Kaisar Dewa

Refleksi



Refleksi

2Di Dunia Semesta.     
3

Zhang Ruochen dan Huang Yanchen berjalan bersisian di tepi sungai. Mereka mengikuti sungai yang menurun. Di kejauhan, siluet Pohon Suci Utama tampak gagah di cakrawala. Pemandangan itu sangat indah.     

"Itulah ceritaku tentang Chi Yao. Di masa itu, dia masih berusia 15 tahun. Dia sangat naif tapi juga romantis. Siapa sangka kalau dia akan berubah menjadi begitu keji?"     

Zhang Ruochen menceritakan semua masa lalunya dengan Chi Yao kepada Huang Yanchen.     

Huang Yanchen pun paham bahwa setelah Zhang Ruochen mengungkapkan ini, artinya wanita itu adalah orang yang paling dekat dengannya. Lelaki itu sudah menghancurkan benteng pertahanan terakhir di dalam hatinya, dan telah menyerahkan hidupnya pada wanita tersebut.     

Kau baru bisa melakukan ini setelah kau mencintai orang lain, mempercayai orang lain, dan benar-benar telah menganggapnya sebagai partner dalam hidupmu.     

"Jadi, selama ini orang yang kau cintai adalah Chi Yao," kata Huang Yanchen. "Tapi dia membunuhmu. Dan sekarang, kau sangat membencinya? Atau, kau merasa penasaran kenapa dia tiba-tiba membunuhmu saat kalian berdua masih saling mencintai?"     

Zhang Ruochen mengangguk. "Seharusnya aku tidak menceritakan ini kepadamu."     

Huang Yanchen menggelengkan kepalanya. "Seharusnya kau mengatakan itu padaku lebih awal. Bagaimana mungkin aku bisa memahami rasa sakit yang kau pendam selama ini? Manusia bukanlah sebongkah kayu. Semua orang punya sisi rapuh masing-masing di dalam hatinya. Aku paham kalau diriku tidak ada apa-apanya di hadapan Permaisuri Chi Yao, tapi aku akan berusaha yang terbaik demi menambal kerapuhan di hatimu, meski kau hanya memandangku sebagai bayangan Chi Yao."     

Zhang Ruochen menghentikan langkahnya. Lantas, dia menggenggam tangan Huang Yanchen, sambil menatap kabut dan asap di atas permukaan air. "Sebelum-sebelumnya, aku memang sempat melihat karakteristik Chi Yao di dalam dirimu. Tapi kita sudah melewati begitu banyak hal bersama, bahkan kita juga telah menjadi suami-istri. Sekarang, bagiku kau adalah Huang Yanchen. Kau adalah istriku. Kau bukanlah bayangan siapapun, dan tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan dirimu."     

Senyuman manis muncul di mata Huang Yanchen. "Kalau begitu, kau tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang menyedihkan. Ayo berlatih teknik pedang bersamaku."     

Whoosh!     

Berkas-berkas cahaya perak keluar dari dahinya, hingga berubah menjadi Chaotic Universe Sword.     

Layaknya seekor kupu-kupu cantik, dia terbang ke tengah sungai tersebut. Sambil berdiri di atas air, wanita itu mengayunkan pedangnya dan melepaskan sembilan bayangan yang mirip sepertinya.     

"Sembilan Pedang Yin."     

Zhang Ruochen tersenyum. Dia mengeluarkan Pedang Kuno Abyss dan terbang ke atas sungai. Lelaki itu membelah dirinya menjadi sembilan bayangan, lantas mengaktifkan Sembilan Pedang Yang.     

18 bayangan berdiri di tempat yang berbeda-beda dan membentuk pola lingkaran. Kehendak pedang mereka saling terhubung satu sama lain, Yin dan Yang mereka telah menyatu.     

Formasi pedang semacam itu adalah formasi "duo" terkuat di Daratan Kunlun, yakni Formasi Pedang Yin Yang.     

