah mencari di sini, tapi kamu enggak ada. Jangan bohong! Kamu tadi kemana?" tanya Raka menuntut.     

"Aku hanya menenangkan diri di suatu tempat," jawabnya.     

"Dimana, kenapa aku—"     

Kenan menyentuhkan jari telunjukknya di bibir Raka. "Aku sedang tidak ingin banyak bicara," ucapnya untuk menghentikan Raka yang terus mendesaknya.     

"Ya sudah, lebih baik kita keruangan dan kamu istirahat," ucap Raka menurti mau Kenan. Ia sadar suasana hati Kenan saat ini tidak seperti biasanya.     

"Hum," jawab Kenan yang hanya bergumam saja.     

Kenan membalikkan tubuhnya dan akan menaiki tangga. "Kamu mau ngapain?" tanya Raka heran.     

"Aku mau naik lewat tangga darurat."     

"Ada lift, kenapa harus pakai tangga darurat. Udah, ayo kita keruanganmu menggunakan lift," ucap Raka sambil menarik pergelangan tangan Kenan.     

Kenan menahan tubuhnya kemudian satu tangannya melepaskan pegangan tangan Raka membuat Raka tertegun dengan sikap Kenan. "Aku sedang ingin menaiki tanga. Lebih baik kamu saja yang naik lift," ucap Kenan dengan suara lembutnya.     

"Kalau begitu, aku temani kamu lewat tangga darurat," ucap Raka dan akan melangkah menaiki tangga.     

Kenan menahan langkah Raka dengan memegang tangan Raka dengan kedua tangannya. "Kamu pasti lelah, lebih baik kamu naik lift dan tunggu aku di ruangan," ucap Kenan masih dengan suara lembutnya.     

"Enggak, aku mau temani kamu!" kekeh Raka.     

Tangan Kenan terulur untuk mengusap keringat yang membasahi wajah Raka dengan lembut. "Wajahmu terlihat lelah, aku enggak mau sampai kamu kenapa-kenapa. Jadi, lebih baik kamu naik lift dan tunggu aku di ruangan ya?" ucap Kenan begitu lembut.     

Raka pun akhirnya mengiyakan perkataan Kenan. Dirinya memang sudah sangat lelah karena berlari kesana kemari untuk mencari Kenan. Tubuhnya juga sudah terasa lemas akibat dehidrasi. "Tapi, kamu jagan lama-lama sampai di ruangan. Jika kamu lama, aku akan mencarimu!" peringat Raka dengan sorot mata tajamnya.     

Kenan tersenyum kemudian ia mengecup bibir Raka. "Iya, sayang," ucapnya begitu lembut.     

Tanpa banyak berkata-kata lagi, Raka membalikkan tubuhnya dan melangkah keluar dari tangga darurat dan menuju lift. Ia beberapa kali berbalik dan Kenan masih setia menunggunya sampai Raka keluar dari pintu menuju tangga darurat.     

Setelah Raka keluar, Kenan pun melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk menuju ruangannya. Hari ini sikap Kenan begitu unik hingga membuat para penikmat cerita ini menjadi bingung. Jangankan penikmat cerita penulisnya saja di buat bingung atas sikap Kenan yang bisa manis pada dua orang sekaligus.     

Kenan seperti memiliki kepribadian lain yang tidak pernah ia tunjukan selama ini. Sikap manis pada seorang wanita, bahkan ucapannya pada Qia saja seolah-olah ia adalah pria normal yang hanya mencintai satu orang wanita yaitu Ananta Putri Sidqia. Tetapi di satu sisi ia pun bisa bersikap lembut pada Raka.     

Sungguh, apakah sebenarnya Kenan memiliki kepribadian ganda yang tidak pernah keluar sama sekali karena ia masih bisa bertahan dengan kepribadian dinginnya.     

Entah apa yang ada dalam benak Kenan hingga ia bisa bersikap seperti ini. Bersikap yang hampir 360 derajat berubah. Raka kini sudah berada di ruangan Kenan, ia berjalan mondar mandir di balik pintu ruagan Kenan. Ia beberapa kali berhenti untuk menatap pintu terbuka.     

Tiba-tiba saja ia mengingat perkataan Kenan di tangga tadi. Sikap manisnya, senyuman dan tatapan Kenan berbeda dari biasanya. Ketika Kenan memanggilnya sayang itu saat mereka bercinta atau ketika Kenan sedang menginginkan sesuatu. Tatapan mata dan senyuman Kenan juga terasa aneh. Ketika Kenan tersenyum tatapan matanya itu bahagia dan terkesan sangat lepas.     

Namun, senyuman Kenan seperti tidak lepas. Tatapan matanya pun menyorotkan sebuah kesedihan. Raka membulatkan matanya ketika tersadar jika ada yang tidak beres dari Kenan. Ia pun segera berlari dan menuju pintu. Baru satu langkah ia akan berlari, pintu ruangan Kenan terbuka dan Kenan pun masuk ke dalam kemudian menutup pintu ruangannya.     

"Kenan!" panggil Raka begitu bahagia.     

Ternyata pemikirannya salah, Kenan kini ada di hadapannya. Ia pun segera berlari dan menuburuk tubuh Kenan. "Aku pikir kamu tadi akan berbuat nekat," ucap Raka memeluk tubuh Kenan begitu erat.     

Kenan hanya diam mendapat perlakuan seperti itu dari Raka. Sekarang tubuhnya lelah dan ia hanya ingin beristirahat. Apalagi kepalanya terasa sakit karena terlalu banyak hal yang ia pikirkan selama ia berjalan menaiki tangga.     

"Aku ingin istirahat," ucap Kenan dengan suara pelan.     

Raka melepaskan pelukannya kemudian menatap Kenan. "Ayo, aku antar ke kamar," ucapnya kemudian mengalungkan satu tangan Kenan ke pundaknya dan ia pun membantu Kenan berjalan ke kamar yang ada di ruangan itu.     

TBC...     

Yuhu... banyakin Koment, Love dan Power Stonenya ya guys... weheheh... Itu semua sangat bermanfaat buat mengisi daya semangatku. wkwkwkw...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.