Kaisar Dewa

Berbicara Dengan Permaisuri



Berbicara Dengan Permaisuri

3Pan Ruo sama sekali tidak berbasa-basi. Dia langsung menyampaikan maksud kedatangannya kemari dengan berkata, "Di Dunia Star Ocean, pelaku di balik keributan itu adalah kau. Pil Fugue, Teratai Refleksi Dewa tingkat Yuanhui, dan sebagian dari jasad dewa semuanya jatuh ke tanganmu. Apakah dugaanku benar?"      0

Zhang Ruochen tidak mengakui maupun menyangkalnya.     

Dia tetap diam.     

Pan Ruo pun melanjutkan kata-katanya, "Xue Tu tidak mungkin memiliki keberanian maupun kemampuan yang mumpuni untuk menantang Lord Bladehell. Dia hanya boneka yang kau buat di mata publik."     

"Memangnya kenapa?" ujar Zhang Ruochen. Dia akhirnya mengakuinya.     

Kedua mata Pan Ruo tampak cerah dan jernih. Dia menatap lurus ke arah Zhang Ruochen dan berkata, "Desolate God itu dibunuh oleh Dewa Pedang Feng Chen. Serangan pedang ini pasti menggunakan kekuatan Kanon Pedang, dimana kekuatannya mampu mengguncang bumi dan berisi ilmu pedang tertinggi di dalamnya."     

"Aku ingin mempelajari sayatan Chi Pedang pada jasad dewa itu. Kuharap kau dapat mengabulkan keinginanku ini."     

Zhang Ruochen menatapnya dan menyadari bahwa wanita ini telah mengkultivasi 920.000 Prinsip Ilmu Pedang. Tidak lama lagi dia akan mencapai tahap Great Perfection.     

Setelah beberapa lama, Zhang Ruochen akhirnya berkata, "Kukira kau datang kemari demi Pil Fugue."     

Pan Ruo membuka telapak tangannya. Secarik kertas muncul di telapak tangannya yang berwarna putih, dan dia menyerahkannya kepada Zhang Ruochen. "Aku tidak suka berhutang budi pada orang lain. Aku juga tidak ingin terikat pada hutang budi tersebut. Jika kau setuju, aku akan memberikan hal ini kepadamu sebagai tanda terima kasih."     

"Kau tidak perlu memberiku hadiah. Lagipula kau hanya akan mempelajari jasad dewa tersebut. Aku akan mengantarkanmu ke sana,"ujar Zhang Ruochen."     

"Pertimbangkanlah terlebih dahulu. Buka dan lihatlah isinya. Belum terlambat bagimu untuk mengambil keputusan."     

Kertas itu pun terbang dari telapak tangan Pan Ruo, sangat ringan dan melayang di depan Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen tidak bisa menolaknya lagi. Dia mengulurkan tangan dan memutar-mutarnya."     

'Hah? Mungkinkah ini…'     

Itu hanya selembar kertas, tetapi beratnya mencapai seribu pon.     

Zhang Ruochen langsung memiliki beberapa tebakan di dalam benaknya.     

Dia membukanya dan melihat bahwa itu memang sebuah tanda Kanon.     

"Tanda Kanon ini berbentuk tetesan air. Ini adalah…tanda Kanon di antara lima elemen: air."     

Zhang Ruochen tampak sedikit terkejut. Kemudian, dia menatap ke arah Pan Ruo.     

Tatapan mata Pan Ruo masih terlihat tenang. "Apakah kau bersedia menerima hadiah ini, Supreme Saint Ruochen?"     

"Tidak heran kau adalah kandidat Keturunan dari Istana Takdir. Kau bisa menebak bahwa aku hendak menempa Kehendak Saint Air." Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya. Tatapan matanya terlihat serius.     

Pan Ruo berkata, "Semua yang kau lakukan sekarang dan di masa depan, semuanya telah ditentukan. Kau tidak akan bisa melarikan diri. Sekarang, apakah kau tahu sekuat apakah Istana Takdir?"     

Zhang Ruochen tersenyum kaku. Dia mengambil Tanda Kanon Air itu dan berdiri dari tempatnya. "Ikutlah denganku!"     

