Menikah dengan Mantan

Bab 73



Bab 73

0Yey... Double up Guys...     
0

BTW, Jangan bosen" ya sama ceritanya. Whehehe...     

Happy Reading... Yuks lah, JANGAN LUPA IKUTAN CHALLENGE"NYA YA GUYS....     

WEHEHEHEHE...     

Raka pergi ke restaurant iTali, ia memEsan chiken parmigiana untuk makanannya dan minumannya ia memesan hot honey lime tea. Sambil menunggu pesanannya datang, ia memainkan aplikasi game yang ada di handphonenya. Tiba-tiba ia mendengar suara yang familiar di telinganya. Suara yang beberapa hari lalu mengisi hari-harinya.     

Ia pun menolehkan kepalanya mencari dari mana asal suaranya. Raka mengernyitkan dahinya melihat wanita dengan pakaian cukup sopan sedang tersenyum malu. Scarlett, ya, itu wanita yang saat ini sedang ia lihat. Wanita itu sedang makan bersama dua orang paruh baya dan ada satu wanita yang sepertinya seumuran dengannya atau mungkin lebih tua darinya.     

"Jadi, bagaimana Chika, mau tidak dengan anak saya?" tanya pria paruh baya yang duduk di hadapan Scarlett.     

"Maaf sebelumnya, tapi saya sudah memiliki calon pak," jawab wanita yang Raka kenal bernama Scarlett itu.     

"Wah, beruntung sekali pria yang akan menjadi suamimu," Chika atau Scarlett hanya tersenyum saja mendengar ucapan pria paruh baya yang tidak lain adalah klient bisnis orang tuanya.     

Papanya sedang pergi ke Bali untuk melihat perkerjaan di hotel yang ada di sana. Jadi, hari ini ia yang menemui klient Papanya yang akan memperpanjang kontrak kerja sama. Dari tempat duduknya, Raka hanya berdecak dan memutar malas bola matanya.     

Scarlett mengatakan dia pria brengsek karena bermain dengan wanita lain padahal dirinya sudah memiliki seorang kekasih. Terus, apa yang di lakukan Scarlett sekarang. Ia mengatakan jika ia sudah memiliki calon. Apakah itu tidak lebih keterlaluan di bandingkan dirinya?     

Raka pun kembali memainkan game di handphonenya tanpa peduli dengan Scarlett di sana. Pesanan makanannya akhirnya datang. Ia pun menikmati makananya dengan santai. Tiba-tiba, mata Raka dan Scarlett saling bertemu dan mereka saling memandang satu sama lain cukup lama. Tetapi, wajah Scarlett hanya biasa saja memandang wajah Raka. Scarlett pun kembali menatap pada dua orang paruh baya di hadapannya dan mereka kembali berbincang.     

Raka tidak peduli dengan Scarlett yang sepertinya tidak mengenalinya. Ia malah bersyukur karena Scarlett bersikap seperti itu. Ia pun kembali memakan chiken parmigiana menu makanan yang ia pesan. Selesai memakan makanannya, Raka tidak langsung pulang. Matanya beberapa kali menatap ke arah Scarlett begitu pun dengan Scarlett yang juga menatap ke arahnya.     

Kedua orang paruh baya itu berdiri dari duduknya dan berpamitan pada Scarlett. Setelah mereka pergi, Scarlett pun meminta bill makanannya. Raka pun melakukan hal yang sama dengan meminta bill makananya. Scarlett pun berdiri dan berjalan ke kasir seraya membawa billnya. Ia memerintahkan wanita yang sepertinya bawahannya itu untuk pergi terlebih dahulu ke parkiran.     

Scarlett pun kini sedang berdiri di depan kasir untuk membayar makanannya. Raka kini berdiri tepat di belakang Scarlett. Scarlett sedikit mengeser tubuhnya supaya ia tidak berdiri tepat di depan Raka. "Hai, Scarlett," sapa Raka seraya tersenyum membuat Scarlett kini menatapnya dengan wajah terkejut.     

Suara kasir yang memanggil Scarlett menginterupsinya. Ia pun mengambil uang kembaliannya dari tangan sang kasir. "Hum, jual mahal," ucap Raka karena Scarlett tidak meresponnya sama sekali.     

Scarlett segera melangkah menjauh dari Raka tanpa menjawab perkataan Raka. Raka hanya berdecak kesal seraya memutar malas bola matanya melihat sikap Scarlett padanya. Ia pun kemudian memberikan bill pada kasir sekaligus uang tunai untuk membayar pesanan makanannya. Selesai dengan pembayaran pesanannya, Raka pun keluar dari restaurant.     

Sampai di luar restaurant, ia sudah tidak melihat kehadiran Scarlett. Ia pun akhirnya berjalan ke arah mobilnya yang ada di parkiran. Ia masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya pergi dari restaurant. Di dalam mobil ia hanya fokus menyetir. Biasanya ia akan mendengarkan musik seraya bernyanyi, tetapi ini tidak sama sekali.     

Di tempat lain, Scarlett sedang melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota ini. Ia manatap sekretarisnya yang duduk di sebelahnya. "Reni, kamu tadi melihat seorang pria yang memakai kaos berwarna biru tua dan memakai celana jens tidak?" tanya Scarlett seraya menoleh ke arah Reni tetapi kemudian ia kembali menatap ke depan.     

"Tidak bu, saya tidak melihatnya. Ada apa ya bu?" tanya Reni menolehkan kepalanya menatap Scarlett.     

"Ah, tidak apa-apa," jawab Scarlett singkat.     