Ada banyak pertapa yang mencoba melatih Formasi Pedang Yin Yang, tapi hanya segelintir dari mereka yang sanggup menguasainya.     

Semua itu dilandasi atas relasi di antara kedua orang tersebut dan pencapaian mereka dalam Tao Pedang. Mereka bisa menggunakan teknik itu untuk memanipulasi prinsip-prinsip dunia dan mengubahnya menjadi kekuatan sendiri, lantas melepaskan kekuatan yang jauh melampaui diri mereka.     

Hanya dengan relasi yang kuat, maka teknik pedang itu dapat dilepaskan sampai dengan batas maksimal.     

"Semua Energi Chi dalam radius ribuan mil telah ditarik ke dalam formasi pedang. Formasi Pedang Yin Yang mereka rupanya sanggup melepaskan kekuatan yang besar."     

Ling Feiyu berdiri di bawah Pohon Suci Utama dan memandang kejauhan. Wanita itu mengamati Huang Yanchen dan Zhang Ruochen yang sedang berlatih dengan tatapan iri.     

Beberapa saat kemudian, mereka berdua akhirnya berhenti berlatih.     

Zhang Ruochen menemukan Ling Feiyu sedang berdiri di bawah Pohon Suci Utama. Seketika itu juga, hatinya tergerak. Dia bergegas ke sana bersama Huang Yanchen.     

Ling Feiyu sudah sedari tadi memalingkan muka. Sambil melipat tangannya di belakang pinggul, wanita itu menatap Peti Kristal Sun-Moon. "Aku terkejut, rupanya senjata saint kuno milik sekteku berada di Dunia Semesta."     

Zhang Ruochen berjalan mendekatinya. "Padahal aku baru saja ingin menanyakan itu kepadamu. Siapa yang berbaring di dalamnya?"     

Ling Feiyu menggelengkan kepalanya pelan. "Itu sudah terjadi lama sekali. Siapa yang tahu? Mungkin kau bisa menemukan beberapa petunjuk dari dokumen-dokumen Abad Pertengahan. Tapi kuyakin wanita di dalam peti itu punya identitas yang luar biasa. Bisa jadi dia adalah seorang pemimpin sekte, atau bahkan..."     

Di sini, Ling Feiyu sempat mengambil jeda.     

Ekspresi wajah Zhang Ruochen berkedut-kedut, "Bahkan apa?" tanyanya.     

"Dewi Bulan."     

Setelah Ling Feiyu mengatakan ini, saat itu kedua matanya dipenuhi rasa hormat dan kagum. Wanita itu melanjutkan, "Sekte Setan Penyembah Bulan dikenal dengan nama demikian karena kami memang menyembah Dewi Bulan. Dewi Bulan sangat cantik dan immortal. Namun, Sekte Setan Penyembah Bulan tidak didirikan oleh Dewi Bulan, tapi menurut rekam jejak sejarah, dulunya sang pendiri sekte pernah menjadi Dewa setelah dibimbing oleh Dewi Bulan."     

Zhang Ruochen pun tidak lagi bisa bersikap tenang. Dia kembali teringat dengan kekuatan mengerikan yang terlepas dari Peti Kristal Sun-Moon. Apa wanita di dalamnya benar-benar Dewi Bulan?     

Ling Feiyu terkekeh. "Kau tidak percaya kalau dia adalah Dewi Bulan, kan? Sejujurnya, peluang itu memang sangat tipis."     

"Kenapa?" tanya Zhang Ruochen.     

"Dewi Bulan tidak berasal dari dunia kita," kata Ling Feiyu. "Dia bukan dewa dari Daratan Kunlun. Dia tinggal di bulan.     

"Menurut legenda, bulan yang kita lihat dari Daratan Kunlun sama besarnya seperti dunia kita. Dunia mereka disebut sebagai Daratan Guanghan. Akan tetapi, tempat itu sangat jauh dari Daratan Kunlun. Tempat itu berada di kedalaman semesta. Bahkan seorang Biksu tidak akan bisa menjangkaunya seumur hidup. Oleh karena itulah, bulannya terlihat sangat kecil."     

