Menikah dengan Mantan

Bab 71



Bab 71

0Hai... hula hula... halo guys.... Sampai sekarang masih belum ada yang ikutan di challeng yang pertama. hikks, syedih aku.     
0

Semoga Cahlleng yang ke dua ini enggak akan gagal kayak yang Pertama.     

So, seperti yang aku bilang kemarin ya guys... CHALLENG KE DUA INI ADALAH BANYAK"AN KASIH AKU POWER STONE+BUKA PRIVILAGE (HAK ISTIMEWA)+HADIAH. JADI YANG PALING BANYAK NGASIH SEMUA ITU MAKA SIAP" MENDPAT HADIAH PERTAMA. AKU CUMA NGASIH UNTUK TIGA PEMANAG, TAPI SEMUA BISA BERUBAH KALAU HASIL AKHIRNYA MEMUASKAN.     

JADI AYO" IKUTAN CHALLENGE NYA YA GUYS... WEHHEHE...     

HAPPY READING....     

Jam istirhat selesai, Qia dan Sisilia turun ke bawah dan pergi ke ruang pantry. Qia mengambIl air minum karena tadi ia lupa membeli minum. Telpon kantor pun berdering dan di angkat oleh Qia.     

"Hallo," ucap Qia setelah telpon tersambung.     

["Kamu kemana aja dari tadi?"] tanya Kenan dengan suara meninggi hingg Qia memejamkan matanya karena telinganya sakit mendengar teriakan Kenan.     

"Ada apa ya, pak? Apa ada yang perlu saya buatkan untuk bapak?" tanya Qia seraya tersenyum karena ia tidak mungkin memasang wajah malas di depan Bu Ari, Sisilia dan juga Mawar.     

["Keruangan aku sekarang!"] tegas Kenan. Rasanya saat ini Qia ingin sekali berkata. "Aku enggak mau!" kemudian menutup telponnya. Sayangnya posisinya saat ini sama sekali tidak bisa membuatnya bersikap seperti itu.     

"Baik, pak. " Ya, itu jawaban yang bisa Qia lakukan. Mau bagaimanapun dalam hatinya kini mengandung banyak umpatan, ia tidak bisa mengungkapkannya sama sekali.     

Sambungan telpon pun berakhir, Qia kemudian berjalan ke arah tempat cucian piring untuk mencuci gelas yang ia pakai untuk minum. "Kenapa sama Pak Kenan. Tadi suaranya agak keras?" tanya Bu Ari.     

Qia menolehkan kepalanya setelah ia meletakkan gelas di rak piring yang baru di cuci. "Enggak ada apa-apa, bu. Saya cuma di suruh ke ruanganya saja untuk membersihkan ruangannya," jawab Qia seraya tersenyum.     

"Oh, begitu. Ibu kira ada apa," ucap Bu Ari lega.     

"Ya udah, bu. Qia ke ruangannya Pak Kenan dulu," ucap Qia seraya tersenyum. Kemudian, ia pun berjalan ke luar dari pantry.     

Sepanjang perjalanan menuju lift, Qia tidak henti-hentinya menggerutu dalam hati. Kenapa sih, Kenan itu bebal sekali. Dia tidak ingin ada gosip-gosip lagi. Apalagi Mamanya sudah memperingatinya, tapi tetap saja Kenan bebal.     

Qia kini sudah di lantai ruangan Kenan. Ia dengan cepat melangkah ke ruangan Kenan. Ia mengetuk pintunya dan Kenan pun memerintahkannya masuk. Qia pun masuk ke dalam ruangan dan langsung menuutup pintunya. "Kak Ken! apa kakak amnesia, hah! Apa Qia harus di bully habis-habisan baru kakak sadar, hah! Mama kakak aja udah enggak sutuju, kenapa masih terus nyuruh Qia deket-deket sama kakak?" tanya Qia yang meluapkan isi hatinya dengan mata terpejam karena ia berbicara tanpa henti.     

Qia pun membuka matanya menatap Kenan yang hanya diam saja. Kenan tidak ada di kursinya membuat Qia kesal. Pantas saja tidak ada orangnya. Eh, tapi, yang menyuruhnya masuk tadi siapa? tanya Qia dalam hati.     

"Ekhem," suara deheman sesorang membuat Qia kini menolehkan kepalanya ke kanan. Ternyata Kenan sedang kedatangan tamu yang tidak lain adalah Dermawan-- kakeknya Kenan.     

Qia menelan salivanya susah payah. Bodohnya ia yang memaki-maki Kenan tanpa melihat ada siapa di dalam ruangan Kenan. "Kemarilah," panggil Kakek pad Qia seraya tersenyum dan melambaikan tangannya agar Qia mendekat.     

