Menikah dengan Mantan

Bab 70



Bab 70

0YO YO YO... DOUBLE UP GUYS...     
0

BTW... UNTUK TANTANGAN BANYAK" KASIH POWER STONE, HADIAH DAN JUGA BUKA PRIVI HADIAHNYA BISA BERTAMBAJ JIKA HASILNYA BAGUS GUYS... SO... AYO... IKUTAN TANTANGAN INI DARI TANGGAL 15-31.     

DAN TANTANNMGAN INI INSYAALLAH AKAN AKU BUAT SETIAP TENGAN BULAN SAMPAI AKHIR BULAN. ALASANNYA KENAPA DARI TEGAH BULAN DAN ENGGAK AWAL BULAN. SUPAYA KALIAN ENGGAK TERLALU KEBANYAKAN NGELUARIN KOIN. BUKA KUNCI MAHAL, INI DI TAMBAH LAGI SURUH BUKA PRIVILAGE DAN KASIH HADIAH. BUH.. MAKIN BANYAK PENGELUARAN. HEHEHEH..     

SO, YUKS LAH BURUAN IKUTAN.     

HAPPY READING....     

Qia saat ini sedang mengantri untuk membeli makan siang. Ia membayarkan makan siangnya ketika nasi bungkusnya sudah ia terima kemudian ia berjalan menuju rooftop perusahaan. Ia mengirim pesan ke Sisilia jika ia akan langsung naik ke rooftop.     

Qia kembali memasukkan handphonenya ke saku celananya. Setelah itu berjalan menuju lift dengan senyum mengembangnya. Sisilia segera menelpon Qia ketika ia mendapatkan pesan dari Qia.     

Qia pun menerima panggilan telponnya.     

["Mbak Qi!"] teriak Sisilia di ujung telpon.     

"Kenapa Sil?" tanya Qia heran karena Sisilia memanggilnya dengan suara keras hingga Qia harus menjauhkan handphonenya dari telinganya.     

["Mbak, buruan ke ruangannya Pak Kenan. Pak Kenan tadi marah-marah sama aku karena bukan mbak Qia yang mengantarkan piring dan sendok garpu ke ruangannya.]     

"Oh, oke. Aku keruangannya. Kamu tunggu di rooftop ya," ucap Qia dengan santainya.     

Ia kini sudah menekan tombol lift untuk naik ke rooftop. Tidak mempedulikan sama sekali perkataan Sisilia tentang Kenan yang marah-marah. Ia sangat malas harus bertemu dengan Kenan.     

Sampai di lantai paling atas, Qia berjalan ke pintu tangga darurat dan ia duduk disana sambil menunggu waktu yang pas menemui Sisilia yang ada di rooftop.     

Tiba-tiba handphonenya berdering menampilkan id caller dengan nama Suamiku membuat Qia mengernyitkan dahinya. "Siapa nih, suami. Perasaan aku enggak pernah ngasih nama kontak suami. Lagian suami ku kan, enggak tahu nomorku. Dia aja enggak follow igku," ucap Qia masih menatap layar handphonenya.     

Panggilan pun akhirnya terputus begitu saja karena Qia terus bertanya-tanya. Siapa kontak suami yang ada di handphonenya. "Ah iya, apa bang Raka ya? Tapi seingetku, aku ngasih namanya Abang. Kenapa ini jadi suami?' tanya Qia heran.     

Handphonenya kembali berdering dan menampilkan id caller Suamiku. Kali ini Qia langsung mengangkat telponnya.     

"Hallo," jawab Qia ketika sambungan telponnya sudah tersambung.     

["Dimana kamu?"] tanya orang itu dengan suara dinginnya.     

"Mau makan siang, ada apa ya pak?" tanya Qia pada orang yang menelphonenya. Orang itu tidak lain adalah Kenan.     

["Kenapa belum keruangan ku?"] tanya Kenan terdengar kesal.     

"Ya kenapa sih, saya harus ke ruangan bapak? bukannya peralatan makan yang bapak minta sudah di antarkan?" tanya Qia heran.     

["Sudah, datang saja ke ruanganku. Jangan banyak membantah!"] tegas Kenan.     

"Nanti ya, Pak. Habis makan siang, saya ke ruangan bapak," ucap Qia.     

"Sekarang, titik!" tegas Kenan kemudian ia mematikan sambungan telponnya.     

