Kaisar Dewa

Lotus



Lotus

0Bukan cuma menerobos Dojo Xumi, tapi Zhang Ruochen juga berhasil melarikan diri. Melihat itu, maka kemarahan Shang Ziyan pun semakin menjadi-jadi, hingga dia melampiaskannya pada keenam Saint King di level sembilan.      1

Setelah itu, ketiga figur tangguhnya kembali berkumpul menjadi satu.     

Semua itu terlalu menggemparkan!     

Seantero pulau mendadak sunyi, karena para pertapa dari Daratan Kunlun dan Daratan Heaven sedang menahan nafas masing-masing. Mereka menatap Shang Ziyan, bagaikan sedang menatap dewa.     

Para Saint King di level sembilan itu sudah berada di puncaknya, dan tepat berada di bawah Alam Supreme Saint. Namun, walau mereka berenam sudah bekerja sama, tapi mereka masih gagal mengalahkan Shang Ziyan.     

"Shang Ziyan pasti telah menguasai Teknik Tiga Mayat, yakni salah satu teknik dari Ranking Teknik Dewa Taiyi. Teknik itu sangat sulit dikuasai. Hanya segelintir pertapa yang sanggup menguasainya. Ternyata pemahaman dan kemampuannya benar-benar luar biasa," gumam Zhang Ruochen.     

Shang Ziyan menggenggam pedang api dan menunggangi awan tiga warna. Seketika itu juga, dia melintasi jarak lebih dari 20 mil, sampai akhirnya muncul di depan Dojo Xumi dan berhadapan dengan Zhang Ruochen.     

Kecepatan awannya hampir mampu menandingi Pergerakan Ruang Besar-nya Zhang Ruochen.     

Tidak lama kemudian, para pertapa dari Daratan Heaven kembali berkumpul. Beberapa dari mereka berdiri di tanah, beberapa yang lain melayang di udara. Mereka sama-sama memancarkan Chi membunuh. Jumlah mereka masih berada di kisaran 300 sampai 400-an.     

Zhang Ruochen berkata, "Di Wilayah Truth Heavenly, kebanyakan pertapa mengetahuinya, bila Wang Xu telah menguasai Ilmu Cahaya. Namun, ternyata Ilmu Cahaya-mu jauh lebih tinggi dibandingkan Wang Xu. Luar biasa, kau memang luar biasa."     

Ilmu Cahaya adalah ilmu yang paling cepat. Jika seseorang telah menguasainya sampai di level puncak, maka dia bisa menembus kecepatan cahaya, atau bahkan melampauinya.     

Ilmu itu juga bisa menandingi beberapa ilmu kuno lainnya.     

Shang Ziyan membalas, "Ilmu Cahaya hanyalah salah satu ilmu yang kukuasai."     

Zhang Ruochen mengangguk. Dia juga paham bila Shang Ziyan bukan cuma menguasai satu ilmu. Sebab, Shang Ziyan juga menguasai Ilmu Api dan Es, yang merupakan bagian dari Ilmu Supreme.     

Bisa dibilang, dia adalah musuh pertama Zhang Ruochen, yang menguasai beberapa ilmu sekaligus.     

Sementara itu, tiga Ilmu utama yang dipelajari oleh Zhang Ruochen adalah Ilmu Ruang, Ilmu Waktu, dan Ilmu Pedang. Jika menimbang dari kualitasnya, maka pencapaiannya di masa depan akan lebih tinggi dibandingkan Shang Ziyan.     

"Dojo Xumi sudah berhasil ditembus. Tidak lama lagi, kami akan mengaktifkan Kesetaraan. Meski kau masih punya keunggulan, tapi pertempuran selanjutnya hanya akan membuatmu semakin menderita. Shang Ziyan, hentikan semua ini. Mundur sekarang juga!" kata Zhang Ruochen.     

"Berhenti?"     

Shang Ziyan menggelengkan kepalanya.     

Hari ini, kerugian yang dialami oleh Daratan Heaven adalah 10 kali lipat lebih besar dibandingkan kerugian yang dialami oleh Daratan Kunlun. Selain itu, hampir separuh Saint King dari Daratan Heaven masih terperangkap di dalam istana. Bagaimana mungkin Shang Ziyan berhenti dan mundur dari sana?     

Shang Ziyan tidak mau mengakui kekalahannya, begitu pula dengan Daratan Heaven.     

"Apa kau pikir Dojo Xumi hanya punya formasi ruang dan waktu? Di dalam dojo, terdapat lebih dari 20 pertapa ruang dan waktu. Kau adalah Keturunan Ruang dan Waktu, mestinya kau paham dengan kekuatan ruang dan waktu, kan? Dengan kekuatan itu, walau pertapa dari Daratan Kunlun masuk ke dalam sana, maka mereka akan mati," kata Shang Ziyan.     

"Apa kau yakin?"     

Zhang Ruochen tersenyum dan menambahkan, "Baiklah, harus kuakui, kau memang tidak pernah meremehkan musuh-musuhmu. Bahkan, selama bertempur melawan musuh-musuhmu, maka kau akan melepaskan dua, tiga atau bahkan 10 kali lipat kekuatan. Meski begitu, lawan-lawanmu juga tidak selemah itu."     

