Menikah dengan Mantan

Bab 55



Bab 55

0Yey.. up lagi. semoga malam inj kelar. ya allah.. habis main. kok malah tegang begini ya. wkwkwk....     
0

Jangan lupa ikutan Challenge nya ya...     

Happy Reading...     

Raka sudah tertidur pulas, perlahan Kenan memindahkan kepala Raka ke atas bantal sofa. Ia membenarkan posisi tubuh Raka agar besok pagi ketika bangun Raka tidak akan mengalami sakit punggung atau pundak. Ia mengambil selimut dari laci meja sofa kemudian menyelimuti tubuh Raka hingga sebatas pundak.     

"Maaf, aku harus melakukan ini. Namun, aku memiliki tanggung jawab atas Qia. Aku tidak mau jika traumanya kembali kambuh," ucap Kenan menatap lembut sang kekasih.     

Ia kemudian berdiri dari berjongkoknya. Ia menatap lama Raka, lelaki yang sudah sekitar enam tahun menemaninya. Berawal dari hanya menolong Raka kemudian mereka saling berbagi ranjang hingga saat ini. Kehidupannnya selama kuliah dengan lingkup perteman yang seorang gay atau pun bisex membuatnya merasa apa yang ia lakukan bersama Raka adalah hal biasa.     

Tetapi lama kelamaan ada rasa tidak suka dengan cara Raka yang sering berganti-ganti wanita dan berganti-ganti pria. Mungkin karena Raka adalah kekasihnya, jadi sudah seharusnya Raka tidak menduakannya. Ia membalikkan badanya dan berjalan ke kamar. Ia mengambil pakaian Raka yang berada di dalam lemari. "Kak," panggil Qia dengan suara lirihnya membuat Kenan langsung menolehkan kepalanya.     

Qia membuka matanya kemudian ia menatap ke arah Kenan yang ada di depan lemari pakaian. Qia mendudukkan dirinya dan Kenan pun segera berlari mengahampiri Qia ke sisi ranjang yang di tiduri Qia. "Kamu perlu apa?" tanya Kenan dengan wajah khawatirnya.     

Qia menggelengkan kepalanya, "Aku cuma mau minta tolong sama kakak, kakak jangan marahin bu Flora," ucap Qia dengan suara pelannya.     

Kenan mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Qia, tetapi seketika ia merubah raut wajah khawatirnya ketika ingat bagaimana keadaan Qia yang wajahnya pucat dan tubuhnya bergetar ketakutan karena suara nada panggilan handphone miliki Flora. Ia ingat siapa penelponnya yang di berinama me, kemungkinan besar Flora dalang di balik semua ini terjadi.     

"Kak, Ken," panggil Qia dengan suara lirihnya membuat Kenan kini mengalihkan padangannya menatap Qia.     

"Kenapa memangnya? Dia udah buat kamu seperti ini dan kamu hanya diam saja?" tanya Kenan tidak mengerti.     

"Aku enggak mau ada gossip aneh-aneh, apalagi aku hanya karyawan kecil. Jika permasalahan ini sampai kakak langsung yang turun tangan, apa itu enggak jadi makanan empuk untuk bahan gossip?" tanya Qia menatap Kenan serius walau tatapan matanya begitu sayu.     

"Kenapa harus peduli dengan gosip? Dia salah, maka ia harus mendapatkan sanksinya. Bagaimana jika tadi aku dan Raka suda pulang dan tidak ada orang yang membantumu?" tanya Kenan dengan wajah dinginnya.     

"Aku udah enggak apa-apa, jadi seharusnya masalahnya enggak di perpanjang, kak," ucap Qia masih dengan suara lirihnya.     

"Lebih baik kamu istirahat, masalah ini kita lanjut bahas besok," ucap Kenan dengan suara lembutnya. Ia menahan amarahnya yang tiba-tiba memuncak ketika ingat kejadian tadi di kantor.     

Qia pun hanya menurut, ia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Kenan membenarkan selimut Qia dan menyelimuti tubuh Qia hingga sebatas bahu. Ia kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selesai membersihkan tubuhnya, ia pun berjalan ke tempat tidur kemudian ia naik ke atas tempat tidur.     