"Jadi, rupanya Dewi Bulan berasal dari Daratan Guanghan. Wanita itu pernah bepergian di semesta dan mengunjungi Daratan Kunlun, tapi sudah pergi sejak lama."     

Hal-hal yang dibicarakan oleh Ling Feiyu merupakan mitos rahasia di dalam Sekte Setan Penyembah Bulan. Orang lain tidak pernah mengetahuinya.     

Tentu saja, karena itu cuma mitos, maka faktanya belum tentu benar. Bahkan, Dewi Bulan maupun Daratan Guanghan bisa jadi hanyalah karangan orang-orang terdahulu.     

"Karena dia sedang menyerap Chi kematian dari Pohon Suci Utama," kata Ling Feiyu, "Artinya dia belum benar-benar mati. Mungkin suatu hari nanti dia akan bangun. Setelah itu, kau akan mengetahui identitasnya."     

"Kuharap demikian," kata Zhang Ruochen.     

Ling Feiyu menatap Huang Yanchen – yang berdiri di samping Zhang Ruochen – lantas terdiam. Setelah mengambil jeda sejenak, dia melanjutkan, "Keluarkan aku. Aku harus pergi dari sini!"     

"Istana kekaisaran sudah menutup seluruh kota," kata Zhang Ruochen. "Mereka telah menggunakan Revealing Mirror untuk mencari kita. Tunggulah di sini selama beberapa saat. Kau bisa pergi setelah kondisinya lebih aman."     

"Pusat Kota Kaisar adalah pusat peradaban manusia," kata Ling Feiyu. "Ada jutaan orang yang masuk dan keluar dari kota ini. Memangnya berapa lama istana kekaisaran akan menutup kota? Mereka pasti akan membukanya kembali besok."     

Zhang Ruochen paham kenapa Ling Feiyu ingin pergi dari sana sesegera mungkin, hingga dia tidak lagi membujuknya.     

Hal-hal yang mereka alami di Peta Tujuh Kehidupan dan Tujuh Kematian hanyalah takdir.     

Namun, ada begitu banyak orang yang telah ditakdirkan, tapi mereka tidak punya keyakinan. Wajar saja kalau hal itu juga berlaku pada mereka berdua. Mungkin mereka sama-sama menyimpan perasaan, tapi mereka harus menghentikannya atas dasar moral. Itu adalah akhir yang baik untuk mereka.     

Zhang Ruochen menggenggam tangan Huang Yanchen lebih erat. Dia sudah memutuskan untuk tidak menggabungkan ingatan di kehidupan ketujuh. Lelaki itu hanya akan membiarkannya tersegel selamanya, dan tidak akan pernah menyentuhnya.     

Keesokan harinya, Pusat Kota Kaisar memang sudah dibuka. Zhang Ruochen mengeluarkan Ling Feiyu dari Dunia Semesta dan mengamati kepergiannya.     

Zhang Ruochen melirik Huang Yanchen. "Sebaiknya kita juga pergi meninggalkan Pusat Kota Kaisar!"     

"Hari ini adalah Malam Tahun Baru," kata Huang Yanchen. "Bagaimana kalau kita pergi setelah Tahun Baru?"     

Malam Tahun Baru adalah hari berkumpulnya keluarga di penghujung tahun.     

Zhang Ruochen pun kembali terpikirkan tentang ibunya. Mungkin di hari spesial ini, lebih baik dia berkumpul bersama. Dia harus menemani keluarganya dan menghabiskan Malam Tahun Baru dengan makan bersama.     

"Itu saran yang bagus," katanya. "Hari ini, mari kita nikmati masakan Qing Mo. Kita akan mengundang Ibu dan orang tuamu. Keluarga kita harus merayakan Malam Tahun Baru bersama."     

Tubuh asli Zhang Ruochen tidak bisa masuk ke dalam Dunia Semesta, sehingga lelaki itu hanya bisa membawa mereka ke Yao Pool.     

