Menikah dengan Mantan

Bab 51



Bab 51

0Hai... hello... hula hula.. apa kabar guys...     
0

Udah baca author note di part 48-50 kah? kalau ada, ada yang berminat gak. BTW, untuk sementar IG dulu ya, aku belum ada akun Fb khusu kepenulisan yang ada aku pribadi. heheheh. Jadi yang punya akun Fb aja sabar menunggu ya guys.... hehehehe...     

Happy Reading...     

Qia mengantarkan teh hangat pesanan Flora yang di mintanya. Tadi dia sudah ke ruangan Flora tetapi Flora marah-marah karena tidak membawakannya teh hangat. Alhasil kini Qia kembali keruangan Flora untuk mengantarkan pesanannya.     

Qia mengetuk pintu ruangan Flora tidak ada jawaban sama sekali. Ia ingin membuka pintunya hanya saja ia takut kejadian di ruangan Kenan kembali terjadi. Qia kembali mengetuk pintu ruangan Flora tetapi Flora masih tidak menjawab. Ia hanya menghembuskan napasnya karena Flora tidak menjawab. Akhirnya dia pun membuka pintu ruangan Kenan.     

Flora terlihat sedang menelphone seseorang. Ia berjalan masuk dan meletakkan minumannya di atas meja kerja Flora. Tepat setelah Qia meletakkan teh pesanan Flora, Flora sudah menyudahi sambungan telponenya. "Apa kamu tidak tahu sopan santun?" tanya Flora menatap tajam Qia.     

"Maaf, bu," ucap Qia menundukkan kepalanya. Dalam hati Qia sudah merutuki kebodohannya yang masuk tanpa izin dari orang yang berada di dalam.     

"Maaf, maaf saja kamu bisanya!" kesal Flora. "Bawa tehnya, saya ingin kopi. Kamu belikan saya kopi di coffe shop di dekat kantor."     

"Baik, bu," jawab Qia cepat kemudian ia mengambil tehnya.     

"Ibu mau pesan kopi apa?"     

"Ice Caramel Latte," jawabnya singkat.     

"Baik, bu," jawab Qia kemudian ia pun pamit pergi.     

"Eh, tunggu!" ucap Flora menghentikan ucapannya.     

"Iy, bu. Ada lagi yang mau ibu pesan?" tanya Qia dengan suara di buat lembut.     

"Ck, memangnya kamu punya uang untuk membeli pesanan saya?" tanya Flora dengan nada merendahkan.     

Rasanya Qia ingin sekali berkata kasar, memangnya karyawan rendahan seperti dirinya tidak sanggup membeli satu ice Caramel Latte. Memangnya berapa sih harganya, tidak sampai seratus ribu rupiah bukan? Hanya membeli minuman seperti itu Qia juga bisa. Jangan karena ia hanya karyawan kecil dipikirnya ia tidak bisa membeli minuman seperti itu.     

Qia itu jika untuk makanan dia tidak pernah perhitungan sama sekali. Jika gajian ia pasti menyisikan uang untuk ia habis-habiskan membeli makanan yang sedang ia inginkan. Kalau untuk membeli pakaian atau mungkin skincare Qia akan berpikir dua kali, tetapi untuk makanan jika ia memiliki uang ia tidak akan berpikir dua kali.     

Tubuh Qia memang kecil, tetapi urusan makanan jangan di tanya. Dia itu perutnya seperti karet yang bisa menampung banyak makanan. Hey, bayangkan saja nasi padang dua bungkus ia bisa habis sendiri. Astaga, adakah orang seperti Qia. Apalagi ia seorang wanita yang biasanya sangat menjaga image dan juga tubuhnya.     

Jika ia merasa tubuhnya sudah mulai gemuk, ia pasti akan mengurangi makannya. Namun, jika ia sedang malas menurunkan berat badannya ia tetap akan makan saja tanpa peduli tubuhnya yang melar.     

Qia pun pamit ke luar ruangan dan membelikan pesanan Flora. Ia bertanya pada Bu Ari dimana ada Coffe Shop yang dekat dengan perusahaan. Bu Ari pun memberitahukan dimana Coffe Shop yang dekat dengan perusahaan. Qia pun pergi ke sana dengan meminjam motor milik satpam perusahaan. Walau Qia terkesan anak yang manja dan juga cengeng ketika SMA dulu, tetapi Qia bisa mengendarai motor laki-laki tidak seperti Kenan yang hanya bisa mengendarai mobil.     

