Menikah dengan Mantan

Bab 41



Bab 41

0Huye... up again guys...     
0

Happy Reading....     

Raka duduk di sebuah kursi yang tadi sempat di duduki Kakek, gerakkan Raka pun mampu membuat Kenan menghentikan aktifitasnya kemudian menatap Raka yang tersenyum padanya. Ia tadi sama sekali tidak mendengar pintu terbuka, itu sebabnya ia baru menoleh ketika merasa ada gerakan lain dari orang lain. "Kamu terlihat seksi," ucap Raka sambil menatap tepat di mata Kenan yang raut wajahnya sedikit terkejut dengan kehadiran Raka.     

"Apa kamu baru saja datang?" tanya Kenan menegakkan tubuhnya.     

"Hum," jawab Raka singkat.     

"Apa kamu bertemu Kakek?" tanya Kenan yang raut wajahnya kini berubah khawatir. Kakeknya baru saja keluar dari ruangannya kemungkinan untuk Raka bertemu dengan Kakeknya bisa saja terjadi.     

"Hah, sepertinya aku butuh asupan. Ciuman beberapa menit sebelum pintu di ketuk sepertinya bisa," ucap Raka seraya tersenyum menampilkan deretan giginya. Seolah-olah tidak ada masalah sama sekali, tetapi perkataannya membuat Kenan tahu jika Raka bertemu dengan Kakeknya.     

Raka berusaha tersenyum walau sebenarnya saat ini ia sedang sangat-sangat kesal. Tidak mau membuat keributan hari ini dengan Kenan, jadi lebih baik ia menahan amarahnya. "Apa yang sudah Kakek katakan?" tanya Kenan kini melangkahkan kakinya mendekat ke arah Raka.     

Kenan meninggalkan pekerjaannya untuk menghampiri kekasihnya yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Hubungan yang terjalin bukan setahun atau dua tahun itu, tentu saja sudah membuat Kenan mengerti Raka. Ia juga tahu bagaimana sifat Kakeknya itu jika ia tidak menyukai sesuatu.     

"Ka," panggil Kenan karena Raka hanya diam seraya tersenyum.     

Kini Kenan sudah berdiri di depan Raka, Raka tersenyum kemudian dengan sigap ia menarik pinggang Kenan membuat Kenan kini berdiri begitu dekat dengan Raka. "Duduklah di pangkuanku," ucap Raka seraya mendongakkan kepalanya menatap sang kekasih.     

Kenan pun mendudukkan dirinya di pangkuan Raka dengan posisi mengangkang supaya mereka bisa saling berhadapan. Raka memegang sebelah pipi Kenan kemudian tangannya bergerak kebelakang untuk memegang tengkuk Kenan.     

Ia kemudian menarik tengkuk Kenan dan bibir mereka kini sudah saling menempel. Raka mulai menggerakkan bibirnya, begitupun dengan Kenan yang juga menggerakkan bibirnya. Kini lidah mereka sudah saling bertaut satu sama lain. Tangan Kenan sudah meremat rambut Raka sedangkan tangan Raka sudah bergerak membelai punggung Kenan.     

Tangan Raka dan Kenan kini bergerak untuk melepaskan kancing kemeja yang mereka pakai satu sama lain tetapi semua terhenti ketika suara ketukan pintu menginterupsi gerakan mereka. "Apa kamu sudah menguncinya?" tanya Kenan menatap Raka.     

"Tidak perlu di kunci, jika tidak ada jawaban pasti mereka tidak akan berani membukanya," ucap Raka kemudian ia kembali menarik tengkuk Kenan dan bibir mereka kembali bertaut.     

Suara ketukan pintu kembali menginterupsi kegiatan yang akan kembali mereka lakukan, Raka pun yang pada dasarnya sedang marah dan ingin sekali marah-marah menghentikan aktifitasnya. "Berdirilah, aku akan mengurusnya," ucap Raka dengan suara begitu dingin.     

Kenan pun berdiri dari duduknya. Raka berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu. "Apa peringatan saya dan Kenan tentang tidak mengetuk ulang ketika kami tidak menjawab sama sekali tidak jelas, hah! Sampai kamu mengetuk kembali?" tanya Raka dengan suara tegas dan raut wajah marahnya ketika dirinya membuka pintu.     

"Ma-af, pak," ucap Qia tergagap. Bahkan tangannya kini bergetar karena takut dengan suara tegas dan marah Raka.     

