Menikah dengan Mantan

Bab 56



Bab 56

0Happy Reading....     
0

Kenan tadi baru bisa benar-benar tidur sekitar pukul setengah tiga pagi. Kenan langsung membuka matanya dan menatap Qia dengan tatapan orang yang baru bangun tidur karena terkejut dengan tendangan Qia di wajahnya. "Aduh, kak. Maaf," ucap Qia tidak enak dan ia menarik kakinya menjauhi wajah Kenan.     

"Hum," jawab Kenan yang hanya berguman. Ia kembali memejamkan matanya karena ia masih sangat mengantuk.     

Qia kemudian turun dari ranjang dengan gerakan begitu hati-hati agar tidak mengganggu Kenan. Ia kemudian keluar dari kamar untuk membasuh wajahnya dan melakukan kegitan paginya. Ia menyiapkan sarapan untuk dirinya, Kenan dan juga Raka. "Ah, masak apa aku pagi ini?" tanya Qia bingung. Di dalam kulkas masih ada daging, udang dan juga ikan. Kemudian ada kol, wortel.     

"Ah, masak sayur sop sama udang sambel deh," ucapnya kemudian mengeluarkan bahan-bahan yang ia perlukan. Ia juga tidak lupa memasak nasi sebelum ia mengeksekusi sayuran dan udang yang akan dia masak.     

Dengan cepat Qia memasak makananya. Udang yang ada di dalam kulkas kulitnya sudah terlepas, jadi dia tidak perlu ribet lagi untuk mengupas kulit udangnga. Ia mulai mengambil beberapa lembar daun kol kemudian mengupas 2 buah wortel dan mengambil daun bawang. Selesai mengupasnya, ia mengambil dua buah bawang putih dan 3 buah bawang merah kemudian ia kupas. Setelah selesai mengupas bawangnya, ia mencuci sayuran dan juga bawang putih dan merah tadi.     

Setelah di cuci ia memotong kol dengan asal, ukurannya tidak besar dan tidak kecil. Kemudian wortelnya ia potong bentuk bulat-bulat agak tipis. Setelah itu ia memotong tipis bawang merah untuk taburan. Ia menghidupkan kompor jug sekalian memanaskan wajan yang sudah di beri dua sendok makan minyak goreng. Ia memasukkan bawang merah yang sudah ia potongi tadi dan menggorengnya hingga kecoklatan.     

Sekitar pukul setengah enam pagi, Qia menyelesaikan masakannya. Ia tadi bangun sekitar pukul empat pagi. Tubuh Qia sudah trrbiasa bangu jam segitu, jadi tidak perlu alarm Qia pasti akan terbangun di jam empat pagi.     

Selesai memasak tentu saja ia membereskan alat masaknya dan membersihkan dapurnya. Ia tidak sempat membersihkan appartement lagi, karena ia harus segera bersiap. Qia sarapan terlebih dahulu sebelum ia ke kamar untuk mengambil pakaiannya kemudian mandi.     

Sekitar pukul enam pagi lewat sepuluh menit, Raka yang baru saja membuka matanya mengerutkan dahinya melihat Qia yang sudah rapih berjalan ke arahnya. "Kamu akan pergi sekarang?" tanyanya sambil mendudukkan dirinya.     

"Iya, pak," jawab Qia singkat yang sudah berdiri di sofa sambil menatap Raka.     

"Sepagi ini?"     

"Jika abang perginya siang hari, itu tidak masalah. Tetapi jika saya berangkat siang-siang, siapa yang akan membersihkan kantor?" tanya Qia tetapi Raka hanya diam tidak menjawab. "Lagi pula, itu udah jadi tanggung jawab pekerjaan saya. Ya, wajah saja kalau sepagi ini saya sudah berangkat kerha. Ya, udah ya, ba g. Aku pergi sekarang, kalau nanti-nanti saja aku bisa telat," ucap Qia.     

"Ya sudah, kamu hati-hati," ucap Raka.     

"Iya, bang," jawab Qia singkat. Qia akan melangkah tetapi, sebelum ia pergi, "Bang, aku tadi udah menyiapkan sayur sop dan udang di sambel lado."     

"Oh, oke. Terima kasih, ya, sudah repot-repot membuat sarapan."     

"Iya, Bang. Enggak apa-apa, kok. Lagian sayurannya juga pakai yang ada dinkulkas abang. Kasihan, kalau enggak di manasak,"     

"Hahaha, ada-ada saja kamu," ucao Raka tertwa mendengar ucapan Qia.     

"Ah, ya udah, lah Bang. Aku berangkat, ya?"     

"Iya, hati-hati di jalan." Setelah itu, Qia mulai berangkat bekerja.     

