Menikah dengan Mantan

Bab 74



Bab 74

0Hai semuanya... hiks, aku baru tahu loh kalau buka kuncinya lumayan. Aku fikir mau berapa ribu kata buka kuncinya tetap 6 koin ternyata enggak guys... Jadi, aku nulisnya ku kurangi lagi ya....     
0

JANGAN LUPA YA, IKUATAN CHALLENGENYA. KALAU CHALLENGE INI EFEKTIF TIAP BULAN AKAN AKU ADAIN. DAN KALAU HASIL BULAN INI BAGUS UNTUK CHALLENG KE DUA DIMANA KALIAN HARUS BANYAK"AN BELI HAK ISTIMEWA+POWER STONE+ KIRIM HADIAH KE AKU.TAPI KALAU HADIAHNYA BERUPA RING ATAU BUKU KEMUNGKINAN MENANG LEBIH BANYAK. WKWKWKW... AKU BISA TAMBAH HADIAH JUGA.     

HAPPY READING...     

AYO IKUTAN CHALLENGE... KARENA HADIAH BISA BERTAMABAH.     

Pada akhirnya Qia pun pulang bersama Janu dan hal itu di lihat oleh Kenan. Kesal, tentu saja ia kesal. Ia paling tidak menyukai Qia yang di boncengi motor oleh lawan jenisnya. Kenan sudah sampai di rumah dengan perasaan kesal. Ia kemudian berjalan masuk ke rumah tanpa menyapa kakek yang sedang berada di ruang televisi sambil menonton entah apa.     

"Kenapa dia?" tanya Kakek seraya menatap Kenan yang sedang menaiki tangga menuju lantai dua kamarnya berada.     

"Ada masalah di kantor mungkin, Pak," jawab Revi yang juga menatap ke Kenan.     

"Enggak biasa-biasanya dia ada masalah di kantor sampai seperti itu," ucap Kakek mengernyitkan dahinya bingung karena sikap aneh sang cucu.     

"Mas Kenan mungkin cemburu Kek," ucap Zevan yang baru saja masuk ke dalam rumah.     

Zevan menghampiri Ibu dan Kakeknya kemudian ia mencium punggung tangan mereka berdua. "Cemburu gimana?" tanya Revi menantap putranya ini.     

"Mbak Qia tadii pulang sama cowok naik motor," jawab Zevan seraya mendudukkan dirinya di single sofa.     

"Pulang sama cowok, siapa?" tanya Revi penasaran.     

"Enggak tahu ma, yang pasti dia karyawan produksi. Dan kalau enggak salah lihat dia itu supervisor bagian produksi."     

"Kakaknya mungkin," ucap Revi berpikir positif.     

"Enggak mungkin, Tata itu anak yatim piatu. Keluarganya meninggal akibat kecelakaan," ucap Kakek dengan dahi berkerut memikirkan siapa pria yang pulang bersama Qia.     

Jika itu pria yang sedang mendekati Qia, itu sangat bahaya. Karena bisa jadi Qia akan terpengaruh pada pria itu. Apalagi, kan, hubungan Qia dan Kenan masih belum ada kemajuan. Ia sih, memang Kenan berusaha memberikan perhatian pada Qia. Bahkan beberapa hari lalu Kenan selalu mengajak Qia pulang ke rumah untuk makan malam bersama. Tetapi Qia masih bersikap acuh tak acuk pada Kenan.     

"Innalillahi wa innailahi roji'un," ucap Revi ketika mengetahui jika Qia ternyata sudah tidak memiliki keluarga. Betapa sedihnya pasti Qia ketika keluarganya meninggal dalam kecelakaan.     

Kakek masih terdiam memikirkan siapa pria itu, membuat Revi dan Zevan saling memandang satu sama lain melihat Kakek yang hanya diam saja. Zevan dan Revi sama-sama menggerakkan bola matanya untuk siapa yang menegur kakek duluan. Nanti bisa-bisa kakek ketempelan lagi, apalagi sebentar lagi akan adzan magrib. "Kek," panggil Zevan pada akhirnya seraya memegang lutut kakek. "Ini enggak bisa di biarin!" ucap Kakek membuat Zevan dan Revi terkejut menatap Kakek yang sudah berdiri sambil menatap ke depan.     

Kakek kemudian menatap Zevan yang tubuhnya bersandar pada sofa karena terkejut denga reaksi Kakek. "Zevan," ucap Kakek menatap Zevan dengan wajah seriusnya.     

"Iya, kek," jawab Zevan kemudian menelan salivanya susah payah. Walau sudah tampak keriput di wajahnya dan ia memanglah sudah tidak muda lagi, akan tetapi tatapannya masih bisa membuat anak muda seperti Zevan merasa terintimidasi.     

