Menikah dengan Mantan

Bab 53



Bab 53

0Triple up, yuhuuu.... wkwkwkw.... BTW jangan Lupa ya untuk baca author note di party 48-50.     
0

Happy Reading...     

Kenan terbangun dari tidurnya yang cukup lama. Ia tidur dari siang tadi hingga kini sudah pukul setegah sebelas malam. "Setengah sebelas?" tanya Kenan yang langsung terduduk dari tidurnya.     

"Emm..." ucap Raka sambil meregangnkan tangan dan kakinya. Ia terbangun ketika mendengar suara Kenan di sertai gerakkan Kenan yang terbangun.     

"Ada apa sih?' tanyanya sambil menatap Kenan dengan mata satu. Mata yang satunya masih terpejam karena rasanya ia masih sangat mengantuk.     

"Udah jam setengah sebelas malam," jawab Kenan.     

"Jam setengah sebelas malam. Ya udah, lebih baik kita menginap di sini saja," ucap Raka kemudian memindahkan kepalanya ke atas paha Kenan dan ia memeluk pinggang Kenan.     

"Apa tidak apa-apa, jika Qia di tinggal di appartement sendiri?" tanya Kenan sambil menundukkan kepalanya menatap Raka.     

Pertanyaan Kenan barusan sukses membuat Raka membuka kedua matanya lebar-lebar. Ia kemudian menatap Kenan dengan memicingkan matanya. "Kenapa tiba-tiba kamu khawatir dengan Qia? Biasanya juga kamu enggak peduli."     

"Aku hanya tanya, kenapa kamu malah jadi ngegas?" tanya Kenan kesal.     

"Enggak bisanya kamu tanya seperti itu, makanya aku ngegas. Aku enggak suka jika kamu khawatirin orang lain!" tegas Raka.     

"Udah, ah. Aku mau pulang," ucap Kenan kemudian ia melepaskan pelukan Raka dan turun dari ranjang. Ia keluar dari kamar pribadinya di ruang kantornya kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajahnya.     

Ia menatap bayangannya di cermin cukup lama. "Ada apa denganku sebenarnya?" tanyanya dalam hati.     

Ia bertanya-tanya ada apa dengan dirinya. Kenapa ia bisa berubah begitu lembut bahkan ia bisa berkaca-kaca hanya karena Qia. Ia pikir ia melakukanya agar Qia simpati, tetapi nyatanya tidak demikian.     

Di samping Qia ia bisa menjadi pribadi yang berbeda. Ia yang tidak peduli dengan orang yang menangis, tetapi mendengar Qia menangis ia sangat membencinya. Kenan yang sering menyendiri dan menyenangi ketenangan berubah menjadi Kenan yang senang dengan kehadiran Qia di hari-harinya.     

Pertanyaan yang selalu ada sejak dulu dalam benaknya, "ada apa denganku sebenarnya?" Sampai detik ini pun Kenan sama sekali tidak tahu kenapa ia bisa bersikap seperti itu pada Qia.     

Qia bukanlah wanita yang pintar, tubuhnya pun bisa dikatakan tidak terlalu cantik hanya biasa saja. Namun, entah kenapa ia bisa seperti ini pada Qia. Apa sebenarnya yang membuat Qia begitu berbeda dari wanita-wanita di luar sana. Padahal persepsinya tentang seorang wanita itu tetaplah sama. Wanita itu sampah, mau sepintar apapun dia, sedewasa apapun dia dan secantik apapun dia baginya wanita tetaplah sampah.     

Kenan keluar dari kamar mandi setelah selesai mencuci wajahnya. Raka kemudian masuk kekamar mandi bergantian dengan Kenan untuk mencuci wajahnya. Kenan berjalana ke meja kerjanya untuk mengambil jas, beberapa barangnya kemudian tas kerjanya.     

Raka sudah keluar dari dalam toilet, ia pun segera menghampiri Kenan yang berada di meja kerjanya. "Ayo, pulang," ajak Kenan seraya berjalan kearah Raka. Jasnya ia sampirkan di lengan kanannya yang juga membawa tas kerjanya.     

Mereka berdua keluar dari ruangan Kenan. Tiba-tiba saja baik Kenan dan Raka mendengar suara ketukan dan ada suara wanita begitu kecil. "Suara apa itu?" tanya Raka sambil menoleh kanan kiri dan satu tangannya merangkul lengan Kenan.     

"Apaan sih, Ka!" ketus Kenna seraya mendorong kepala Raka menjauh.     

"Emang kamu enggak denger?" tanya Raka yang wajahnya mulai ketakutan.     

"Ya—"     

"Tolong, " ucap suara wanita yang sekarang lebih jelas membuat Kenan menghentikan ucapannya. Ia pun menghentikan langkahnya dan kini ia berdirir di depan pintu ruangan Flora.     