Dengan langkah pelan Qia pun menghampiri Kenan dan juga Dermawan. Qia memegangi ujung bajunya dan menundukkan kepalanya. "Sini, duduk di samping kakek," ucap Dermawan sambil menepuk sebelahnya.     

Qia masih diam berdiri di dekat sofa, Kenan kemudian menarik tangan Qia agar Qia duduk di samping Kakeknya. Perlakuan Kenan yang seperti itu tidak luput dari pandangan mata sang Dermawan membuat dirinya pun tersenyum.     

Sepertinya memang Qia lah wanita yang cocok untuk membuat Kenan kembali ke kodratnya. Ia akan membuat Carla menerima kehadiran Qia. Karena sepertinya Carla lah, yang membuat Qia tidak menerima Kenan ada di dalam hidupnya.     

Qia kini sudah duduk di sofa tepat sebelah Kakek. "Kamu udah makan siang?" tanya Dermawan.     

"Udah, kek," jawab Qia singkat.     

"Tata, " panggil Kakek membuat Qia kini mendongakkan kepalanya untuk menatap Kakek.     

"Iya, kek," jawab Qia denga suara lembut.     

"Apa alasan kamu tidak menerima Kenan karena mama Kenan?" tanya Kakek dengan wajah seriusnya.     

Qia menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Kakek. "Lalu, kenapa? apa Kenan kurang perhatian ke kamu atau yang lainnya?"     

"Qia hanya tidak mau saja, Kek,' jawab Qia takut-takut.     

"Kakek tahu di sini kakek hanya orang ketiga. Tapi, kakek mewakili Kenan untuk minta maaf sama kamu jika Kenan pernah melakukan salah pada kamu," ucap Dermawan dengan wajah sendunya.     

Mimik wajah Dermawan sungguh bisa berubah dalam waktu yang cepat. Dalam sesaat wajah seriusnya kini berubah menjadi wajah yang sendu. Qia meraih kedua tangan Kakek untuk di genggam. "Kakek enggak perlu minta maaf sama sekali sama Qia. Qia menolak Kak Ken, ya karena Qia dan Kak Ken tidak bisa bersama."     

"Kenapa? kenapa enggak bisa bersama?" tanya Kakek menatap tepat ke manik mata Qia.     

"Qia yang enggak bisa Kek. Lagi pula banyak wanita di luar sana yang bisa Kak Ken dapat melebihi Qia. Enggak ada yang spesial dari diri Qia," ucap Qia dengan lembut.     

"Kamu itu spesial, enggak ada wanita lain yang spesial seperti kamu. Kenan itu pria yang cuek terhadap wanita. Tetapi, dengan kamu Kenan berubah. Ia sangat meperhatikan seorang wanita terutama kamu. Kamu juga adalah wanita pertama yang Kenan kenalkan sebagai calon istrinya," ucap Kakek serius.     

Qia kini menolehkan kepalanya menatap Kenan yang hanya diam saja. Apakah ini rencana Kenan untuk membuatnya luluh? Qia kumudian menatap Kakek, ia tidak bisa melihat wajah tua yang sudah keriput itu murung seperti itu.     

"Qia akan kasih kesempatana Kak Ken," ucap Qia membuat Kakek tersnyum sedangkan Kenan hanya menatap Qia.     

"Tapi ada syaratnya," ucap Qia yang kini menolehkan kepalanya menatap Kenan.     

"Apa?" tanya Kenan yang akhirnya buka suara setelah ia hanya diam saja.     

"Jangan tunjukin kedekatan kita di depan karyawan dan juga, aku enggak benar-benar menerima kakak. Aku hanya kasih kesempatan kakak untuk buat Qia suka lagi sama Kak Ken," ucap Qia dengan wajah seriusnya. Kenan diam, wajahnya terlihat serius dan sedang berpikir.     

"Apa kakak setuju?" tanya Qia karena Kenan yang terlihat serius.     

"Tentu saja Kenan setuju" ucap Kakek membuat Qia kini menolehkan kepalanya menatap Kakek.     

"Iya, aku setuju," ucap Kenan membuat Qia kini menatapnya. Setelah itu, tidak ada lagi hal yang di bicarakan. Qia pamit ke luar ruangan.     

Beberapa hari berlalu, Raka kini ada di sebuah villa yang ia sewa untuk membuat pikirannya tenang. Ia tidak sendiri di villa itu, ia di temani Scarlett tinggal di sana. Bagaimana mereka akhirnya bisa tinggal bersama, semua kembali ke beberapa hari yang lalu.     

Saat itu Raka akan keluar untuk pergi ke club malam, ia melihat Scarlett yang keluar dari penginapannya. Scarlett menatap Raka dengan padangan malas, sedangkan Raka hanya menatap biasa saja pada Scarlett.     