Qia menatap layar ponselnya yang menampilkan panggilan sudah berakhir. Qia pun kembali scrolling instagramnua tanpa peduli dengan Kenan yang memintanya untuk datang ke ruangannya. Katakanlah ia berani dengan Kenan, tapi setidaknya tidak di depan orang. Jika ada di depan orang, Qia tentu saja akan langsung menuruti apa mau Kenan.     

Lagi pula, ia sendiri ingin menjauhi Kenan supaya ia tidak akan stress akibat gangguan orang-orang yang tidak menyukainya. Di rasa ia sudah cukup lama duduk di sana, ia pun berdiri dan berjalan ke luar dari tangga darurat menuju rooftop.     

"Sil!" panggil Qia ketika ia membuka pintu rooftop.     

"Aku, di sini, mbak." jawab Sisilia seraya mengangkat satu tangannya. Qia pun segera menghampiri Sisilia yang duduk     

di sebelah kotak besar terbuat dari semen untuk menampung air.     

Duduk di sana cukup dingin karena bagian atasnya terdapat atap sehingga mereka tidak akan kepanasan. Jika hujan, mereka tidak akan langsung terkena hujan hanya saja lama kelamaan mereka akan kehujanan karena tidak tahu arah angin hujan ke mana mengarahnya.     

Qia duduk di depan Sisilia yang sudah duduk bersila di atas kardus agar bajunya tidak kotor. "Gimana Pak Kenan, mbak?" tanya Sisilia ketika Qia sedang membuka bungkusan makanannya.     

"Enggak gimana-gimana," jawab Qia tanpa menatap Sisilia.     

"Terus, kenapa tadi pak Kenan langsung marah hanya karena aku yang membawakan perlatan makanannya?"     

"Lagi dapet mungkin," jawab Qia asal kemudain menyuapkam nasinya ke dalam mulutnya.     

"Ngaco deh, mbak!" ucap Sisilia sambil memukul lengan Qia.     

"Ya terus ngapain dong?" tanya Qia setelah ia menelan nasinya.     

"Ya, ngapain gitu," jawab Sisilia tidak tahu harus berkata apa.     

"Udah, enggak usah di pikirin. Lebih baik kita makan siang. Udah pukul setengah satu, nih," ucap Qia menasehati. Ia kemudain menyuapkan makannya kembali ke mulutnya.     

Sisilia menganggukan kepalanya sebagai jawaban, ia pun mulai memakan makanannya. "Oh, iya, mbak," ucap Sisilia yang baru ingat kenapa ia makan di rooftop bersama Qia.     

"Iya, ada apa?" tanya Qia seraya menatap Sisilia.     

"Masalah yang tadi, yang di bilang mak lampir ke mbak."     

"Nah, iya. Apa itu yang dia maksud nge--" ucapan Qia terhenti kala ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk ke handphonenya. Qia mengambil handphoenya di saku celananya.     

Qia menekan tombol power untuk mematikan layar hendphonenya ketika melihat id caller si pemanggil. "Kok, enggak di angkat mbak?" tanya Sisilia heran.     

"Males, palingan juga temen aku mau minjem duit atau mau curhat. Udah, ah, enggak usah di sebut lagi," jawab Qia dengan malas kemudian memasukkan handphonenya ke saku celananya.     

Kenan kembali menelponnya, tetapi Qian tidak mau menganggkatnyam. "Palingan juga, dia hanya akan mengomel karena aku tidak kunjung datang," ucap Qia dalam hati.     

"Lanjut Sil, ke masalah tadi. Jadi yang di mak--" lagi-lagi ucapan Qia harus terhenti karena dering ponsel.     

Qia kemudian mengambil handphonenya untuk melihat siapa yang menelponnya. Ternyata nama Suami yang kembali terpampang jelas di layar ponselnya. Qia kini mematikan daya ponselnya agar tidak terganggu dengan Kenan yang menelponnya terus-terusan.     

"Kok, dimatiin mbak?" tanya Sisilia mengernyitkan dahinua heran dengan sikap Qia.     

"Biar enggak ganggu," jawab Qia sekenanya.     

"Enggak takut jika ada telpon penting, mbak?" tanya Sisilia lagi.     

"Nomorku masih baru Sil, jadi enggak takut ada telpon penting. Udah, ah lanjut bahas yang tadi aja. Dari tadi ke tunda mulu," ucap Qia sedikit kesal.     