Selir Lin, Komandan Pangeran Qianshui, Setengah-Biksu Liuli, Putri Ketigabelas, Kong Xuan, Qing Mo, Guoguo, Monster Kera, Putri Li Putih, dan Shi Ren berkumpul bersama Zhang Ruochen.     

Baginya, mereka adalah keluarga. Berkumpul dan menghabiskan Malam Tahun Baru bersama adalah sesuatu yang membahagiakannya.     

Qing Mo mulai menyibukkan diri dengan menyiapkan makanan. Guoguo dan Monster Kera membersihkan rerumputan di Yao Pool. Sementara itu, sisanya mulai mendekorasi manor yang sudah tak dihuni tersebut.     

Saat malam tiba, Yao Pool sudah tidak lagi terlihat kotor. Tempat itu telah dikelilingi oleh cahaya dan penuh sukacita.     

Tentu saja, di sana ada dua formasi kelas kaisar. Jadi, orang-orang di luar sana tidak akan bisa melihat perubahan di dalamnya.     

Masakan Qing Mo di Malam Tahun Baru tidak mengecewakan. Makanan itu sangat lezat, bahkan mereka sampai ingin menelan lidah masing-masing. Guoguo dan Monster Kera menghabiskan makanan paling banyak. Mereka makan seperti makanan itu hendak dicuri oleh orang lain, bahkan sampai memecahkan beberapa piring.     

Mereka menghancurkan suasana itu dan membuat semua orang merasa pusing. Pada akhirnya, Putri Li Putih menghukum mereka. Setelah itu, kedua binatang buas tersebut akhirnya duduk dengan patuh dan tidak berani lagi berebut makanan.     

Setelah makan malam, Zhang Ruochen mengembalikan mereka semua ke dalam Dunia Semesta. Hanya ada lelaki itu dan Huang Yanchen di manor.     

Mereka berdua duduk di puncak paviliun dan mulai mengamati lampu-lampu Pusat Kota Kaisar. Mereka saling bersandar, dan bertukar kehangatan. Ketika itu, rasa-rasanya waktu seakan telah berhenti.     

Zhang Ruochen memeluk tubuh ramping Huang Yanchen. "Aku belum pernah merasa bahagia seperti ini untuk waktu yang lama," katanya lembut. "Kenapa aku harus berlatih keras untuk berkultivasi? Sebenarnya, semua itu bukan karena aku ingin menjadi dewa atau apalah. Sejujurnya, aku selalu merasa cukup saat bisa bersama keluarga dan orang yang kucintai."     

"Itu jauh lebih sulit daripada menjadi dewa," kata Huang Yanchen. "Immortal Vampir, Netherworld, dan Ras Kematian sama-sama bisa memicu keributan di Daratan Kunlun dan membunuh kita semua."     

Zhang Ruochen tersenyum. "Selama aku di sini, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu. Bahkan aku akan berkultivasi dengan lebih giat dan menjadi semakin kuat. Kau hanya perlu menjadi istriku, tanpa perlu mengkhawatirkan apapun."     

Mendengar itu, bibir merah Huang Yanchen tampak tersungging. Wanita itu tersenyum dengan sangat bahagia, bahkan mulai menciumnya.     

Beberapa saat kemudian, Zhang Ruochen menggendong Huang Yanchen dan membawanya turun dari atas sana. Lalu, mereka masuk ke dalam kamar di dalam manor. Dia membaringkan Huang Yanchen di atas ranjang, hingga akhirnya mereka mulai menyatu.     

Di luar sana, salju kembali turun.     

Tapi di dalam kamar, itu seperti musim panas. Pria dan wanita ini sama-sama terengah-engah, dan desahan mereka terdengar seperti melodi.     

Thud! Thud! Thud!     

Di dalam Kota Kaisar, terdengar suara lonceng yang kencang.     

Rupanya tahun baru sudah tiba!     