"Tolong" suara itu terdengar lebih jelas walau sangat kecil dan suara ketukan di pintu juga terdengar.     

Raka semakin memeluk lengan Kenan karena ia takut dengan hal-hal seperti itu. Walau ia pernah tinggal di Jerman, tapi dia orang Indonesia yang pastinya tahu tentang cerita-cerita horror. "Aa…. Apa itu?" tanya Raka memekik keras sambil memeluk leher Kenan dan merapatkan tubuhnya ketika mendengar suara cekikikan mbak kunti.     

"Tolong, tolong…" ucap suara wanita itu kini lebih kuat dan ketukan di pintu itu terdengar. Suara itu berasal dari ruangan Flora.     

Ia pun baru sadar jika ruangan Flora itu masih menyala. Kenan langsung mendekati pintu ruangan Flora. " Flora, apa kamu masih ada di dalam?" tanya Kenan sambil mengetuk pintu ruangan Flora seraya menggerakkan handle pintu.     

"Tolong, tolong!" ucap orang yang berada di dalam ruangan Flora yang tidak lain adalah Qia.     

Qia tadi sudah sangat mengantuk, jadi ia pun tidak sengaja ketiduran. Ia terbangun ketika mendengar suara cekikikan mbak kunti dari handphone yang Flora letakkan di mejanya. Ia pun menjadi ketakutak apalagi ternyata hari sudah sangat malam.     

Raka yang tadinya takut pun langsung bersikap berani melihat Kenan yang panik. "Kamu mau kemana?" tanya Raka ketika Kenan akan melangkah pergi.     

"Memanggil sekuriti untuk membukakan pintu ruangan Flora," ucap Kenan kemudian ia segera kembali keruangannya untuk menelpon satpam yang jaga malam.     

Ketika sambungan sudah terhubung, "hallo pak, apa kunci ruagan Flora sama bapak?" tanya Kenan to the point.     

["Ada, pak. Ada apa ya?"] tanya satpam itu bingung.     

"Cepat bawa kesini kuncinya, Flora masih ada di dalam ruangannya!" perintah Kenan tegas dan suara yang sedikit panik.     

["Itu enggak mungkin, pak,"] ucap satpam karena ia tahu Flora keluar dari gedung perusahaan.     

"Enggak mungkin bagaimana, sih? Saya sendiri mendengar dia minta tolong dari dalam ruangannya!" kesal Kenan karena satpamnya ini malah membuat ia menjadi emosi. "Sudah, cepat kamu bawa kuncinya kesini!" perintah Kenan kemudian ia langsung mematikan sambungan telponnya tanpa mendengar jawaban dari satpamnya. Ia pun menutup kasar telpon kantornya.     

Kenan segera keluar dari ruangannya, ia melihat Raka yang sedang mendobrak pintu ruangan Flora. Kenan pun segera melangkahkan cepat kakinya ke arah Raka. "Raka, sudah! Enggak perlu kamu dobrak. Aku sudah menyuruh satpam untuk segera datang kesini," ucapnya dan tidak lama lift terbuka.     

Satpam yang di telpon Kenan pun segera berlari menghampiri Kenan. "Cepat buka pintunya!" perintah Kenan tegas.     

Satpam pun segera membuka pintunya, ia beberapa kali salah memasukkan kuncinya. Kenan geram melihatnya ia pun menagambil kuncinya. "Sudah sana, menyingkir. Biar aku saja yang membukanya!" kesal Kenan.     

Kenan pun mencoba kuncinya satu persatu dengan cepat. Dalam hati ia mengumpat kesal karena belum juga menemukan kuncinya. Kunci pun akhirnya di temukan. Sebelum pintu benar-benar terbuka Kenan berkata. "Besok-besok beri tanda nama di kuncinya agar tidak seribet ini!" kesal Kenan dan kunci pun terbuka.     

Kenan mendorong pintu ruangan Flora sedikit kesusah karena sepertinya ada orang di balik pintu. Kenan masuk ke dalam di ikuti oleh Raka. "Qia!" ucap Kenan denga wajah terkejut dan ia langsung berjongkok di hadapan Qia. Tubuh Qia bergetar karena takut, wajahnya begitu pucat. Kenan cukup terkejut dengan penampilan Qia sat ini. Ketika ia akan memeluk tubuh Qia, ia kalah cepat dengan gerakan Raka. Raka yang lebih dulu memeluk tubuh Qia dan menariknya kedalam pelukannya. Kenan hanya mampu terdiam melihat adegan di hadapannya ini.     

TBC...     

Ya ampun... ini apa ya edningnya kenapa jadi ruwet begini? wkwkwkwk...     

Jangan lupa Power Stone, Koment n Lovenya banyakin ya... Ikuatan Challenge yuk guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.