Dia tidak bertanya darimana Tanda Kanon Air itu berasal.     

Pan Ruo tidak ingin berhutang budi padanya, dan Zhang Ruochen merasakan hal yang sama.     

Ketika mereka tiba di bawah Sundial, Zhang Ruochen kembali mengeluarkan peti mati perunggu itu.     

Dia telah memeriksa sayatan Chi Pedang yang ada di jasad dewa tersebut dengan seksama, tetapi dia tidak dapat menemukan apa pun. Namun, Pan Ruo memang benar. Dewa Pedang Feng Chen pasti menggunakan kekuatan Kanon dalam prosesnya.     

Menyelidiki luka sayatan itu sama seperti menyelidiki serangan pedang tak tertandingi milik Dewa Pedang Feng Chen yang membunuh Desolate God tersebut. Hal itu tidak berbeda dengan menganalisis Tanda Kanon dari ilmu pedang.     

Terlebih lagi, mungkin masih ada Prinsip Ilmu Pedang dan aura pedang yang tersisa di dalam sayatan tersebut.     

Namun, jasad dewa itu mengandung racun dalam jumlah besar. Oleh karena itu, Zhang Ruochen tidak berani memasuki peti mati perunggu itu untuk mempelajarinya lebih dekat."     

"Apakah kau ingin masuk dan memeriksanya secara langsung?" tanya Pan Ruo secara tiba-tiba.     

"Tentu saja."     

Kemudian, Zhang Ruochen dan Pan Ruo terbang ke dalam peti mati tersebut. Mereka melewati lapisan-lapisan pelindung dan formasi taktis dimensional, lalu terbang ke dalam kabut roh dewa. Rasanya seolah-olah mereka telah melewati sebuah lapisan langit dan mendarat di jasad dewa tersebut.     

Dari luar, itu hanyalah sebagian dari jasad dewa.     

Namun, di mata Zhang Ruochen, itu adalah sebuah area yang luas dan berwarna ungu. Permukaan tanahnya bahwa sekeras besi dewa. Terdapat pula kilatan petir di udara dan kumpulan awan di atas kepalanya.     

Ada beberapa danau dan sungai berwarna hijau di area ini. Namun, apa yang mengalir di dalamnya bukanlah air, melainkan racun tingkat dewa.     

Satu jasad dewa menyerupai sebuah dunia yang sesungguhnya.     

Hanya ketika seseorang memasuki jasad dewa itulah mereka dapat merasakan betapa luas bagian dalam tubuhnya dan kekuatan ilahinya yang luar biasa. Tentu saja, dengan kultivasi Zhang Ruochen sebagai seorang Supreme Saint, dia tidak lagi takut pada kekuatan dewa.     

Racun itu tidak menyebar ke seluruh bagian dari jasad dewa tersebut, melainkan hanya menyebar di area dimana danau-danau dan sungai itu berada. Namun, sesekali akan ada hujan racun yang turun dari atas langit, jadi Zhang Ruochen dan Pan Ruo berusaha semaksimal mungkin untuk menghindarinya.     

Ketika mereka tiba di area dimana luka sayatan pada jasad dewa itu berada, rasanya seolah-olah mereka telah mencapai bagian ujung dari dunia ini. Sebuah tebing tak berdasar muncul di depan mereka. Selain itu, muncul kabut darah, kabut racun, dan kabut roh dewa dalam jumlah besar dari dasar tebing tersebut. Warna hijau dan ungu tampak bercampur menjadi satu, dan dua jenis energi itu bertabrakan dengan agresif di udara.     

Semua makhluk hidup yang berdiri di tepi tebing itu akan merasakan jantung mereka berdegup tak terkendali.     

Pan Ruo berdiri tegak di tempatnya dan melihat lapisan kabut yang bergejolak di hadapannya. "Apakah kau tahu? Setiap pergerakan yang kau lakukan di Wilayah Takdir Ilahi selalu berada dalam pantauan para dewa. Sulit untuk menyembunyikan rahasia di sana."     