Lambat laun, Zhang Ruochen terbangun dari ranjangnya. Kepalanya terasa sakit. Dia memerlukan banyak energi agar bisa bangun dari ranjang. Kepalanya masih pusing.     

Namun, hanya ada lelaki itu sendirian di dalam kamar. Huang Yanchen sudah pergi dari sana sejak lama.     

"Apa yang terjadi?"     

Zhang Ruochen menggosok pelipisnya dan mulai mengingat kembali. "Semalam adalah Malam Tahun Baru. Semua orang makan malam bersama. Lalu, aku dan Yanchen..."     

Tiba-tiba, ia mulai mengingat semuanya. Sambil membelalakkan matanya, maka ia segera menoleh ke ranjang. Di sana terdapat bercak-bercak darah di atas sprei berwarna putih.     

Itu adalah darah seorang wanita yang baru saja kehilangan keperawanannya.     

"Bagaimana mungkin?"     

Zhang Ruochen menggertakkan giginya. Sambil mengepalkan tangannya, dia menutup mata dan menghirup nafas dalam-dalam. Setelah itu, dia berteriak kencang, "Siapa kau?"     

Boom!     

Gelombang suaranya berhasil menghancurkan seluruh kamar dan mengubahnya menjadi puing-puing.     

Seluruh manor itu menjadi hening. Akan tetapi, tidak ada seorangpun yang menjawabnya.     

Zhang Ruochen dan Huang Yanchen telah menjadi suami-istri sejak lama. Lalu kenapa wanita itu kembali berdarah?     

Artinya, Huang Yanchen yang tidur bersamanya semalam bukanlah Huang Yanchen asli.     

Namun, Zhang Ruochen masih yakin kalau dia adalah Huang Yanchen.     

Tubuh seseorang dapat berubah, tapi lain halnya dengan jiwa suci mereka. Zhang Ruochen benar-benar merasakan aura jiwa suci Huang Yanchen semalam. Tapi bagaimana mungkin dia bukan Huang Yanchen?     

Apa yang sebenarnya terjadi?     

Zhang Ruochen sangat membenci kemunafikan dan penghianatan. Alhasil, matanya berubah menjadi merah. Kemarahan dan kebencian menyeruak di hatinya.     

"Dia sudah pergi dari Yao Pool, padahal di sini ada dua formasi taktis level kaisar. Bagaimana mungkin dia bisa pergi dari sini begitu saja?"     

Zhang Ruochen mulai mencarinya di segala tempat, tapi dia tidak bisa menemukan jejak Huang Yanchen palsu tersebut.     

Zhang Ruochen segera terpikirkan tentang Qing Mo. Sebab, gadis itu muncul bersama Huang Yanchen yang palsu, dan pasti paham mengenai identitasnya yang sebenarnya. Akan tetapi, ketika Zhang Ruochen mengalirkan Kekuatan Batin ke dalam Dunia Semesta, ternyata Qing Mo sudah tidak ada di sana.     

Komandan Pangeran Qianshui, Setengah-Biksu Liuli, dan Putri Ketigabelas juga tidak ada.     

Yang jelas, ada sesuatu yang terjadi ketika Zhang Ruochen tak sadarkan diri. Seseorang telah membawa mereka keluar dari Dunia Semesta.     

"Apa semua ini cuma halusinasi, sebuah mimpi?"     

Tatapan matanya menjadi kosong. Dia berdiri di manor itu, seakan telah kehilangan jiwanya. Rasa-rasanya, dia baru saja ditinggalkan sendirian di dunia ini.     

Langit belum menjadi cerah.     

Salju masih berguguran dan berjatuhan di rambut, alis, pundak, dan kakinya. Salju itu seakan ingin menelan tubuhnya.     

Awan tujuh warna muncul di atas kepalanya. Cahaya dewa menyilaukan mulai menyinari dirinya. Ketika awan itu membesar, maka awan itu segera menyebar ke seluruh Pusat Kota Kaisar, bahkan sampai seluruh Daratan Kunlun.     