Scarlett seperti mengenal pria tadi, tetapi siapa. Bahkan pria tadi saja mengenali dirinya, hanya saja ia memanggilnya Scarlett. Ngomong-ngomog Scarlett, pasti Scarlett lah yang mengenal pria itu. Jika dirinya yang mengenal pria itu, pasti pria itu akan memanggilnya Chika bukan Scarlett.     

Mendadak, Chika atau Scarlett menjadi takut dan memikirkan hal-hal buruk. Apalagi yang di kenal pria itu adalah Scarlett. Apa yang terjadi pada Scarlett dan pria tadi. Semoga saja, ini tidak akan menjadi masalah di kemudin hari antara dirinya dan juga pria tadi yang mengenalnya sebagi Scarlett.     

Di kantor Kenan saat ini Kenan sibuk dengan desain meja makan yang ia buat. Sangking sibuknya ia tidak mempedulikam Flora yang saat ini sedang menjelaskan jadwal kegiatan Kenan. Ya, walaupun telinganya tetap mendengarkan apa yang sedang di katakan Flora. "Pertemuan hari ini pukul tiga sore kamu batalkan dan di pindah ke hari lainnya tetapi jam pagi. Jangan jam sore, " ucap Kenan tanpa menatap ke arah Flora.     

"Tapi, pak. Jadwal ini tidak bisa di rubah mendadak," ucap Flora membuat Kenan kini menghentikan aktifitasnya kemudian menatap Flora.     

"Apa perlu saya yang turun tangan untuk mengatur jadwalnya?" tanya Kenan denga suara dingin dan tatapan mata tegasnya.     

"Ah, tidak pak. Saya akan mengatur ulang jadwalnya," ucap Flora tergagap.     

Kenan pun kembali melajutkan aktifitasnya, Flora pun hanya diam di tempatnya sekarang. Ia sedang berdiri di tempatnya yang tidak jauh dari meja design Kenan. "Kenapa masih di situ, pergilah! Dan atur ulang jadwalnya dengan benar!" tegas Kenan tanpa menatap Flora.     

"Ah, baik, pak" jawab Flora tergagap. Flora pun pamit keluar ruangan dan ia sedikit mebungkukkan tubuhnya ketika akan keluar ruangan.     

Setelah pintu ruangan tertutup, ia pun menggerutu kesal pada bosnya. "Gila ya, bisa-bisanya dia ganti jadwal mendadak gitu aja. Mana ini perusahaan yang sekretarisnya cerewet banget!"     

Flora pun segera masuk keruangannya dan menelpon pihak klient bahwa jadwal pertemuan mereka di ubah. Dan ia sedikit lega karena ternyata dari pihak klient pun tidak bisa bertemu karena ada hal mendadak yang membuat bosnya membatalkan pertemuan untuk waktu yang belum tahu kapan.     

Sepulang bekerja, Qia yang baru saja ke luar dari lobi perusahaan di kagetkan dengan kedatangan Janu. "Eh, mas," ucap Qia terkejut.     

"Pulang bareng, yuk," ajak Janu seraya tersenyum.     

"Kita, kan beda arah, mas," ucap Qia.     

"Aku ada perlu ke tempat yang enggak jauh dari appartement kamu kerja," jawab Janu seraya tersenyum.     

"Em…" Qia terlihat berpikir. Haruskah ia menerima tawaran Janu. Ia tidak mau jika hal ini membuat Janu menjadi berharap lebih pada drinya.     

Entah dia yang kepedean atau apa, tetapi ia merasa jika Janu menyukainya. Sikap Janu dari dirinya yang rela menjemput atau mengantarnya pulang padahal arahnya pulang ke panti itu berbeda dari appartement yang ia tempati.     

Jadi, Qia mengartikan kebaikan Janu itu karena Janu menyukainya. Hanya orang yang sedang pdkt yang akan melakukan apapun itu agar wanita yang sedang ia dekati itu merasa nyaman dengannya.     

"Bagaimana, Ta?" tanya Janu karena Qia malah hanya diam saja.     

"Lain kali aja ya, mas. Kasian mas kalau harus antar aku."     

"Aku sekalian ada perlu di sana kok, enggak apa-apa," ucap Janu seraya tersenyum.     

Qia tersenyum paksa seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Jangan mengganggu pintu masuk!" suara dingin dan sinis itu menyapa pendengaran Qia dan juga Janu.     

Qia pun menolehkan kepalanya menata ke arah orang yang baru saja bicara, ternyata Floralah yang baru saja bicara. "Ah, iya, bu. Maaf," ucap Janu.     

Flora hanya melengos kemudian ia melanjutkan jalannya. "Ya udah, mas. Anterin aku pulang, ya," ucap Qia sedikit meninggiikan suaranya dengan matanya yang melirik sekilas ke arah Flora.     

Ia sangat menyukai jika Flora menjadi marah seperti itu. Bukan ia jahat, hanya saja perlakuan Flora yang membuatnya menjadi membenci Flora. Apalagi Flora sudah sangat keterlaluan mengerjainya saat itu. Untung saja saat itu ada Raka dan juga Kenan yang menolongnya. Entah apa yang terjadi jika tidak ada Kenan dan Raka yang menolongnya.     

TBC....     

YUHU...RAMAIKAN KOMENT LOVE DAN POWER STONENYA YA GUYS... BTW YANG BELUM RIVIEW BUKU INI, BOLEHLAH MINYTA RIVIEWNYA GUYS... SUPAYA MAKIN NAIK INI BUKU. WEHEHEHE....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.