Zhang Ruochen tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba mengatakan hal tersebut. "Tidak peduli sekuat apa pun para dewa, mereka tidak mungkin mengetahui segalanya. Jika aku berkehendak, aku memiliki cara tersendiri untuk menipu panca indera mereka. Namun, melakukan hal tersebut pada tahap ini tidak baik untukku."     

Para dewa memperhatikan gerak-gerik Zhang Ruochen karena mereka tidak mempercayainya.     

Dengan demikian, Zhang Ruochen cukup beruntung untuk membiarkan mereka mengawasinya dan tidak menyembunyikan apa pun. Jika tidak, dengan kultivasinya saat ini, tidak akan sulit baginya untuk menyingkirkan beberapa roh dewa.     

Banyak Supreme Saint yang tidak ingin dimata-matai akan melakukan hal yang sama dengannya.     

Supreme Saint bukanlah sosok yang lemah. Para dewa tidak dapat mengendalikan atau mengawasi Supreme Saint hanya karena mereka menginginkannya. Supreme Saint sudah mendapatkan tingkat pertahanan tertentu terhadap para dewa.     

Pan Ruo berkata, "Di dalam kabut roh dewa maupun di jasad dewa ini, pemahaman para dewa dan bahkan kemampuan untuk membuat prediksi mereka tidak akan efektif."     

"Oh?"     

Zhang Ruochen tampak berpikir. "Maksudmu, sulit bagi para dewa untuk mendeteksi apa yang sedang terjadi di sini? Dan mereka tidak bisa memprediksinya?"     

"Seseorang ingin bertemu denganmu, dan ini adalah tempat yang bagus. Aku akan memahami teknik pedang itu terlebih dahulu. Luangkan waktumu untuk berbincang-bincang dengannya."     

Setelah itu, Pan Ruo melompat dari tebing itu dan menghilang ke dalam lapisan kabut.     

Zhang Ruochen memikirkan dengan seksama tentang apa yang dikatakan oleh Pan Ruo. Tiba-tiba, dia memahami maksudnya dan mengeluarkan kertas pemberian Pan Ruo sebelumnya.     

Ada setetes air di tengah-tengah kertas tersebut.     

Zhang Ruochen menatap setetes air itu. Tiba-tiba, kesadarannya dan Jiwa Suci miliknya dipisahkan oleh sebuah kekuatan misterius dan kini memasuki lautan yang luas.     

Tidak ada ombak maupun hembusan angin di laut tersebut.     

Airnya begitu jernih dan tenang; permukaan laut tersebut tampak seperti sebuah cermin raksasa.     

Satu sosok bertubuh ramping muncul secara tiba-tiba di laut tersebut.     

Dia berdiri di depan Zhang Ruochen, tetapi dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia tampak seperti sebuah bayangan, layaknya pantulan bunga di permukaan cermin atau bayangan bulan di atas permukaan air. Tapi dia adalah sosok yang nyata.     

Situasi ini membuatnya merinding.     

"Siapa kau?"     

Zhang Ruochen merasa tidak asing dengan sosok tersebut. Dia seperti pernah bertemu dengannya di suatu tempat sebelumnya.     

"Hanakage Keizen."     

Suaranya terdengar di permukaan laut, terkadang terasa jauh, terkadang terasa dekat, dan terkadang tidak bisa terdeteksi.     

Hanakage adalah nama keluarga kuno di Kunlun. Zhang Ruochen telah melihatnya di buku-buku dari Kekaisaran Pusat Shengming. Banyak sosok berpengaruh lahir dalam klan ini.     

Sayangnya, setelah Abad Pertengahan, nama keluarga ini menghilang di Kunlun.     

"Apakah anda adalah seorang dewa kuno di Kunlun?"     

Zhang Ruochen dapat melihat bahwa orang ini hanyalah roh dewa dari satu sosok dewa di masa lalu.     

Roh dewa ini bersembunyi di dalam Tanda Kanon Air, dan dia datang kemari untuk bertemu dengannya.     

"Kunlun, sungguh nama yang kurindukan. Aku ingin kembali ke sana dan berkeliling."     

"Tidak terasa, sudah 100.000 tahun berlalu!"     

"Apakah air di Sungai Da Ming sudah mengering?"     