"Kamu bantu kakek mengawasi pria yang pulang bersama Tata. Kakek, tidak mau pria itu mendapatkan kesempatan menjadi kekasih Tata. Kakek maunya Tata menjadi istri Kenan!" tegas kakek menatap Zevan.     

"Iya, kek," jawab Zevan tergagap sambil menelan salivanya susah payah.     

Setelah mengatakam hal itu pada Zevan kakek kembali duduk di sofa dan kembali fokus ke televisi. Revi dan anaknya saling berpandangan karena sikap Kakek barusan. Sepertinya Qia bukanlah wanita biasa hingga membuat Kakek seperti ini.     

Kenan saat ini sedang mandi di bawah guyuran shower untuk meredahkan rasa kesalnya. Apa Qia lupa atau apa hingga ia masih saja naik motor dan pulang bersama pria itu. Jika saja mereka tidak sedang berada di kantor, Kenan pasti sudah menarik Qia untuk mengikutinya. Sayang, perjanjiannya pada Qia jika tidak menunjukkan kedekatannya di kantor membuatnya tidak bisa apa-apa.     

Kenan tadi memilih langsung melajukan mobilnya dengan cepat tanpa mengikuti Qia sampai di rumah atau tidak. Ia sudah merasa kesal sekali melihat Qia yang bahkan tersenyum ketika berbicara pada pria itu.     

"Arrgh!" kesal Kenan kemudian memukul dinding kamar mandinya dengan kuat.     

"Bisa enggak sih Ta, kamu enggak buat aku kesal!" makinya.     

"Apa aku harus membawa motor juga supaya kamu mau pulang bersamaku?" tanya Kenan kesal. "Arrgh!" teriaknya kesal.     

Di tempat lain, Qia masih berada di atas motor. Ia tadi memutuskan untuk mengunjungi panti asuhan. Ia juga tadi mampir ke swalayan untuk membeli beberapa cemilan supaya ada barang bawaan yang ia bawa ke panti. Ia orang yang tidak bisa jika tidak membawa barang bawaan ketika mengunjungi orang. Bahkan beberapa kali ia makan malam bersama keluarga Kenan pun ia sering membawakan buah atau roti dan susu.     

Kenan padahal sudah mengatakan jika tidak perlu membawa apa-apa, hanya saja itu sudah menjadi kebiasaan Qia jika sedang berkunjung ke rumah orang yang ia kenal baik. Itu sebabnya ia itu jarang bertamu ke rumah orang yang cukup dekat dengannya.     

Alasan Qia tidak pernah lagi ke panti asuhan semenjak dirinya keluar dari sana bukan karena harus membawa barang bawaan teteapi, semua karena ia tidak mau mengingat waktu kelamnya. Dimana dirinya yang begitu dingin dan mudah tersinggung. Dimana dirinya yang begitu terpuruk dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Ia ingin bangkit dari lukanya dan dengan pindah dari sana juga agar tidak bersinggungan dengan orang-orang yang pernah ada ketika dirinya sedang berada di titik terendah.     

Ia tidak mau di kasihani, itulah alasan utama dirinya tidak pernah pergi ke panti. Wajah-wajah orang yang mengasihininya karena kehilangan keluarganya. Bahkan ada yang pernah dia dengar, "Kasihan ya si Tata, udah gak punya keluarga lagi, terus dia juga gila," itu salah satu hal yang pernah ia dengar dari beberapa anak yang tinggal di panti asuhan itu.     

Tatapan mata mereka yang mengasihininya, begitu pula dengan tatapan ibu panti yang juga mengasihininya. Ia pun akhirnya melupakan orang-orang yang tinggal di panti termasuk wajah mereka supaya ia tidak merasa di kasihani. Ia tidak butuh di kasihani, ia hanya butuh sebuah semangat supaya ia bisa lebih kuat menjalani hidupnya.     

Apakah sebuah semangat itu sangat sulit, di bandingkan dengan mengasihani? Ya, pertanyaan itu dulu muncul dalam benak Qia, tetapi tidak untuk sekarang. Ia sekarang lebih menatap ke depan tanpa mempedulikan orang-orang yang menggunjingkan dirinya di kanan atau kirinya. Ia juga berusaha lebih kuat di belakang walau di depan orang ia terlihat lemah. Ya, contohnya saja seperti apa yang ia lakukan pada Flora. Di depan Flora dia menurut dan lemah, tetapi di belakangnya Qia memanfaatkan ketidak sukaan Flora dengan kedekatannya bersama Janu.     

TBC... YUHUU.. RAMIAKAN KOMENT, LOVE, POWER STONE DANKALAU BISA BUKA PRIVI DAN HADIAHNYA YA GUYS...     

WEHEHHE     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.