"Qia?" ucap Raka terkejut karena ternyata Qia yang ada di luar. Rasa marahnya yang ingin di lampiaskan dengan berciuman bahkan jika bisa melakukan permainan panas membuat Raka lupa jika tadi dia meminta Qia mengantarkan piring dan peralatan makan. Padahal ia tadi sudah berkata pada Kenan jika akan ada orang yang akan datang.     

"Ma-af, pak, saya tidak tahu," ucap Qia menundukkan kepalanya. Qia memang melupakan beberapa hal penting yang pernah ia lakukan dan itu salah akan membuatnya ingat. Tetapi jika belum pernah mendapatkan teguran Qia akan lupa peraturan yang pernah di sampaikan.     

Kenan yang mendengar Raka mengucapkan nama Qia segera membenarkan kemejanya kemudian ia segera menghampiri Raka dan Qia. Kenan pun melihat tubuh bergetar Qia dan dengan sigap Kenan langsung berdiri di samping Qia untuk merangkul tubuh Qia.     

Raka dan Qia seketika menoleh ke araha Kenan, mereka berdua sama-sama terkejut dengan sikap Kenan. "Sudah, jangan takut. Raka jika marah memang tidak terkendali. Kamu jangan takut," ucap Kenan sambil menatap Qia agar Qia tidak takut lagi. Raka yang mendengar ucapan Kenan barusan cukup terkejut. Ia merasa ada yang salah saat ini.     

Qia pun langsung menjauhkan dirinya dari Kenan ketika mendengar ucapan Kenan. "Maaf, pak," ucap Qia dengan wajahnya yang terkejut karena sikap Kenan.     

"Pak Raka, ini piring dan peralatan makan yang tadi bapak minta," ucap Qia sambil mengulurkan piring pada Raka.     

Raka pun yang tadi juga terkejut dengan sikap Kenan kemudian mengambil piring yang di bawa Qia. "Kalau begitu, saya permisi pak Kenan, pak Raka," ujarnya kemudian ia membalikkan tubuhnya.     

"Tunggu Qia," ucap Raka menghentikan Qia yang akan melangkah. Qia pun membalikkan tubuhnya untuk menatap Raka.     

"Iya, pak. Kenapa?" tanya Qia.     

"Kita makan bersama. Jangan menolak!" ucap Raka cepat karena ia melihat Qia yang sepertinya akan menolak makan bersama.     

"Nanti bisa banyak pembicara--" Belum selesai Qia berbicara tangannya sudah di tarik oleh Kenan membuat Qia langsung tertarik masuk ke ruangan dan Raka kembali di buat terkejut oleh sikap Kenan ini.     

Raka terdiam beberapa saat melihat sikap Kenan pada Qia. Ia kemudian tersadar dan akan masuk tetapi, suara seseorang tiba-tiba saja menginterupsinya. Membuat Raka kini menoleh ke arah orang itu. Ternyata Mawar datang sambil membawa plastik berisi makanan yang tadi dia pesan melalui aplikasi online.     

"Pak, maaf. Ini pesanan bapak," ucap Mawar sambil mengankat pesanan Raka.     

"Oh, kamu bawa masuk saja ke dalam, " ucap Raka kemudian memberi ruang agar Mawar bisa masuk.     

Mawar sedikit membungkukkan tubuhnya ketika melewati Raka. Ia di buat terkejut melihat Qia yang sedang duduk di sofa. Ia kemudian meletakkan pesanan makanan Raka di atas meja sofa. "Lo ngapain duduk di situ?" tanya Mawar dengan nada kecil supaya hanya mereka berdua saja yang mendengar.     

Belum sempat Qia menjawab Raka datang dan mengusir Mawar untuk segera ke luar. Mawar mau tidak mau pun ke luar dari ruangan. Sesekali ia menoleh ke arah Qia yanga saat ini sedang membuka makanan. Mawar menggerutu kesal kenapa harus Qia yang membukakan makanan dan seruangan dengan petinggi di perusaahan ini.     

Tanpa sengaja ia pun menabrak seseorang. "Jalan tuh lihat-lihat! Bukan cuma kaki saja yang jalan!" bentak seorang wanita yang memiliki tubuh tinggi dan sexy itu pada mawar.     

TBC...     

Yuhu.... Banyakin Koment, Love dan Power Stonenya ya guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.