"Apakah Sekte Pohon Teh Konfusianisme telah menumbuhkan daun teh baru?"     

"Gunung Zulong yang megah, Laut Utara yang luas, Kota Wanxiang yang makmur, dan kawan-kawan lamaku… apakah mereka masih tinggal di sana?"     

"Apakah mereka sudah terbangun?"     

Wanita bernama Hanakage Keizen ini memiliki pandangan muram di matanya. Suaranya penuh dengan kesedihan.     

Seolah-olah tidak ada yang tahu apakah dia bertanya pada Zhang Ruochen atau berbicara pada dirinya sendiri.     

Suara dari Pohon Penghubung Langit Dewa saat ini terdengar di dalam benak Zhang Ruochen. "Dia adalah Saintess dari Pulau Nephilim, sekaligus cucu dari Pemimpin Pulau Nephilim. 100.000 tahun yang lalu, dia adalah salah satu kultivator elit di Kunlun dan seorang wanita dengan kecantikan yang tak tertandingi."     

"Di eranya, pencapaiannya dalam kultivasi telah melampaui para elit lainnya. Sulit baginya untuk bertemu lawan dengan tingkatan yang sama, karena tidak ada satu pun dari mereka yang bisa bertahan hingga serangan keduanya"     

"Xue Lingxian, murid tertua dari Dewa Darah, juga dianggap sebagai elit terkemuka kala itu. Namun, ketika dia bertarung melawan Hanakage Keizen di alam yang sama, dia hanya bisa menahan tujuh serangannya. Pada akhirnya, dia muntah darah dan jatuh ke permukaan tanah."     

"Tujuh serangan inilah yang membuat Xue Lingxian meraih ketenaran. Dia menjadi orang terkuat nomor dua setelah Hanakage Keizen di era itu."     

"Sementara Blackheart Demonlord yang terkenal di Istana Langit hanyalah pengikutnya."     

"Sangat disayangkan bahwa dia tidak lahir di era yang sama dengan Wargod Bloodximius dan Huang Tian. Mereka lahir tiga puluh ribu tahun lebih lama. Kalau tidak, mereka mungkin tidak bisa menjadi dua elit teratas di Periode Yuanhui terakhir."     

Sebelum Pohon Penghubung Langit Dewa selesai berbicara, Zhang Ruochen sudah bisa menebak identitas Hanakage Keizen—Permaisuri Seribu Tulang.     

Tidak heran Zhang Ruochen merasa tidak asing saat bertemu dengannya. Ketika dia berada di Pintu Kematian, dia telah melihat Hanakage Keizen melalui langit berbintang di kejauhan.     

Hati Zhang Ruochen saat ini berdebar kencang.     

Dia tidak menyangka bisa mendapatkan kesempatan untuk berbicara secara langsung dengan satu sosok legendaris.     

"Aku bisa merasakan aura seniorku, Pohon Penghubung Langit Dewa, darimu. Bolehkah aku menemuinya?" Hanakage Keizen bertanya.     

"Tentu saja boleh."     

Zhang Ruochen memiliki rasa hormat terhadap Permaisuri Seribu Tulang. Dia pun membuka Gerbang Qiankun dengan tenang.     

Hanakage Keizen berjalan menuju Pohon Penghubung Langit Dewa Divine dan berkomunikasi dengannya. Sementara itu, Zhang Ruochen berdiri di kejauhan dan tidak berani mendekat. Saat ini, dia merasa emosional.     

Setelah beberapa lama, Hanakage Keizen berjalan mendekat dan menatap Zhang Ruochen dengan seksama, "Biksu Suci Xumi memilihmu untuk menjadi penerusnya dan membiarkanmu memelihara Pohon Penghubung Langit Dewa," ujarnya. "Itu artinya kau pasti adalah sosok yang luar biasa. Zhang Ruochen, aku sebenarnya ingin bertemu denganmu sejak lama."     

"Bukankah kita sudah pernah bertemu sekali?"     

Zhang Ruochen kemudian memberitahunya tentang pertemuan mereka di Pintu Kematian.     

