Kaisar Dewa

Ayah



Ayah

0Kenangan memang indah, tapi realitanya kejam.     1

Tidak lama kemudian, Zhang Ruochen kembali sadar dan perlahan melepaskan Kalung Giok Swallow.     

"Chi Yao, Chi Yao, padahal sudah delapan ratus tahun berlalu. Kenapa wanita jahat dan dingin sepertimu masih menyimpan benda ini?" Zhang Ruochen mengepalkan tangannya erat-erat.     

Di kalung itu, terdapat banyak energi Supreme Saint. Di permukaan kalungnya, di sana terdapat kekuatan dewa.     

Itu adalah kekuatan Chi Yao.     

Artinya, Chi Yao mengenakan kalung itu selama 800 tahun terakhir.     

Karena energi supreme dan dewanya, maka kalungnya pun juga mengalami perubahan.     

Chi Kongyue menemukan bahwa Zhang Ruochen tampak ragu dan berkaca-kaca. Kadang kala matanya terlihat sedih, kadang terlihat dingin, tapi di waktu lain terlihat kesal... Padahal, saat berhadapan dengan para Saint King dari Daratan Heaven, Zhang Ruochen tidak pernah bersikap selembut itu. Perubahan emosinya sangat besar.     

Wanita itu merentangkan tangan ramping dan putihnya, sambil bertanya pelan, "Ada apa denganmu?"     

Lambat laun, tatapan mata Zhang Ruochen kembali berubah menjadi tajam. "Apa Chi Yao yang memberimu kalung ini?"     

"Permaisuri adalah Dewa, kenapa kau memanggilnya dengan sebutan nama?"     

Kelihatannya, Chi Kongyue sangat hormat dengan Permaisuri Chi Yao. Sehingga, dia tidak puas dengan perilaku Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen mendengus dan membalikkan badannya, lalu duduk di atas matras. "Jika kau ingin membunuhku, sebaiknya kau melakukannya sekarang. Setelah Chi Suci-ku pulih, maka kau tidak akan bisa melakukannya lagi," katanya.     

Zhang Ruochen mengelus Cincin Ruang dan mengeluarkan botol kecil yang terbuat dari permata. Lantas, dia mengendus aromanya dan mulai menenggaknya dalam satu kali teguk.     

Itu adalah sumsum yang berasal dari tulang punggung binatang buas, dan dapat mengembalikan Kekuatan Batin-nya.     

Sumsum itu merupakan salah satu harta karun yang ditemukan dari mayat-mayat Elf.     

Chi Kongyue belum menyingkirkan pedangnya, dan dia sedang mengamati wajah tampan Zhang Ruochen dengan mata briliannya. "Apa ini adalah wujud aslimu tanpa menggunakan 36 Perubahan Bentuk?" tanyanya.     

"Benar," kata Zhang Ruochen.     

"Kenapa..."     

Chi Kongyue keceplosan, tapi dia cepat-cepat menghentikan ucapannya.     

Zhang Ruochen bisa mendengar detak jantung gadis itu, hingga dia bertanya, "Kau ingin bertanya kenapa kita sangat mirip?"     

"Ya." Chi Kongyue mengangguk.     

"Sebaiknya kau menanyakannya kepada Permaisuri, bukan kepadaku," kata Zhang Ruochen.     

Chi Kongyue maju beberapa langkah ke depan dan mendekati Zhang Ruochen, sambil berkata, "Kalau begitu, kenapa kau sempat beberapa kali menyelamatkanku dan kakakku? Kalau tidak salah, saat kau mengendalikan lotus untuk membunuh para Saint King dari Daratan Heaven, saat itu kau sudah kehabisan Kekuatan Batin. Namun, kenapa kau masih menyelamatkan kedua musuhmu dalam kondisi semacam itu?"     

Zhang Ruochen tidak menyangka bila Chi Kongyue akan sangat memperhatikan detil sekecil itu, padahal usianya masih sangat muda.     

"Apa kau benar-benar ingin mengetahui jawabannya?" tanya Zhang Ruochen.     

Chi Kongyue sempat ragu-ragu sejenak, karena dia sedang mengkhawatirkan sesuatu. Beberapa saat kemudian, tatapan matanya pun terlihat tegas. "Tolong beritahu aku."     

"Kemarilah."     

Tatapan mata Zhang Ruochen mulai melembut.     

Karena alasan tertentu, Chi Kongyue mulai mendekatinya secara perlahan, tapi dia masih menggenggam pedangnya dan berhenti di jarak 3 kaki jauhnya dari Zhang Ruochen.     