Cahaya dewa sedang menyinari daratan dan merengkuh bumi.     

Boom!     

Sebuah patung baru membumbung naik dari tanah. Hal yang sama serempak terjadi di semua altar di Daratan Kunlun. Patung-patung itu memancarkan cahaya tujuh warna.     

Di jantung Pusat Kota Kaisar, sebuah patung dewa juga muncul. Patung itu sangat besar, dan tingginya mencapai lebih dari 3.000 kaki. Bagaikan pilar langit, patung-patungnya menembus awan dan memancarkan aura yang mendominasi.     

Ketika itu, semua pertapa di seantero Daratan Kunlun sedang merasa terkejut. Di antara mereka, beberapa Biksu berujar bersamaan, "Sosok dewa baru saja lahir, dan menyinari daratan. Patungnya sudah terbentuk dan semua orang akan bersujud kepadanya."     

Hanya scroll-scroll kuno yang merekam alasan di balik fenomena mencengangkan ini. Yang jelas, fenomena semacam ini hanya akan muncul ketika seseorang berhasil menembus alam dewa.     

100.000 tahun berlalu sejak Abad Pertengahan. Apa dewa baru benar-benar lahir di Daratan Kunlun?     

Semua orang di dunia, termasuk para Biksu, mulai berlutut dan bersujud di tanah dengan patuh.     

"Itu adalah... Permaisuri! Beliau akhirnya berhasil melewati ujian terakhir."     

Di Lianzhu Mansion, Lord Taizai mengamati patung raksasa di Pusat Kota. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, hingga membuatnya langsung berlutut ke tanah, lantas menyembah patung tersebut.     

Bahkan seorang Kaisar akan membungkuk di hadapan patung ini, apalagi dirinya.     

"Permaisuri sudah menjadi dewa! Permaisuri telah kembali!"     

Energi Chi di Pusat Kota Kaisar menjadi semakin tebal. Energi itu menjadi jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Lambat laun, Energi Chi-nya berubah menjadi Chi Suci. Garis-garis Chi dewa tujuh warna menyinari pusat kota.     

Setiap kultivator yang terkena sinar itu akan langsung berkembang pesat dalam proses kultivasinya. Alhasil, banyak pertapa yang menembus alam di momen itu. Karena merasa gembira, maka mereka segera beranjak menuju Istana Ziwei dan berlutut di tanah.     

Sebagaimana dewa baru saja lahir, maka Energi Chi di seluruh Daratan Kunlun menjadi semakin tebal. Obat-obat spiritual kembali bertumbuh di banyak tempat.     

Semua kultivator itu paham kalau era baru akan segera tiba!     

Secara natural, Zhang Ruochen juga disinari oleh cahaya dewa tersebut. Chi Xuanhuang di dalam dirinya langsung berkembang. Bahkan, lelaki itu hampir menembus Alam Xuanhuang.     

Namun, dia sama sekali tidak bahagia. Sebaliknya, tubuhnya gemetar hebat. Kedua matanya terlihat sangat dingin. "Aku mengerti, aku mengerti sekarang... Chi Yao, ternyata itu adalah dirimu. Seharusnya aku tahu kalau itu adalah kau."     

Huang Yanchen palsu itu pasti adalah Chi Yao. Mungkin Chi Yao sengaja mendekatinya agar bisa menambal kesalahan di hatinya, lalu menembus rintangan menuju alam Dewa, yakni rintangan asmara.     

Dan Zhang Ruochen baru saja digunakan sebagai batu loncatan baginya untuk menembus alam Dewa. Lelaki itu hanyalah alat untuk menambal kekurangannya.     

Boom!     

Sorot mata Zhang Ruochen berubah menjadi merah. Ledakan Chi Suci menyeruak darinya. Dia melangkah keluar dari Yao Pool tanpa menguncir rambut panjangnya, lalu beranjak menuju Istana Ziwei di pusat kota.     

