Menikah dengan Mantan

Bab 44



Bab 44

0:partying_face::partying_face::partying_face: up again. Happy Reading....     
0

Di ruang kerja Kenan, Qia, Raka dan Kenan sedang makan bersama. Beberapa kali Raka mencuri pandang ke arah Kenan dan Qia yang fokus dengan makanan mereka. Raka merasa apa yang dilakukam Kenan tadi ada yang salah. Tidak seperti biasanya Kenan sengaja menarik tangan seorang wanita. Apalagi Kenan yang berwajah dingin dan yang selau berkata ketus pada Qia, sungguh aneh rasanya tiba-tiba Kenan menarik Qia masuk ke ruangannya.     

Selesai makan, Qia pun langsung membereskan wadah bekas makanan kemudian merapihkan meja yang sedikit berantakan. Qia pun permisi pergi membawa piring kotor dan juga sampah. Kini di ruangan hanya ada Kenan yang sedang menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dan Raka yang masih terus menatap Kenan.     

"Ada apa?" tanya Kenan sambil menolehkan kepalanya malas ke arah Raka.     

"Apa kamu menyukai Qia?" tanya Raka memicingkan matanya menatap Kenan.     

Kenan mengernyitkan dahinya, "Memangnya kenapa?"     

"Jadi, kamu benar menyukai Qia?" tanya Raka memicingkan matanya.     

"Kenapa kamu malah berkata seperti itu? Kamu tahu aku, ka," ucap Kenan tidak habis pikir kenapa Raka bisa berpikir seperti itu. Dia hanya bertanya kenapa, tetapi Raka malah menuduhnya jika ia menyukai Qia.     

Ia tidak menyukai Qia, ia hanya peduli saja dengan Qia. Apalagi ia pernah berjanji pada Nathan untuk menjaga Qia. Tidak ada dalam kamusnya ia menyukai seorang wanita.     

Mungkin dulu ia pernah mencintai seorang wanita, tetapi wanita itu membuat Kenan yang akhirnya membeci seorang wanita. Wanita itu tentu saja adalah Mamanya, bagi anak lelaki ibunya adalah wanita sempurna dan cinta pertamanya.     

"Bisa saja, kan. Kamu menyukai Qia. Qia gadis baik, wajahnya juga begitu polos," ucap Raka memicingkan matanya semakin tajam ke Kenan.     

"Udah, deh Enggak usah mikir yang aneh-aneh," ucap Kenan malas kemudian ia kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa seraya memejamkan matanya.     

"Aku enggak suka, kamu bersikap baik pada orang lain!" tegas Raka.     

Kenan kini membuka matanya lebar-lebar dan menegakkan tubuhnya. Sorot matanya kini begitu marah mendengar ucapan Raka barusan. Apa tadi yang dia katakan, ia tidak suka dengan sikap baik Kenan pada orang lain, terus bagaimana dengan dirinya yang tebar pesona dengan pria atau wanita di luar sana.     

"Dia satu appartement denganmu, apa salahnya jika aku baik padanya?" tanya Kenan dengan wajah malasnya.     

"Tapi bisa, kan. Tidak menyentuhnya?"     

"Apan, sih, Ka? Kamu sendiri saja dekat dengan wanita atau pun pria. Kenapa aku yang hanya menarik tangan Qia jadi urusan panjang?" tanya Kenan tidak habis pikir dengan Raka.     

"Pokoknya kamu jangan seperti itu lagi, aku enggak suka!" tegas Raka.     

"Kamu gak suka lihat aku sama Qia atau kamu gak suka Qia dekat denganku karena kamu menyukainya?" tanya Kenan dengan sorot mata tegasnya.     

"Ya jelas, aku enggak suka kamu dekat dengan Qia. Kamu itu kekasihku, milikku!" tegas Raka.     

"Aku bukan milik siapa-siapa, aku milikku sendiri!" tegas Kenan dengan matanya yang menatap tajam Raka.     

"Lagipula, aku juga akan menikah jadi aku—" ucapan Kenan terhenti ketika Raka membungkam bibir Kenan dengan bibirnya.     

Ciuman Raka begitu menuntut, Kenan hanya diam dan membiarkan Raka bergerak sesuka hatinya. Ia sedang malas saat ini, tetapi dari pada Raka mungkin semakin marah dia mengikuti saja apa mau Raka. Dia tidak mau perdebatannya semakin panjang dan nantinya tanpa sadar dirinya mengataka jika ia mengenal Qia.     

"Balas ciumanku," ucap Raka di sela ciuman mereka.     