Sebelumnya, Blackie sempat mengirimkan pesan telepati kepadanya. Kata Blackie, para pertapa ruang dan waktu di Dojo Xumi sudah menjadi makanan Bunga Suci Karnivora.     

Pada akhirnya, burung hantu itu juga masih ada gunanya.     

Saat melihat ketenangan Zhang Ruochen, maka tatapan mata Shang Ziyan berubah menjadi murung.     

Apa mungkin dia masih punya kartu andalan lain?     

Whoosh!     

Patung Buddha di tengah Dojo Xumi tiba-tiba memancarkan cahaya emas brilian.     

Terdengar mantra-mantra Sansekerta di belakang Sembilan Dewi Empryan. Cahaya itu memurnikan aura membunuh di seantero pulau. Bagaikan dirasuki oleh energi misterius, maka semangat pertempuran mereka mulai menurun drastis.     

"Para pertapa dari Daratan Kunlun, Kesetaraan baru saja diaktifkan."     

"Bagaimana mungkin? Kita sudah menempatkan banyak pembunuh di dalam sana. Apa semua rencana ini masih gagal?"     

...     

Semua Saint King dari Daratan Heaven mendadak geram.     

Kebencian mereka diarahkan pada satu orang, yakni Zhang Ruochen. Kalau bukan karena pria itu, maka para pertapa dari Daratan Kunlun pasti sudah mati sejak lama. Setelah itu, mereka bisa mendapatkan banyak teknik-teknik level tinggi.     

Tidak peduli setenang apapun Shang Ziyan, namun matanya masih terlihat dingin.     

Walau situasinya sudah berbanding terbalik sampai sedemikian rupa, tapi Shang Ziyan masih enggan untuk mundur. Sebaliknya, dia malah ingin masuk ke dalam Dojo, lalu memenggal kepala Zhang Ruochen, dan menghancurkan semua pertapa dari Daratan Kunlun.     

Namun, para Saint King di belakangnya sudah kehilangan semangat bertempur.     

Hari ini, para pertapa dari Daratan Heaven telah menderita kerugian besar. Walau mereka masih punya keunggulan, tapi moral mereka sudah merosot. Di sisi lain, para kultivator dari Daratan Kunlun sudah tidak peduli dengan nyawa mereka masing-masing. Bahkan, mereka telah bersiap untuk bertempur sampai mati demi melindungi Dojo Xumi.     

Sekarang ini, Shang Ziyan benar-benar merasa dilema.     

Dia tidak bisa mundur ataupun menyerang.     

Zhang Ruochen mundur ke tengah Dojo dan berdiri di bawah kuil. Setelah itu, dia merasakan tekanan yang besar. Di waktu yang sama, kultivasinya turun ke Alam Biksu.     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen melihat biji lotus hijau di tangannya – yang mendadak panas dan bergetar hebat.     

Di waktu yang sama, permukaan danaunya membumbung naik, sampai akhirnya berubah menjadi permata cair.     

Whoosh!     

Biji lotus hijaunya terbang dari tangan Zhang Ruochen.     

"Kembalilah."     

Zhang Ruochen mengaktifkan Teknik Menangkap Ruang dan mencengkram udara.     

Namun, biji lotus hijaunya melepaskan energi dahsyat dan menolak kembali. Setelah itu, bijinya terbang ke arah patung Buddha di tengah Dojo, sebelum akhirnya mendarat di keningnya.     

Saint King di level enam – yang berdiri di belakang Shang Ziyan – berbisik, "Master Ziyan, kelihatannya ada yang tidak beres di dalam sana. Haruskah kita menyerang sekarang?"     

"Jangan bertindak gegabah. Zhang Ruochen adalah sosok yang tidak mudah ditangani. Ingat baik-baik, bisa jadi semua ini adalah perangkap Zhang Ruochen. Kalian tunggu saja di belakang. Biar kulihat, apa yang sedang direncanakan olehnya."     

"Master, apa Anda akan masuk sendirian?"     

"Jangan khawatir. Tidak ada seorangpun yang bisa menghentikanku bila aku melarikan diri."     

Setelah itu, Shang Ziyan melesat dan berubah menjadi cahaya tiga warna. Dia bergegas masuk ke Dojo Xumi.     

Di dalam dojo, maka ekspresi para pertapa dari Daratan Kunlun berubah. Mereka pun mulai mengaktifkan Chi Suci masing-masing.     

Pertempuran Shang Ziyan – yang berhasil menang melawan para pertapa dengan kultivasi dua tingkat di atasnya – masih terngiang jelas di benak mereka.     

Tapi sekarang, mereka semua berada di level yang sama. Lantas, semengerikan apa Shang Ziyan nantinya?"     

Luka-luka Chi Kunlun telah sembuh. Dia kembali berenergi. Sambil menggenggam pedangnya, dia berteriak, "Aku akan bertempur melawannya."     

"Kakak, aku ikut."     