Scarlett berjalan di depan Raka, mereka hanya diam saja tanpa mengobrol sama sekali. Raka yang berada di belakang Scarlett bisa melihat bagaimana Scarlett berjalan. Ia sedikit menganggkang dan sering mengeluarkan rintihan. Mendengar rintihan dan jalan Scarlett yang mengangkang juga lamban membuat Raka mempercepat langkahnya kemudian berdiri tepat di depan Scarlett.     

Scarlett menghentikan langkahnya kemudian menatap Raka dengan malas. "Ada apa ya? apa kita kenal?" tanya Scarlett malas.     

"Apa kamu akan ke luar dengan pakaian seperti itu?" tanya Raka dengan raut wajah datarnya.     

"Kenapa memangnya pakaian gua? Kurang sexy, ya?" tanya Scarlett sambil melihat penampilannya.     

"Lo jalan ngangkang dan merintih seperti itu masih mau keluar. Mana rok yang lo pakai hanya di atas lutut!" ucap Raka sambil menatap ke arah rok yang di pakai Scarlett.     

"Baju, baju gua. Kok lo yang ribet. Minggir, gua mau lewat!" kesal Scarlett sambil mendorong tubuh Raka agar menyingkir.     

"Terserah lo deh!" ucap Raka kemudian ia membalikkan tubuhnya dan berjalan terlebih dahulu.     

"Huh! Dasar cowok emang enggak punya hati. Jadi enggak peka, deh. Kalau aja bukan karena nyari makan, gua enggak akan keluar. Mana seharian cuma di dalam kamar karena pinggang sakit dan lobang gua berasa ngelebar banget. Ini aja masih nyeri tapi dasar emang ya. Laki enggak peka!" gerutu Scarlett dengan suara yang tentu saja di dengar jelas oleh Raka.     

"Dia pikir gua minta pertanggung jawaban karena takut hamil? Aduh, gua enggak begok-begok juga kali pria enggak peka. Jangan-jangan lo yang begok!" kesal Scarlett masih menggerutu dengan jelas.     

Kuping Raka yang mendengarnya sudah terasa sangat panas, tetapi ia tetap melanjutkan jalannya. "Dasara laki enggak peka, gua udah ngomong sekeras ini enggak di peduliin. Sepertinya selain enggak peka dia juga budek!" cibir Scarlett membuat Raka kini menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Scarlett.     

Scarlett tetap berjalan tanpa peduli jika kini Raka sudah berhenti berjalan dan menatapnya. "Mau kamu apa?" tanya Raka seraya bersedekap menatap Scarlett.     

Scarlett menghentikan langkahnya kemudian ia menatap Raka dengan wajah datarnya. "Apa perlu gua jelasin?" tanya Scarlett dengan wajah menantang.     

"Katakan, apa yang kamu mau!" tegas Raka.     

"Aku mau kamu tanggung jawab," ucap Scarlett menatap tepat kemata Raka.     

"Tanggung jawab apa yang lo mau? Kalau menikah, sorry, gua enggak bisa nikahin lo. Karena gua udah punya orang," ucap Raka.     

"Sialan lo, brengsek! Bisa-bisanya lo udah punya istri tapi ngelakuin hubungan intim sama wanita lain. Gila ya, laki-laki emang brengsek!" marah Scarlett.     

"Siapa bilang gua punya istri? Enggak ada di kamus gua itu istri!" tegas Raka.     

"Terus maksud lo udah punya orang itu apa? Pacar?" tanya Scarlett dengan wajah seriusnya.     

"Ya, iyalah."     

"Ya ilah, pacar. Hari gini masih pacaran aja. Woi, lo mau jagain jodoh orang?" tanya Scarlett dengan wajah malasnya seraya memutar bola matanya malas.     

Ia berkata seperti itu karena bukan sekali dua kali ia menjalin hubungan dan semua itu berakhir dengan ia yang di tinggalkan karena mereka mengetahui Scarlett yang ternyata adalah orang aneh. Ya, bagi mereka yang sudah menjalin hubungan dengan Scarlett ketika mengetahui keanehan dari Scarlett akan menyebut Scarlett wanita aneh.     

Oh sungguh kejam sekali orang-orang berpikiran pendek itu. Jika mereka ada di posisi Scarlett bagaimana? Scarlett sendiri mungkin tidak mau seperti ini. Tapi apa daya, ia terlalu lemah menghadapi semua yang terjadi dalam hidupnya. Ia tidak suka di kasihani sama sekali. Itu sebabnya ia menjadi Scarlett yang sekarang.     

TBC...     

YUhuu.. ada yang bisa nebak dengan keadaan Scarlett kira" apa yang yang terjadi dengan Scarlett?     

Yukslah, ramaikan KOMENT, LOVE DAN POWER STONENYA YA GUYS.... WEHEHEHE....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.