Hanakage Keizen berpikir sejenak dan berkata, "Saat kau bertemu denganku, kita tidak berada di garis waktu yang sama."     

Zhang Ruochen bertanya, "Apa maksud anda?"     

"Kita memang berada di dimensi yang sama, tetapi tidak pada garis waktu yang sama. Apa yang kau lihat saat itu adalah gambaran yang kutinggalkan bertahun-tahun yang lalu ketika aku melakukan perjalanan ke masa depan," ujar Hanakage Keizen.     

Zhang Ruochen berkata, "Apakah anda juga seorang Penguasa Waktu? Apakah anda sudah memiliki kekuatan untuk melakukan perjalanan ke masa lalu dan masa depan?"     

"Itu bukanlah masalah besar. Sosokku di masa depan sering kali muncul di hadapanku dan mengajariku Ilmu Kultivasi dengan tingkat yang lebih dalam," ujar Hanakage Keizen dengan tenang.     

'Sejak zaman kuno, hanya ada beberapa makhluk hidup yang dapat melakukan perjalanan ke masa lalu dan masa depan.'     

'Dan sekarang, dia benar-benar mengatakan bahwa itu bukanlah masalah besar?'     

'Selain itu, dia benar-benar dapat melakukan perjalanan bolak-balik dari masa depan ke masa kini dan memberikan bimbingan pada dirinya sendiri.'     

'Dengan kata lain, dia menjadi 'guru' bagi dirinya sendiri dalam berlatih kultivasi. Ini tidak bisa dipercaya. Apa yang akan dirasakan oleh para kultivator lain jika mereka mengetahui tentang hal ini?'     

Zhang Ruochen kini menjadi semakin bingung. Karena sosok masa depan dari Permaisuri Seribu Tulang dapat melakukan perjalanan bolak-balik ke masa kini dan memberikan bimbingan kepada dirinya sendiri. Lalu, kenapa sosok Zhang Ruochen di masa depan tidak muncul?'     

Apakah itu berarti dia tidak punya masa depan?     

Dia akan mati sebelum mencapai alam tersebut.     

Hanakage Keizen tahu apa yang dipikirkan oleh Zhang Ruochen. Dia berkata, "Tidak usah berpikir terlalu berlebihan. Penguasa Waktu lainnya harus membayar harga yang mahal bahkan jika mereka dapat melakukan perjalanan ke masa lalu."     

"Lagipula, berbeda denganku, mereka tidak bisa mengubah masa lalu, dan mereka tidak bisa bertemu dengan diri mereka di masa lalu secara langsung."     

"Aku bisa melakukan hal tersebut karena aku memiliki sebuah artefak dewa yang dapat menahan aliran waktu. Saat ini, aku menguasai sekitar 30 persen dari Kanon Waktu. Meski begitu, apa yang bisa kulakukan sangatlah terbatas."     

Tatapan mata Zhang Ruochen kini dipenuhi oleh tekad. Dia tersenyum tipis dan berhenti memikirkan masa depan.     

Hanakage Keizen berkata, "Apakah kau tahu kenapa aku rela mengambil risiko untuk datang ke Wilayah Takdir Ilahi untuk bertemu denganmu secara langsung?"     

"Apakah hal ini terkait dengan Festival Perburuan Langit?" Zhang Ruochen bertanya.     

Hanakage Keizen mengangguk pelan, "Token Takdir dan Kanon Takdir adalah dua hal yang harus kumiliki."     

"Aku tahu bahwa Xuanji telah memberitahukan semuanya kepadamu, tetapi ada risiko besar dalam masalah ini. Kau memiliki hak untuk menolak. Kau tidak perlu berpartisipasi dalam perburuan ini."     

"Apakah anda mempertanyakan tekad atau kepribadian saya?" Zhang Ruochen bertanya.     

Hanakage Keizen berkata, "Jika aku meragukan kemampuanmu, aku tidak akan pernah datang menemuimu secara pribadi."     

"Jika para dewa di Istana Neraka tahu bahwa aku telah datang ke Wilayah Takdir Ilahi, mereka pasti akan menemukanku dengan segala cara dan membunuhku dengan cara yang paling kejam."     