"Duduk."     

Zhang Ruochen mengeluarkan bantal duduk dan memberikannya kepada gadis tersebut.     

Chi Kongyue duduk di hadapan Zhang Ruochen. Wajahnya terlihat antusias, tubuhnya mungil, dan matanya bercahaya. Namun, pedang di tangannya bersimbah darah.     

Walau dia masih berusia 11 atau 12 tahun, tapi dia sudah mahir membunuh dengan pedangnya sedari lama.     

Zhang Ruochen mendesah panjang dan berkata, "Chi Yao yang memberimu kalung itu, kan?"     

"Ya."     

"Kakakku juga punya," kata Chi Kongyue.     

"Apa kau tahu bagaimana cara mengaktifkannya?" tanya Zhang Ruochen.     

Chi Kongyue mengangguk, sebelum akhirnya menggelengkan kepala. "Setahuku, selama aku mengenakannya, maka aku bisa mengumpulkan Energi Chi dari langit dan bumi. Kalung ini bisa membuatku lebih tenang dan lebih fokus dalam proses berkultivasi. Selain itu, kalung ini juga bisa menguatkan jiwa suciku. Sederhananya, kalung ini memiliki banyak manfaat."     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kelihatannya Chi Yao belum memberitahumu bagaimana cara menggunakannya."     

Whoosh!!     

Dengan satu jentikan jari, inskripsi-inskripsi kompleks mendarat pada Kalung Giok Swallow.     

Inskripsinya bagaikan kunci yang membuka pintu transparan.     

Tiba-tiba, cahaya brilian menyeruak dari kalung tersebut. Lantas, aura kuno mulai menyelimuti tubuh Chi Kongyue.     

"Kekuatannya sangat besar... apa ini adalah kekuatan dewa?" Chi Kongyue merasa terkejut.     

Kalung Giok Swallow adalah harta warisan leluhur keluarga Zhang. Di masa lalu, Zhang Ruochen cuma tahu bila kalungnya menyimpan energi besar, tapi dia tidak bisa mengidentifikasi energi tersebut.     

Tapi sekarang, karena kultivasi Zhang Ruochen sudah berada di Alam Saint King, maka dia bisa mengidentifikasinya.     

Energi misterius yang tersimpan di dalam kalungnya adalah energi dewa.     

Apa mungkin... Kalung Giok Swallow merupakan salah satu warisan yang ditinggalkan oleh Leluhur Keluarga Zhang, sang Unmovable Emperor Ming?     

"Kau sudah menyatukan Kekuatan Batin-mu ke dalamnya, kan?" tanya Zhang Ruochen.     

"Ya, kenapa kau bisa tahu?" tanya Chi Kongyue.     

Zhang Ruochen tidak menjawab pertanyaannya. Sebaliknya, dia menambahkan, "Dengan mengaktifkan kalungnya, maka kau bisa melepaskan tameng pertahanan yang kuat. Setelah itu, tubuhmu juga akan dilindungi oleh lingkaran cahaya. Semakin banyak kau menyuntikkan energimu ke dalam kalungnya, maka semakin kuat pula pertahanannya. Tentu saja, jika kau menggunakan Kekuatan Batin untuk mengaktifkannya, maka kecepatanmu dapat meningkat pesat."     

"Benarkah?"     

Chi Kongyue menutup matanya dan mulai melepaskan Kekuatan Batin-nya.     

Whoosh.     

Lantas, tubuhnya menghilang dari kuil kuno dan berubah menjadi segaris cahaya putih.     

Kecepatan semacam itu berada di luar jangkauan para Saint King rata-rata.     

Chi Kongyue sempat mencobanya selama setengah jam, sebelum akhirnya dia kembali masuk ke dalam kuil. Namun, dia masih terlihat penasaran dan tak habis pikir.     

Perlu diingat, gadis itu hanyalah sosok Biksu di level Xuanhuang. Namun, berbekal kecepatan semacam itu, mungkin Saint King di level pertama tidak akan bisa menangkapnya.     

Zhang Ruochen melemparkan botol permata dan berkata, "Tangkap."     

Chi Kongyue menangkap botolnya dan bertanya, "Apa... ini?"     

Tiba-tiba, kepalanya terasa sangat pusing. Dadanya berdebar kencang, dan tubuhnya gemetar hebat.     

"Setelah mengaktifkan kalung itu, maka Kekuatan Batin-mu akan terkuras habis. Di dalam botol itu terdapat sumsum binatang buas level delapan. Itu dapat memulihkan Kekuatan Batin-mu." Kata Zhang Ruochen.     