Sampai di kantor, Qia melakukan pekerjaan seperti biasanya. Saat ini dia sedang membersihkan ruang pemasaran bersama Mawar. "Kamu pelet pakai apa, sehingga kamu dapat membuat Pak Raka dan Pak Kenan akrab denganmu?" tanya Mawar dengan nada seperti sedang menyindir.     

Qia hanya diam tidak menjawab, ia malas meladeni pertanyaan Mawar yang tidam bermanfaat sama sekali. "Eh, anak piatu! Lo denger gak, sih. Gua ngomong apa?" tanya Mawar sedikit meninggikan suaraya. Qia masih diam tidam mau menjawab.     

"Lo tuli atau bisu, hah?" tanya Mawar kesal karena Qia lagi-lagi hanya diam.     

Mawar yang tadinya berada agak jauh dari Qia, kini ia berjalan cepat mendekati Qia. "Woi! Budek, ya Lo!" kesal Mawar seraya membalikkan tubuh Qia.     

"Apaan, sih, War. Kamu mau pekerjaan kita enggak selesai-selesai?" tanya Qia dengan wajah malasnya.     

"Gua tuh, dari tadi tanya sama lo. Tapi, lo malah diem aja!" kesal Mawar.     

"Apa itu penting banget, sampai-sampai kamu harus bertanya."     

"Cih!" Mawar berdecih mendengar ucapan Qia. "Lagian, apa susahnya lo jawab pertanyaan gua?" tanya Mawar masih kesal.     

"Oke gua jawab," ucap Qia pada akhirnya.     

Mawar pun diam untuk mendengar jawaban Qia. "Pertama, ini sudah pukul setangah 8 dan sebentar lagi para karyawati akan datang. Apa kamu masih inginbanyak bertanha tentangku?" tanya Qia yang malah membuat Mawar kesal bukan main.     

Tetapi pertanyaan Qia cukup membuat Mawar tidak kembali melanjutkan perkatannya. Ia pun berjalan kembali ke tempatnya semula kemudian ia melanjutkan pekerjaannya.     

Akhirnya sekitar pukul setengah sepuluh pagi ia dan para OG dan Ob yang sudah selesai dengan pekerjaannya. Qia saat ini sedang duduk di pantry sambil mengipasi tubuhnya yang gerah. Mawar kembali mendekatinya dan masih bertanya tentang tadi.     

"Gua enggak kenal yang namanya pelet-peletan. Yang gua tahu hanya melet. Terus kalau kamu merasa Pak Kenan dan Pak Raka baik pada ku, itu hanya pemikiran kamu saja. Karena itu tidak mungkin terjadi. Aku loh, hanya seorang OG. Iya kali, mereka doyan," ucap Qia dengan malas.     

"Ck!" Mawar hanya berdecak kesal mendengar ucapan Qia.     

Sekitar pukul sebelas siang Kenan baru saja tiba di kantor. Wajahnya begitu dingin ketika memasuki kantor. Hal itu pun terlihat oleh Qia. Qia menghembuskan napasnya melihat raut wajah dingin dan datar Kenan.     

"Apa sih, yang bisa buat dia itu tersenyum?" tanya Qia entah pada siapa.     

Sedari SMA Kenan sudah memiliki wajah dingin dan datar. Ia jarang sekali tersenyum, senyuman Kenan itu bisa di hitung dengan jari karena jarangnya Kenan tersenyum.     

Qia kemudian melanjutka langkahnya untuk pergi ke ruangan devisi keuangan untuk memfotokopi beberapa file.     

Kenan berjalan dengan langkah pasti, ia memasuki ruanganya. Sampai di meja kerjanya ia segera menelpon sekretarisnya melalui panggilan interkom. "Keruangan saya sekarang!" tegas Kenan dan langsung mematikan sambunga telponnya.     

Ia melepaskan jasnya kemudian meletakkan di sandaran kursi kerjanya. Ia melepaskan kancing lengan kemeja panjangnya kemudia menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. Ia pun melonggarkan dasi yang mencekik lehernya. Suara ketukan pintu pun terdengar. Dengan suara dinginnya Kenan meminta Flora masuk ke dalam.     

"Ada apa ya, pak?" tanya takut-takut.     

Bukannya menjawab, Kenan mengambil sesuatu di dalam tasnya kemudian ia melemparkannya pada Flora. Flora pun dengan sigap menangkap apa yang di lemparkan Kenan padanya. "Itu uang untuk handphone mu yang rusak!" ucap kenan begitu dingin. Flora pun langsung membeku mendengar ucapan Kenan.     

TBC...     

Yuhuu... ramaikan Koment, Love dan Power Stonenyanya guys....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.