Ia meletakkan bantalnya bersandar di sandaran tempat tidur dan ia pun memiringkan tubuhnya ke arah Qia untuk menatap wajah Qia. Wajah pucat Qia masih sangat jelas, tangan Kenan bergerak merapihkan helain rambut Qia yang menutupi wajahnya. Qia menggerakkan kepalnya karena merasa terusik, tetapi ia tidak membuka matanya sama sekali. Ia malah melanjutkan tidurnya lagi membuat Kenan tersenyum menatapnya.     

"Semakin hari aku semakin tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Melihat Raka yang begitu perhatian padamu aku sangat tidak menyukainya. Tetapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Kenan sambil mengusap pipi Qia sayang.     

Jujur ia tadi marah melihat Raka bersikap seperti itu pada Qia. Tetapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi ada Raka di sana. Ia tidak mau Raka sampai salah paham dengan sikapnya. Ia memang akan menikahi Qia, tetapi untuk saat ini Raka sebaiknya tidak perlu tahu. Nanti, jika Qia sudah pasti menikah dengannya ia pasti akan mengatakan keinginnanya menikah dengan Qia pada Raka.     

Lagi pula ia menikah dengan Qia juga supaya bisa lebih leluasa dengan Raka untuk menjalin hubungan. Qia wanita penurut, ia yakin setelah Qia bisa ia dapatkan Qia akan kembali seperti Qia ketika masih SMA. Sekarang hubungannya dengan Qia masihlah sebatas teman, sudah pasti Qia tidak mudah menuruti perkataannya.     

Tangan Kenan kembali terulur untuk menyentuj pipi Qia. Ia mengusap pelan pipi Qia supaya sang empunya tidak merasa terusik. "Kamu sekarang sudah jauh lebih dewasa Ta, sampai-sampai kamu peduli dengan gosip. Aku ingat sewaktu SMA dulu, kamu tidak peduli orang membicarakan kamu seperti apa. Karena menurutmu, orang-orang itu hanya iri karena ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan," ucap Kenan yang kini bersedekap sambil menatap wajah Qia yang begitu tenang.     

"Tapi, entah kenapa sikap dewasamu yang seperti ini malah membuatku merasa aneh. Kamu seperti orang lain yang tidak pernah aku temui," ucapnya yang matanya masih tertuju tepat ke wajah Kenan.     

"Aku ingin, walau kamu menjadi lebih dewasa tetapi jangan hilangkan kebiasaanmu untuk tidak peduli dengan ucapan orang-orang di luar sana. Ini hidup kita, kita yang menjalani. Jadi, sudah seharuanya kita tidak perlu mendengarkan mulut-mulut orang yang iri itu," ucap Kenan menatap Qia dengan tatapan matanyang sulit di artikan.     

Ia kini hanya diam memperhatikan Qia yang kini sedang begumam tidak jelas. Perlahan, Kenan pun memejamkan matanya mengikuti Qia yang sudah memejamkan matanya terlebih dahulu.     

Pagi pun tiba, Qia perlahan membuka matanya. Ia beberapa kali membuka dan menutup matanya untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retina matanya. Ketika matanya sudah terbuka sempurna, hal yang pertama kali dia lihat adalah kaki. Qia mengernyitkan dahinya melihat kaki di depannya.     

Ia kemudian bangun dengan cepat dari tidurnya tetapi gerakannya yang terburu-buru malah menendang wajah Kenan. Qia jika sedang kelelahan, apa lagi hal kemarin sungguh menguras tenaganya membuat dirinya tidur seraya bergerak kemana pun. Contohnya saja pagi ini, Qia bagun dengan posisi kepalnya di depan kaki Kenan sedangkan satu kakinya tadi ada di atas dada Kenan.     

Kenan sendiri tidak bangun sama sekali karena pikirannya sedang terkuras memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Walau tadi malam ia memejamkan matanya, otaknya terus memikirkan dirinya yang bisa seperti ini pada Qia. Padahal Qia itu seorang wanita. Jika Qia seorang pria mungkin ia masih bisa berpikir jernih, tapi ini Qia yang berstatus seorang wanita. Dimana menurutnya wanita itu adalah sampah.     

TBC .. ...     

YUHUU... YUKS, NAIKAN LAGI LOVE, POWER STONE SAMA KOMENTNY GUYS....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.