Kaisar Dewa

Mata Air Suci Tujuh Warna



Mata Air Suci Tujuh Warna

0Ketika ia berhasil mendaki sampai puncak lantai pertama gunung, maka ia dapat meminum Holy Water yang terdapat di Mata Air Suci-nya.     
0

Menurut legenda, Gunung Dewa Kuno terbentuk dari peninggalan para dewa kuno di masa lampau. Selain itu, tujuh Mata Air Suci-nya adalah tujuh darah meridian milik para dewa tersebut. Seorang pertapa yang meminum Holy Water di dalamnya, maka ia bukan hanya mampu meningkatkan pengolahannya dengan cepat, melainkan juga mampu memahami Jalan Suci dan Tao pedang dengan lebih mudah.     

Zhang Ruochen sendiri sudah tidak sabar lagi untuk meminum Holy Water di dalamnya, dan ingin membuktikan sendiri hal-hal magis yang pernah diceritakan oleh legenda tersebut.     

Lantai pertama di Gunung Dewa Kuno memiliki ketinggian 9 kilometer. Jika seseorang ingin mencapai puncak gunungnya melewati jalanan gunung, maka ia harus bertarung secara konstan melawan "tekanan" yang besar.     

Setelah mendaki sejauh 6 kilometer, maka ia semakin merasakan intensitas dari "tekanan" tersebut. Akibatnya, ia merasa sedikit pusing, selain juga gendang telinganya terasa sangat sakit.     

Saat itu, ia mengalirkan Tenaga Chi untuk menangkal tekanan tersebut. Tidak lama setelahnya, ia sudah kembali pulih.     

Setelah berada para ketinggian tujuh kilometer, maka ia menyaksikan seorang murid Biksu sedang merangkak di hadapannya.     

Yang jelas, pria ini sedang berusaha memaksa dirinya sendiri sampai pada batas maksimal. Saat itu, jubahnya terlihat basah oleh keringat, hingga otot-otot berwarna biru mulai bermunculan di wajahnya. Akan tetapi, ia menolak untuk menyerah dan tetap mendaki menuju puncak.     

"Roar!"     

Tekanan yang dahsyat itu menerjangnya dan langsung merobek gendang telinganya. Alhasil, darah mulai menyembur keluar dari sana.     

Sambil memekik kesakitan, murid Biksu itu akhirnya kehilangan kendali tubuh, hingga ia langsung terjatuh ke jurang yang berada di bawahnya.     

Zhang Ruochen menyaksikan semua peristiwa tersebut, dan langsung menggerakkan Hati Pedang-nya. Seketika itu juga, Pedang Kristal Biru mulai terbang dari sarungnya, dan berubah menjadi ledakan cahaya, sambil melesat menuruni jurang.     

Beberapa saat kemudian, pedang itu membawa murid Biksu tersebut naik ke atas.     

Zhang Ruochen membawa murid itu menuju ke jalanan gunung, lalu mengambil pedangnya, dan mulai melanjutkan perjalanannya sendiri.     

Tidak jauh dari tempatnya berdiri, saat itu ada seorang pria kurus – dengan jubahnya yang penuh darah – sedang menatap ke arah Zhang Ruochen. Sebenarnya, pria itu hendak menyelamatkan murid tersebut, akan tetapi, Zhang Ruochen sudah lebih dulu melakukannya.     

Selain wajahnya yang tanpa ekspresi, maka pria itu terlihat seperti berusia 35 tahun atau lebih. Kemudian, ia berusaha untuk mengembalikan Chi Suci berwarna ungu ke dalam tangannya, sambil berkata, "Meski berada di bawah tekanan yang berasal dari Gunung Dewa Kuno, namun kau masih mampu menggunakan Teknik Pedang Bertahan. Kemampuanmu cukup baik."     

Zhang Ruochen mendongak dan menemukan seorang pria berjubah merah sedang menatapnya, dan berada pada jarak sekitar 30 meter.     

30 meter jauhnya, Zhang Ruochen masih bisa mencium aroma darah dari sosok pria tersebut.     