Jalanan di sekitarnya dipenuhi oleh para pertapa yang sedang berlutut. Hanya Zhang Ruochen sendirian yang berjalan di sana. Lelaki itu masih tetap berdiri.     

"Siapa itu? Bukannya berlutut di hadapan dewa, dia malah berjalan dengan menenteng pedang. Ini benar-benar penghinaan yang luar biasa terhadap Permaisuri."     

"Berani-beraninya kau!?" teriak salah seorang Setengah-Biksu. "Cepat berlutut kepada dewa!"     

Poof!     

Pedang Zhang Ruochen melesat dan membuat kepala pria itu terhempas. Lelaki itu meneruskan perjalanannya.     

"Hentikan dia. Dia adalah iblis."     

"Berani-beraninya kau membunuh orang lain saat Permaisuri baru saja menjadi dewa?"     

…     

Ada banyak orang yang menyerang Zhang Ruochen, tapi mereka semua dibunuh olehnya. Tidak ada satupun yang selamat.     

Setelah lelaki itu tiba di Istana Ziwei, maka sekujur tubuhnya sudah bersimbah darah. Di belakangnya, ada jejak berdarah sepanjang 800 mil. Entah berapa banyak pertapa yang baru saja dibunuh oleh lelaki tersebut. Bahkan dia sempat membunuh 4 Biksu.     

Semua orang pun menjadi ketakutan. Mereka tidak lagi berani menghentikan lelaki tersebut.     

"Apa dia adalah monster haus darah?"     

"Dia sudah gila! Permaisuri baru saja menjadi dewa. Artinya, Daratan Kunlun akan memasuki era baru, tapi dia masih berani membunuh begitu banyak orang. Dia sedang cari mati."     

"Lihat. Kenapa dia mirip seperti Zhang Ruochen, sang Keturunan Ruang dan Waktu?"     

"Aku pernah melihat gambar Zhang Ruochen sebelumnya. Mereka memang mirip. Mungkinkah dia Zhang Ruochen?"     

…     

Para kultivator sedang berlutut di tanah, dan tidak berani bicara kencang. Mereka berkomunikasi dengan gelombang suara.     

Kemunculan Zhang Ruochen mengejutkan semua orang.     

Sambil menenteng Pedang Kuno Abyss, Zhang Ruochen berdiri di bawah dinding menara kota, lantas berteriak, "Chi Yao, keluarlah!"     

Gelombang suaranya menggema di seluruh pusat kota.     

Banyak pejabat di Istana Ziwei menjadi geram. Mereka menganggap Zhang Ruochen terlalu lancang dan layak dibunuh. Akan tetapi, tiba-tiba mereka menyadari sesuatu yang ganjil.     

Permaisuri paham bahwa Zhang Ruochen telah membunuh banyak orang di pusat kota, tapi wanita itu tidak menghentikannya. Ada apa ini?     

Para pejabat pemerintahan sangat bijak. Mereka pun segera menenangkan diri, karena mereka sadar bahwa semua ini tidak sesederhana yang terlihat.     

Tepat setelah itu, pintu istana terbuka.     

Sosok wanita cantik berjubah merah muncul dari baliknya. Wanita itu berjalan mendekat dan berhenti di hadapan Zhang Ruochen.     

Dia adalah Huang Yanchen.     

Setelah melihatnya, mata Zhang Ruochen menjadi semakin merah. Intensitas membunuh menyeruak darinya. Dia menusuk dahi wanita itu secepat mungkin.     

Mati, mati, mati.     

Huang Yanchen menggenggam Chaotic Universe Sword dan menangkis serangannya.     

Thud!     

Wanita itu terhempas ke belakang dan meninggalkan jejak salju panjang.     

Intensitas membunuh Zhang Ruochen sedikit mereda. Keragu-raguan muncul di matanya. "Kau bukan dia. Kau adalah Huang Yanchen?"     