Chi Kongyue tahu mengenai kemampuan Shang Ziyan, sehingga dia ingin bekerja sama dengan Chi Kunlun.     

Luo Xu, Sembilan Dewi Empryan, Biksu Lidi, dan Putri Bai Li sama-sama paham dengan kemampuan Chi bersaudara itu. Di dalam dojo, siapapun yang berhadapan dengan Shang Ziyan akan musnah.     

Meski begitu, mereka berdua bukan pertapa lemah. Apabila mereka menyerang bersama-sama, dan tidak peduli sekuat apapun Shang Ziyan, mungkin dia akan mundur.     

Pada saat itu, mereka menemukan pertapa yang berselimutkan api sedang menghalangi Shang Ziyan.     

"Zhang Ruochen."     

"Brengsek, Zhang Ruochen bukanlah tandingan Shang Ziyan. Semuanya, ayo cepat bantu Zhang Ruochen."     

...     

Ketika para kultivator dari Daratan Kunlun itu hendak melesat maju, tiba-tiba Luo Xu menghentikan mereka dan berkata, "Jangan gegabah. Para elit dari Daratan Heaven sedang mengamati kita dari luar dojo. Mereka bisa menyerang kapanpun. Zhang Ruochen bukan pertapa lemah. Karena Kesetaraan-nya telah diaktifkan, mungkin dia bisa menandingi Shang Ziyan."     

"Kalian semua, pertahankan dojo dan patuhi perintah Luo Xu. Aku akan membantu Zhang Ruochen." Sembilan Dewi Empryan menggenggam pedang dan melesat maju.     

"Aku juga ikut."     

Luka-luka Qing Xiao telah sembuh, hingga dia bergegas mengikuti Sembilan Dewi Empryan.     

Namun, sebelum mereka berdua tiba di medan pertempuran, mereka sudah lebih dulu diterjang oleh kobaran api.     

Sembilan Dewi Empryan buru-buru mengeluarkan Buku Saint Ruzu dan melindungi dirinya, bersama Qing Xiao. Setelah itu, dia mencari sumber serangan dengan mata phoenixnya.     

Di tengah kobaran api, Zhang Ruochen memasang kuda-kuda bertahan, sambil mengaktifkan Fire God Armor dan menangkis pedang apinya Shang Ziyan.     

Benturan serangan mereka berdua sempat berakhir imbang, sebelum akhirnya mereka sama-sama terpental ke belakang.     

Shang Ziyan terpental keluar dari Dojo, tapi akhirnya dia bisa mengurai tekanan energi tersebut, dan mendarat dengan selamat.     

Zhang Ruochen terhempas ke belakang sampai berada di sisi Sembilan Dewi Empryan dan Qing Xiao. Dengan bantuan Buku Saint Ruzu, maka perlahan-lahan dia bisa menghentikan lajunya. Namun, terdapat lubang kaki panjang di depannya.     

Pertempuran serangan mereka berakhir imbang. Zhang Ruochen dan Shang Ziyan belum melipatkangandakan kekuatannya, atau menggunakan kekuatan ruang dan waktu.     

Para pertapa dari Daratan Heaven dan Daratan Kunlun pun sama-sama tercengang. Mereka tidak pernah menyangka bila Shang Ziyan – yang sangat tangguh – ternyata bisa diimbangi oleh Zhang Ruochen di level yang sama.     

"Kelihatannya Master sudah menemukan tandingannya."     

"Zhang Ruochen sangat kuat. Rasa-rasanya, hari ini kita akan berhasil merebut dojo."     

Tanpa disadari, biji lotus hijau – yang berada di kening Patung Buddha – memancarkan cahaya hijau, yang menyinari langit dan bumi. Setelah itu, energi kehidupan memancar dari payungnya dan menyebar di sekitarnya.     

Lantas, daun-daun lotus mulai bertumbuh di permukaan danau.     

Setelah itu, rumput dan bunga-bunga cantik mulai bertumbuh di seantero pulau, yang menutupi bekas medan pertempuran.     

Akar-akar perak juga bertumbuh di bawah Patung Buddha dan menyebar ke atas, sebelum akhirnya menyelimuti kepala Buddha-nya. Di waktu yang sama, banyak permata – yang seperti daun-daun hijau – muncul dari ujung akarnya, dan memancarkan cahaya hijau.     

Rustle...     

Di tengah dedaunan lotus, maka bunga lotus berwarna putih mulai bermekaran.     

Bunga lotusnya memancarkan cahaya terang, yang bisa mengubah malam menjadi siang. Cahaya itu menyebar jauh, sampai akhirnya menyelimuti area tersebut.     

Semua pertapa yang hadir merasa takjub.     

Zhang Ruochen adalah orang pertapa yang bereaksi. Dia menggunakan Pergerakan Ruang Besar dan muncul di atas Patung Buddha, lantas mengambil lotusnya. Kalau dia tidak salah, maka lotus itu adalah barang peninggalan Biksu Suci Xumi.     

Namun, ketika dia baru saja menggenggam lotusnya, tiba-tiba ekspresinya berubah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.