Kenan langsung mendorong tubuh Raka kesamping dan dia pun kini berada di atas tubuh Raka. Kini Kenan lah yang bergerak memimpin ciuman mereka. Tangan Raka sudah bergerak meraba tubuh Kenan. Ia menarik kemeja Kenan keluar dari celana bahannya.     

Kenan terus mencium Raka bahkan ciumannya kini mulai turun ke bawah. Tangan Kenan bergerak melepaskan kancing kemeja Raka begitu pun dengan Raka yang juga membuka kancing kemejanya. Tangan Kenan pun sudah membuka ikat pinggang kemudian membuka kancing celana bahan Raka.     

Ia memberikan jejak di tubuh Kenan, padahal semalam saja mereka sudah mengahabiskan waktu bersama walau hanya satu kali pelesan. Baru juga Kenan akan menarik celana bahan Raka suara teriakan seorang wanita sambil membuka pintu ruangan Kenan itu pun langsung membuat Kenan dan Raka terkejut hingga Raka dengan kuat mendorong tubuh Kenan.     

Kenan pun jatuh denggan punggungnya membentur pegangan sofa. Raka buru-buru merapikan pakaiannya dan tepat setelah itu wanita yang secara kasar membuka pintu sudah berdiri di dekat sofa yang mereka duduki.     

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Carla marah dengan kedua matanya membulay sempurna.     

"Apa perlu Kenan praktekan, Ma?" tanya Kenan dengan santainya sambil berdiri dari duduknya.     

Ia merapihkan kancing kemejanya kemudian memasukan kemejanya kedalam celana bahannya. "Apa kalian berdua sudah gila, hah! Ini kantor!" teriak Carla marah.     

"Memangnya siapa bilang ini hotel?" tanya Kenan kemudian ia berjalan ke arah pintu masuk untuk menutup pintunya.     

"Kalian berdua benar-benar—"     

"Sudahlah, Ma. Enggak usah ngurusin apa yang aku lakukan dengan Raka. To the point aja, Mama kesini mau apa?" tanya Kenan dengan tatapan dinginnya memotong ucapan Carla.     

Carla memejamkan matanya kemudian menghembuskan napasnya dengan berat guna menetralkan rasa marahnya. Ia tadi bertemu dengan Papanya di luar dan Papanya mengatakan jika anaknya sudah menemukan tambatan hatinya. Walau wanita itu bekerja sebagai OG perusahaan.     

Niat hati ia tadi akan mengajak makan siang bersama dengan Chika dan keluarganya tapi info dari papanya cukup membuatnya terkejut. Apalagi wanita yang di sukai anaknya itu seorang OG, ia harus mengklarifikasi semuanya. Bahwa, apa yang di katakan Papanya itu semua salah. Tidak mungkin dalam waktu sekejap Kenan bisa mencintai seorang wanita. Itu hal yang sangat mustahil terjadi     

Carla membuka matanya perlahan kemudian menatap putra satu-satunya ini. "Siapa wanita itu?" tanya Carla dengan tatapan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan.     

"Mama enggak perlu tahu," jawab Kenan singkat karena ia mengerti arah pembicaraan mamanya. Kakeknya pasti sudah memberitahukan tentang Qia pada Carla.     

"Wanita iti akan menjadi istri kamu. Seorang pewaris dari perusahaan IKI Furniture, wanita itu harus sepadan dengan keluarga kita, Kenan!" tegas Carla dengan raut wajah marahnya.     

"Mama enggak perlu ikut campur lagi tentang wanita yang akan Kenan nikahi. Mama enggak ada hak untuk mengatur siapa wanita yang ingin Kenan nikahi!' tegas Kenan dengan raut wajah marahnya.     

"Kamu kemarin meminta mama mencarikan wanita. Mama sudah mengatakan pada Chika jika kamu mau menikah dengannya."     

"Itu urusan Mama! Kenan sama sekali enggak pernah bilang jika Kenan mau menikah dengan Chika. Kenan hanya meminta di kenalkan wanita, selebihnya wanita itu mau Kenan nikahi atau tidak terserah Kenan!" tegas Kenan dengan tatapan mata tajamnya.     

"Apa sih kurangnya Chika. Wanita cantik, pintar, berpendidikan tinggi. Karirinya juga bagus, apa lagi yang kurang untuk menjadi pasangan yang pas untuk kamu?" tanya Carla tidak habis pikir dengan putranya ini.     

TBC....     

Yuks, ramaikan Koment , Love nPower Stonenya ya guys.... weheheh...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.