"Ya," Huang Yanchen menjawabnya dengan tampang datar. Lantas, dia melanjutkan, "Master bilang kepadaku bahwa beliau tidak ingin membunuhmu hari ini. Kau boleh pergi dari sini. Kalau kau tidak membuat masalah, maka dia akan mengampuni nyawamu."     

"Mengampuni nyawaku... apa dia kira aku tidak ada artinya apa-apa setelah menjadi dewa? Apa aku tidak akan pernah sanggup mengancamnya meski terus berkultivasi?"     

Zhang Ruochen menatap mata Huang Yanchen dan merasa benci. Kebencian itu bukan hanya ditujukan pada Chi Yao, tapi juga sikap Huang Yanchen. Wanita itu menyebut Chi Yao sebagai "Master." Artinya, dia sudah berada di pihak Chi Yao.     

Zhang Ruochen menutup matanya. Hatinya hancur. Pada akhirnya, ia bertanya, "Apa kau akan pergi bersamaku?"     

Huang Yanchen menggelengkan kepalanya.     

"Kenapa?" tanya Zhang Ruochen. "Apa Chi Yao mengancammu dengan menggunakan orang tuamu? Jangan takut dengannya. Aku bisa mati bersamamu."     

"Master sudah menjadi dewa. Bagaimana mungkin beliau mengancam seorang mortal? Aku... aku tinggal di sini karena kemauan sendiri." Huang Yanchen tidak berani menatap mata Zhang Ruochen, tapi masih mengungkapkan hal itu. Ekspresinya masih datar.     

Air mata jatuh dari mata Zahng Ruochen, sebagaimana ia kembali bertanya untuk yang terakhir kalinya. "Wanita yang berkultivasi bersamaku di Dunia Primitif Blue Dragon, wanita yang bersamaku melewati bahaya di Lautan Yin Yang, serta pengalaman-pengalaman di Gunung Xianji... apa itu adalah kau atau Chi Yao?"     

"Itu aku, dan juga beliau." Setelah mengambil jeda sejenak, Zhang Ruochen berkata, "Aku meminjamkan jiwa suciku kepada beliau. Apa kau sudah paham sekarang?"     

Zhang Ruochen merasa lemas, bahkan sudah cenderung putus asa dalam menjalani kehidupan. Lelaki itu sama sekali tidak bisa menerima semua ini. "Dia memaksamu melakukan ini?" teriaknya.     

Mata Huang Yanchen sedikit berkaca-kaca. Pada akhirnya, ia menggelengkan kepalanya.     

"Kau benar-benar sudah membohongiku. Kenapa? Kenapa kau melakukannya? Seharusnya kau paham kalau dia adalah musuh terbesarku..."     

Hati Zhang Ruochen pun hancur, hingga darah naik ke tenggorokannya. Lelaki itu memuntahkan darahnya, dan membuat salju di bawahnya berwarna merah.     

Seandainya Chi Yao tidak mendapatkan jiwa suci Huang Yanchen, bukankah Zhang Ruochen pasti bisa membongkar kedoknya? Selama ini, Zhang Ruochen selalu menekan emosinya sendiri, dan tidak berani lagi mencintai orang lain.     

Huang Yanchen telah menjadi tambatan hatinya. Zhang Ruochen mengira bahwa dirinya telah menemukan cinta sejati. Dia rela melakukan apa saja demi wanita tersebut. Tapi sekarang, dia kembali ditipu dan kembali dihianati. Lelaki itu baru saja dijadikan sebagai alat oleh Chi Yao demi menembus Alam Dewa.     

Jiwa suci Huang Yanchen berada di dalam tubuh Chi Yao. Artinya, wanita itu sudah mengalami begitu banyak situasi hidup dan mati bersama Zhang Ruochen. Sehingga, dia pasti paham mengenai perasaan Zhang Ruochen kepadanya.     

Tapi pada akhirnya, wanita itu masih memilih Chi Yao.     

Zhang Ruochen rela mati demi wanita tersebut, tapi wanita itu... dia tidak bersedia melakukannya.     

Palsu. Tidak pernah ada yang nyata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.