"Hahahah.. iya, mbak bener," jawab Sisilia seraya tertawa.     

"Jadi, apa itu nge***?" tanya Qia to the point.     

"Tapi mbak jangan kaget ya aku ngomongnya begini," ucap Sisilia sebelum menjelaskan apa maksud pertanyaan Mawar tadi padanya.     

"Ngomong gini, gimana?" tanya Qia mengernyitkan dahinya.     

"Ya, pokoknya temtang apa yang akan aku ucapin ke mbak."     

"Oke, deh. Siap," jawab Qia supaya tidak lama berbasa basi. Sepertinya kata nge*** itu cukup tidak enak jika Sisilia sudah berkata seperti itu.     

Sisilia menghirup napasnaya dalam-dalam sebelum menghembuskan napasnya secara perlahan. "Jadi, yang di maksud nge*** itu main kak."     

Qia mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Sisilia yang sedikit ambigu. Maksudnya main ini main apa. Terus ada masalah apa dengan main. "Maksud enggak mbak, dengan main yanh aku maksud?" tanya Sisilia menatao Qia serius.     

Dengan polosnya Qia menggelengkan kepalanya. "Aku masih enggak paham, main gimana maksudnya?"     

"Astaga mbak, mbak masih enggak tahu main apa? Ya Allah... mbak hidup di jaman apa sih sampai main yang di maksud itu apa?" tanya Sisilia dengan wajah frustasi.     

Qia memutar bola matanya malas, ia memiliki dua opsi. Main yang di maksud, ya hanya main biasa dan main 21+ atau hubungan dewasa. Ia takut salah mengartikan jadi ia lebih memilih opsi tidak tahu main apa yang di maksudnya.     

"Jadi main yang aku maksud itu, cowok sama cewek tidur bareng sambil main."     

"Maksudnya tidur bareng sambil main itu sex?"     

"Hum," jawab Sisilia singkat.     

"Gils, ya. Gua mau main sama siapa? Hilal jodoh aja belum ketemu-ketemu," ucap Qia tidak habis pikir.     

Ia sama sekali tidak tahu tentang istilah itu. Ia hanya mengerti tentang ngesex, itu saja. Atau jelasnya hubungan intim suami istri.     

"Tapi, mbak. Seriusan deh, jangan bohong ya, jawabnya. Mbak seriusan enggak tahu istilah tadi?"     

"Iya, aku beneran enggak tahu. Aku cuma tahu sex atau hubungan ranjang," jawab Qia jujur.     

"Apa temen-temen mbak enggak pernah ngomong begini?"     

"Aku cuma inget both sama top, itu aja gak ngerti maksudnya apa. Temen-temen di tempat kerja sebelumnya mulutnya dakjal-dakjal kalau suruh ngomongin sex. Aku emang yang enggak ngerti cuma tidur aja kalau mereka ngobrol atau cuma diem aja dengerin obrolan gila mereka. Kadang-kadang juga aku tinggal. Bukan sombong ya Sil, tapi memang kayak enggak masuk di otak aku aja apa lagi kuping rasanya risih dengerin begitu."     

"Jadi mbak masih perawan dong ya?"     

"Ya masihlah, enak aja enggak perawan! Bukan mau ngejek orang yang enggak perawan, ya. Hanya saja bagi aku perawan itu sebuah keharusan di kehidupan aku sebelum menikah. Apa enaknya kalau pas malem pertama rasanya hambar karena udah bolong. Aku juga masih takut dosa gini-gini. Walau jujur aja ya, aku enggak pernah sholat. Hanya ketika bulan Ramadhan aku akan puasa dan sholat ku tekun," ucap Qia jujur.     

Ya, semenjak kecelakaan Qia menjauh dari Allah. Ia merasa Allah telah jahat padanya. Tetapi, ketika Ramadhan tiba ia menjadi orang yang tekun beribadah. Ia merasa mendengar suara adzan yang selalu berkumandang dan teman-teman di sekitarnya yang melakukan puasa menjadikan hal itu seperti pacuannya utuk melakukan puasa dan tekun beribadah.     

Semua orang ketika bulan Ramadhan pastilah berubah, teman-teman di tempatnya bekerja sebelumnya pun sama seperti dirinya. Mendadak rajin beribada jika mereka sedang berpuasa.     

TBC....     

Yuhu... Ramaikan KOMENT, LOVE DAN POWER STINENYA YA GUYS...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.