Yang mengejutkan baginya, ia tidak sanggup memindai tingkat pengolahan pria tersebut. Akan tetapi, ia berasumsi bahwa pria tersebut, setidaknya sudah berada di Perubahan Ketujuh dari Alam Fish-dragon, atau bahkan lebih.     

Ketika bertemu dengan seorang master di Gunung Dewa Kuno, maka itu bukanlah hal yang mencengangkan. Akan tetapi, apa yang membuatnya terkejut adalah, bahwa bordir yang berada pada bagian kerah dan sabuknya ternyata sama persis seperti yang terdapat di jubahnya sendiri.     

Dalam kata lain, pria ini adalah juga seorang murid Biksu dari Long-living Yard.     

Zhang Ruochen bertanya, "Di Long-living Yard, di gunung suci mana kau tinggal?"     

Tanpa memasang ekspresi apa-apa, pria itu hanya pura-pura tuli terhadap pertanyaan Zhang Ruochen, dan langsung pergi begitu saja menuju puncak.     

Setiap langkah yang dipijaknya terlihat sangat stabil. Bahkan, meskipun tekanan di sekitar sedang menguji kekuatan inginnya, namun ia masih mampu bersikap tenang.     

Pria itu adalah orang yang memicu percakapan dengan Zhang Ruochen. Namun, ketika Zhang Ruochen meresponnya, maka ia langsung bersikap acuh tak acuh dan masa bodoh.     

Dasar sinting!     

Zhang Ruochen menggelengkan kepala dan berjalan dengan langkah-langkah yang tegas menuju ke puncak gunung.     

Pria bertubuh kurus itu juga sudah berhasil mencapai puncak gunung. Setelah itu, ia pergi menuju ke Mata Air Suci pertama tanpa berkata apa-apa.     

Lokasinya berada jauh di bawah Gunung Dewa Kuno.     

Mu Jiji dan Xun Hualiu sama-sama sedang mengamati area puncak gunung. Lalu, ketika mereka menyaksikan Zhang Ruochen berhasil mencapai puncak gunung lantai pertama, maka seketika itu pula mereka langsung melompat-lompat, karena merasa gembira.     

"Lin Yue benar-benar sesuatu. Dia mampu mendaki puncak lantai pertama gunung meski baru pertama kali mengunjungi Gunung Dewa Kuno. Bila dibandingkan dengan Gai Hao, maka dia masih lebih baik. Andai saja aku juga memiliki separuh kekuatannya," kata Xun Hualiu.     

Mu Jiji sendiri juga sedang merasa gembira, hingga ia mulai menyombongkan diri kepada beberapa murid Biksu yang dikenalnya, sambil berkata, "Kalian lihat, kan? Pria yang sudah berhasil mencapai puncak lantai pertama itu adalah bosku, Lin Yue. Menakjubkan bukan?"     

Para murid Biksu adalah mereka yang punya pandangan mata yang sangat baik, hingga mereka mampu melihat setiap rumput dan pepohonan, meski terbentang jarak ribuan kilometer jauhnya. Apa yang perlu mereka lakukan hanyalah mengalirkan Tenaga Chi ke dalam mata masing-masing.     

Jika mereka ingin melihat seseorang yang berada di puncak gunung, maka itu sama sekali tidak sulit.     

Sementara Xun Hualiu dan Mu Jiji sedang menyombongkan pencapaian Lin Yue, karena lelaki tersebut adalah bos mereka, saat itu ada seorang murid Biksu yang lain, juga sedang melihat sosok kurus yang berada di sebelah Lin Yue.     

"Pria itu... apa dia akhirnya kembali ke Sekte?"     

"Mengapa dia berada di sini?"     

...     

Ketika menyaksikan semua orang sedang mengamati orang lain, dan bukannya Zhang Ruochen, maka seketika itu pula Mu Jiji mulai mengerucutkan bibirnya. Setelah itu, ia kembali mengamati puncak gunung, dan bertanya-tanya siapa sosok lain yang berhasil mencuri daya pikat Zhang Ruochen.     

Setelah itu, ia mulai memaku pandangan matanya ke arah pria bertubuh kurus.     

Itu adalah sosok yang tidak familier baginya. Mu Jiji, sosok yang hampir mengenal semua murid di Sekte Yin Yang, sekarang ini tidak bisa menilai siapa sosok tersebut.     

Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya menuju ke seorang murid yang jauh lebih tua. "Kakak saudara Ji, siapa dia? Mengapa kalian seperti ketakutan saat melihatnya?"     

Murid itu berkata, "Kau masih terlampau muda, jadi kau tidak pernah bertemu dengannya, tapi kau pasti pernah mendengar namanya. Sebab, dia adalah satu-satunya pertapa di Sekte Yin Yang, yang berhasil menguasai "Art of Blood Sword" selama 10.000 tahun terakhir. Namanya adalah Can Dong. Tiga puluh tahun yang lalu, dia berangkat menuju Medan Pertempuran Dunia Primitif dan tidak kembali lagi setelah hari itu. Jadi, hanya ada sedikit murid muda yang pernah melihat wajahnya."     

"Sang Blood Sword, Can Dong."     

Mu Jiji dan Xun Hualiu sama-sama memperlihatkan ekspresi tercengang.     

Mereka sama sekali tidak pernah menyangka – kalau mereka akan bertemu dengan sosok yang ganas – yang sering diceritakan oleh legenda.     

Ketika menyaksikan Can Dong juga sedang mendaki Gunung Dewa Kuno, maka semua murid Biksu yang hadir di sana langsung merasa bersemangat, termasuk juga Mu Jiji dan Xun Hualiu.     

"Aku kira ini hanya akan menjadi kompetisi sengit antara Qin Yufan, Xu Changsheng, dan Qi Feiyu. Tidak kusangka, ternyata Can Dong juga ikut serta. Baiklah, sepertinya sesuatu yang menarik akan segera terjadi!"     

"Aku memprediksi, Qin Yufan dan Qi Feiyu akan berhasil mendaki sampai puncak lantai kedua, tapi Xu Changsheng dan Can Dong hanya berhasil melewati jalanan gunungnya."     

"Sekte kita pernah menghitung siapa-siapa di antara murid Biksu yang pernah berhasil mencapai puncak lantai kedua gunung, dan 99 persen dari mereka telah menjadi para Setengah-Biksu, sementara 30 persen dari mereka sudah menjadi para Biksu. Dalam kata lain, jika seseorang mampu mencapai puncak gunung lantai kedua, maka bisa dipastikan jika dia akan menjadi seorang Setengah-Biksu. Selain itu, dia juga masih punya kesempatan yang besar untuk menjadi seorang Biksu."     

Semua murid Biksu sedang membicarakan Qin Yufan, Qi Feiyu, Xu Changsheng, dan Can Dong. Yang lebih menakjubkan lagi, keempat orang itu sudah berada di Perubahan Kedelapan dari Alam Fish-dragon.     

Di balik cahaya kecemerlangan empat orang tersebut, maka Lin Yue – meski sudah berhasil mencapai puncak lantai pertama – namun masih tidak masuk ke dalam barisan orang-orang yang diperhitungkan.     

Apalagi, Lin Yue hanyalah seorang murid Biksu yang baru saja dilantik. Jadi, baik tingkat pengolahan maupun popularitasnya, sama-sama tidak berada di level yang sama dengan empat orang tersebut.     

...     

...     

Mata Air Suci di puncak gunung – berasal dari puncak lantai kedua gunung – yang mengalir melewati batu-batuan hijau dan membentuk sebuah aliran air yang cantik. Akan tetapi, aliran itu berubah menjadi tanah dan menghilang, sebelum benar-benar sempat mengalir ke jalanan gunung di bawahnya.     

Ini berarti bahwa seorang pertapa harus mendaki ke puncak gunung lantai pertama untuk meminum Holy Water tersebut.     

Holy Water itu sendiri menciptakan sebuah aliran air – yang memiliki tujuh warna – dan aromanya yang cukup harum. Karena sudah di irigasi oleh Mata Air Suci tersebut, maka terdapat begitu banyak Dosis Spiritual yang bertumbuh di sekitar aliran tersebut. Setidaknya, Dosis-dosis Spiritual itu berada di rentang usia antara seribu sampai tiga ribu tahun.     

Setiap Dosis Spiritual tersebut dapat dijual dengan harga yang sangat mahal.     