Semua itu tidak lepas dari bantuan Nathan. Nathan lah yang mengajari Qia mengendarai motor laki-laki. Bahkan Qia termasuk wanita yang lebih suka membawa motor dengan cepat di bandingkan lambat. Dia sering sekali mengomel jika kakaknya membawa motor hanya kecepatan 40 km/jam. Ah, lagi-lagi Qia mengingat kenangan bersama kakaknya, untungnya saja walau sedang mengingat kenangan bersama almarhum kakaknya ia masih fokus dengan jalanan.     

Akhirnya sekitar lima menit ia pun sampai di Coffe Shop-nya. Ia pun masuk dan membelikan pesanan Flora. Sambil menunggu pesanan, Qia mengeluarkan handphone yang di pinjamkan Raka padanya. Untungnya tadi teman-teman kerjanya tidak ada yang melihat, jika saja ada yang melihat. Hum, pasti akan menjadi pertanyaan terutama mulut-mulut julit. Ya, bagaimana tidak menjadi pertanyaan jika itu handphone berlogi Apel di gigit ulet.     

Pesanan Qia sudah siap, ia pun mengambilnya. Ketika ia melewati beberapa meja, tidak sengaja ia melihat ada orang yang sedang memakan spagheti bolognise. "Ah, kok gua jadi pengen," ucap Qia sambil berjalan keluar.     

"Ah, nanti buat. Enak kayaknya, apalagi dibanyakin kejunya. Humm, pasti enak," ucap Qia sambil menaiki motor dan menghidupkan mesin motornya.     

Ia pun mulai melajukan motornya untuk kembali ke kantor. Sampai di kantor, ia mengembalikan kunci motornya pada satpam dan tidak lupa ia mengucapkan terimakasih. Qia pun segera melangkahkan kakinya dengan cepat sebelum rasa caramel Lattenya menghilang karena esnya mencair.     

Qia kembali mengetuk pintu ruangan Flora tetapi lagi dan lagi Qia tidak mendapatkan jawaban. "Bu, maaf. Apa saya boleh masuk. Saya Qia," ucap Qia setelah ia kembali mengetuk pintu ruangan Flora.     

Tidak ada jawaban, Qia kesal bukan main. Jika ia menunggu terlalu lama bisa-bisa esnya akan berubah rasa. Tetapi, jika ia masuk siap-siap ia akan mendapatkan semburan. "Ah, masa bodo. Di sembur-di sembur, lah, sana!" ucap Qia kemudian ia pun membuka pintu ruangan Flora.     

Ia tidak jadi melangkah masuk karena ruangan Flora kosong. Ia pun menutup kembali pintunya dan bertepatan, itu suara seseorang mengejutkannya. "Kamu mau maling ya?" tanya orang itu.     

"Bu, saya hanya mau—"     

"Halah, jangan bohong kamu! Apa tadi perkataan saya tidak kamu dengar. Jangan lancang membuka ruangan seseorang jika pemilik ruangan belum menyuruhmu masuk!" tegas Flora menatap tajam Qia.     

"Iya, bu. Saya tidak akan mengulangi lagi. Tadi saya hanya akan memberikan ini untuk ibu," ucap Qia seraya mengangkat plastik berisi minuman pesanan Flora.     

"Ah, saya sedang tidak bisa minum es. Jadi kamu minum saja dan sisa uangnya buat kamu saja. Sebagai gantinya kamu buatkan saya teh hangat yang manis!" ucap Flora ketus seraya menatap tajam Qia.     

"Iya, bu?" tanya Qia yang takut salah mendengar perkataan yang baru saja di katakana Flora.     

"Apa kamu tuli?"     

"Ah, enggak bu," jawab Qia cepat.     

"Jadi, apa perlu saya ulang?" tanya Flora ketus.     

"Tidak, perlu bu," ucap Qia cepat. "Kalau begitu, saya permisi dulu bu," pamitnya sebelum ia melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Flora.     

Flora tersenyum miring menatap punggung Qia yang menjauh dan kini ia telah lenyap di telan lift. "Ah, jika lift itu terjun bebas kebawah, sepertinya bagus," ucapa Flora seraya tersenyum senang menatap lift yang sedang membawa Qia.     

Hari ini ia sengaja membuat Qia kesusahan. Semua karena perkataan Mawar membuatnya merasa terhina karena seorang OG bisa mendapatkan seorang CEO yang memiliki pendidikan tinggi, tampan dan juga kaya raya. Ia yang memiliki pendidikan tinggi, kaya dan juga cantik bisa kalah dengan seorang OG, tentu saja Flora tidak menerima hal itu. Ia sudah bertekad akan membuat Qia tidak betah kemudian pergi dari perusahaan supaya tidak ada orang yang bisa mendekat ke arah dua laki-laki yang menjadi targetnya untuk memenuhi keingian ibunya.     

TBC,,,     

Yuhu... banyakin Koment, Love dan Power Stonenya jangan lupa ya... itu sangat membantu penulis banget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.