"Alasanku untuk menemuimu hari ini adalah untuk melihat tekadmu. Aku juga ingin melihat orang seperti apa penerus dari Biksu Suci Xumi, murid Xuanji, sekaligus guru dari Han Xue."     

"Di Festival Perburuan Langit, kau harus menghadapi para kultivator dari Dunia Besar di Istana Langit. Apakah kau mampu membunuh mereka? Bagaimana jika kau bertemu kawan lamamu dari Kunlun? Bisakah kau membunuh mereka tanpa ragu-ragu?"     

Melihat Zhang Ruochen tidak berbicara untuk waktu yang lama, Hanakage Keizen melanjutkan kata-katanya, "Jika kau tidak bisa melakukannya, sebaiknya kau tidak usah berpartisipasi dalam Festival Perburuan Langit. Pan Ruo akan menggantikanmu dan mengambil Token Takdir serta Kanon Takdir untukku."     

"Apakah aku harus membunuh mereka?" Zhang Ruochen bertanya.     

Hanakage Keizen berkata, "Kau harus membunuh sebanyak mungkin dalam acara tersebut."     

Zhang Ruochen mengerutkan kening. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Permaisuri Seribu Tulang karena dia tidak tahu siapa yang akan dia temui di Festival Perburuan Langit. Ketika saatnya tiba, apakah dia bisa membunuh mereka tanpa ragu-ragu?     

Hanakage Keizen berkata, "Aku ingin mengajukan pertanyaan lain kepadamu. Kenapa kau berlatih begitu keras? Kenapa kau bersedia menghadiri Festival Perburuan Langit? Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"     

Zhang Ruochen bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa? Karena Guru mengatakan bahwa selama kita bisa menyelamatkan Grand Supreme Master Array itu, kita dapat membalikkan keadaan untuk Kunlun atau memaksa pasukan Istana Neraka untuk mundur."     

"Apakah kau melakukan semua ini untuk Kunlun?" Hanakage Keizen bertanya.     

Zhang Ruochen berkata, "Mungkin… Ya! Bukankah anda juga sama?"     

Hanakage Keizen mengulurkan dua jarinya dan menarik beberapa rumput hijau di permukaan tanah. Ada lumpur yang menempel di rerumputan tersebut.     

"Seperti rumput yang baru saja kucabut ini, bagiku Kunlun hanyalah kampung halamanku, tempat yang penuh dengan kenangan di dalamnya. Aku hanya ingin melakukan apa yang ingin kulakukan dan apa yang harus kulakukan."     

"Jika Kunlun dihancurkan, aku akan merasa sedih, tetapi bukan hanya itu yang kumiliki dalam hidup."     

"Selama 100.000 tahun, aku hanya ingin melakukan satu hal: menyelamatkan kakekku dan berkumpul kembali dengannya. Bagiku, nasib Kunlun tidak sepenting keinginanku ini."     

"Mungkin kakekku dan generasinya memiliki ambisi yang besar dan keterikatan yang mendalam terhadap Kunlun. Mereka juga memiliki cita-cita yang tinggi, impian akan kejayaan, dan rencana untuk alam semesta. Tapi aku berbeda."     

"Xuanji bergabung dengan misi penyelamatan tersebut karena dia memiliki kepercayaan penuh pada kakekku dan keterikatan yang mendalam untuk Kunlun. Selain itu, Xuanji enggan merelakan segala sesuatu yang berkaitan dengan Kunlun."     

"Tapi bagaimana denganmu? Apakah kau melakukan semua ini untuk Kunlun? Atau untuk dirimu sendiri? Atau untuk Gurumu, Xuanji?     

"Jika kau tidak bisa menentukan jawabannya, jangan terlibat dalam masalah ini. Jangan merasa berkewajiban untuk menyelamatkan Kunlun, dan jangan terpengaruh oleh apa yang disebut dengan kebenaran. Lagipula, kau tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan kakekku."     

"Entah dia masih hidup atau tidak, sulit bagiku untuk memastikannya."     

"Bahkan jika dia masih hidup, masih belum diketahui apakah dia bisa memaksa pasukan Istana Neraka untuk mundur atau tidak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.