Setiap murid Biksu diperbolehkan untuk meminum Holy Water, ketika mereka pertama kali berhasil mencapai puncak gunung. Akan tetapi, ketika mereka sudah mendaki ke puncak sebanyak dua kali atau lebih, dan ketika ia hendak mendekat ke sana, maka seketika itu pula mereka akan langsung diserang oleh formasi taktis yang dipasang di dalam Mata Air Suci tersebut.     

Pria kurus itu berjalan ke arah Candi Taoist dan mengambil sebuah bejana berbentuk labu dari altar suci tersebut. Setelah itu, ia pergi menuju Mata Air dan mengisi bejana labu tersebut dengan Holy Water.     

Zhang Ruochen juga masuk ke dalam Candi Taoist. Saat itu, ia mengambil sebuah bejana berbentuk labu – berukuran sekepalan tangan – dan bersiap untuk mengisinya dengan Holy Water.     

Pria kurus itu melirik ke arah Zhang Ruochen dan berkata, "Kau adalah seorang ksatria bertalenta. Tapi, mengapa kau tidak berhenti di sini dan meminum Holy Water-nya secara langsung untuk meningkatkan pengolahanmu? Mengapa kau malah ingin membawa airnya pergi?"     

"Bagaimana denganmu? Mengapa kau juga tidak ingin berhenti di sini? Mengapa kau malah ingin membawa airnya pergi?" Zhang Ruochen membalasnya dengan pertanyaan lain.     

Aturan yang berlaku di Gunung Dewa Kuno adalah – para murid Biksu dapat meminum Holy Water sebanyak yang mereka inginkan, asalkan mereka mampu bertahan dari kekuatannya.     

Akan tetapi, jika para murid tidak berlatih di dalam Mata Air Suci, maka mereka hanya bisa membawa Holy Water-nya dalam bejana berbentuk labu, dalam jumlah yang kecil tentunya.     

Para murid Biksu – yang punya kualitas fisik kelas unggul – biasanya lebih memilih untuk berlatih di dalam Mata Air Suci dan memaksimalkan penggunaan Holy Water tersebut untuk menembus tingkatan Alam. Dengan demikian, maka mereka bisa memanfaatkan Holy Water sampai batas maksimal.     

Pria kurus itu bangkit berdiri, lalu mengamati bejana labu di tangannya, sambil berkata dingin, "Aku tidak sama sepertimu."     

Zhang Ruochen berjongkok, lalu mulai memasukkan bejana labu hijau ke dalam Mata Air Suci, dan berkata sambil tersenyum, "Demikian juga aku, tidak sama sepertimu."     

Pria itu memperlihatkan ekspresi menimbang-nimbang ke arah Zhang Ruochen, namun ia tidak mengatakan apa-apa. Setelah itu, ia menyimpan bejana labu hijaunya dan mulai mendaki ke lantai kedua gunung.     

Setelah pria itu pergi, maka Zhang Ruochen hanya tersenyum tipis. Lalu, pada saat ia memasukkan bejana labu ke dalam Mata Air Suci, diam-diam ia mengalirkan Tenaga Chi ke dalam Cincin Ruang yang berada di jarinya.     

"Swoosh!"     

Holy Water – tujuh warna – mulai masuk ke dalam Cincin Ruang dan membentuk sebuah pusaran di atas permukaan air.     

Karena ia takut terhadap para Biksu penjaga gunung, maka ia tidak berani mengambil airnya dalam jumlah yang terlalu banyak.     

Setelah berhasil mendapatkan 1.000 liter air, maka ia kembali menyimpan Tenaga Chi-nya dan menutup Cincin Ruang tersebut.     

Setelah itu, ia mengeluarkan tangannya dari air. Kemudian, ia mengambil bejana labu yang penuh dengan Holy Water tersebut, sambil mengikat dan menggantungkannya di pinggul. Setelah selesai melakukan itu, maka sekarang adalah waktunya pergi menuju ke lantai kedua gunung.     

Di dalam Cincin Ruang sendiri, didalamnya sudah terdapat 1.000 liter Holy Water – dan itu adalah 1.000 kali lipat lebih banyak daripada yang tersimpan di dalam bejana labu – yang mana hal itu merupakan keuntungan besar baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.