Chi Kongyue meminum satu tetes dan duduk bersila di lantai. Di waktu yang sama, dia berusaha mengatur nafasnya.     

Zhang Ruochen pun mengangguk. Ternyata, walau Chi Kongyue masih muda, tapi dia sama sekali tidak panik ketika ada yang bermasalah dengan dirinya. Kalau menilai dari kemampuannya, tampaknya gadis itu memang hanya mampu memurnikan satu tetes sumsum.     

Penilaiannya terhadap diri sendiri lumayan bagus.     

Ketika Chi Kongyue kembali membuka matanya, saat itu Kekuatan Batin Zhang Ruochen telah pulih sampai di taraf tertentu. Sekarang ini, kondisi pria itu sudah lebih baik.     

"Apa kau ingin mempelajari inskripsi untuk membuka segel Kalung Giok Swallow?" tanya Zhang Ruochen.     

Chi Kongyue menatap mata Zhang Ruochen. Tatapan mata pria itu terlihat berbeda dari biasanya. Lantas, dia mengerucutkan bibirnya dan bertanya, "Apa kau mau mengajariku?"     

"Asalkan kau punya niat untuk belajar..."     

"Aku mau."     

Zhang Ruochen menatap matanya dalam-dalam. Setelah itu, dia mengeluarkan dua pena inskripsi, dan memberikan salah satu penanya kepada gadis tersebut.     

Chi Kongyue menyimpan pedang saintnya. Setelah itu, dia mengambil penanya dan berjongkok di depan Zhang Ruochen, bagaikan seekor kitten.     

Ketika itu, apapun yang diukir oleh Zhang Ruochen, maka gadis itu akan mengikutinya.     

Pemandangan itu sangat mengharukan. Rasa-rasanya, gadis kecil itu sedang belajar menulis dari ayahnya. Gadis itu terlihat sangat antusias. Dari waktu ke waktu, dia akan sering mendongakkan kepala, lalu diam-diam mengamati sorot mata serius Zhang Ruochen.     

Inskripsinya sangat kompleks. Mungkin, para kultivator biasa tidak akan bisa memahaminya, walau mereka sudah mempelajarinya selama tiga bulan.     

Namun, ternyata pemahaman Chi Kongyue memang berada di atas rata-rata. Gadis itu hanya memerlukan waktu selama 30 menit untuk memahaminya.     

Sambil mengamati inskripsi hasil ukiran Chi Kongyue di kalungnya, Zhang Ruochen pun tersenyum puas. Tanpa disadari, pria itu merentangkan tangannya dan mengelus kepala gadis tersebut. "Bagus sekali."     

Chi Kongyue tidak menolaknya. Setelah sempat ragu-ragu sejenak, akhirnya dia berkata, "Kata Permaisuri, kalung ini adalah harta warisan ayahku."     

Mendengar itu, tangan Zhang Ruochen mendadak kaku, sebelum akhirnya berkata, "Kurasa itu memang benar."     

"Apa kau adalah... ayahku?"     

Bibir Chi Kongyue gemetar, sembari menunggu jawaban Zhang Ruochen.     

Gadis itu merasa khawatir, sekaligus harap-harap cemas.     

Sebenarnya, menurut Zhang Ruochen, lebih baik Chi Kongyue menganggapnya sebagai musuh daripada dia mengetahui kebenarannya.     

Sebab, kebenaran itu akan terasa kejam. Lebih jauh, gadis kecil itu akan menderita nantinya.     

Yang jelas, Zhang Ruochen tidak akan tega melihatnya menderita.     

Namun, karena Chi Kongyue sangat cerdas dan bisa menebak kebenarannya, maka Zhang Ruochen pun tidak ingin menyembunyikan kebenaran tersebut. "Kongyue adalah nama sebuah nama gunung di luar kota Shengming. Bila kau berdiri di puncak gunungnya, maka kau bisa melihat lampu-lampu kota. Pemandangannya sangat luar biasa. Kau bisa melihat banyak sungai dan gunung di atas sana." Katanya sambil tersenyum getir.     

Zhang Ruochen tidak menyangkalnya. Sehingga, Chi Kongyue sudah mendapatkan jawabannya.     

Karena dia masih kecil, lantas bagaimana mungkin dia bisa mengendalikan emosinya seperti Zhang Ruochen? Alhasil, fakta itu membuat matanya berkabut. Setelah itu, air mata turun membasahi pipinya, dan tubuh mungilnya mulai gemetar.     

Di waktu yang sama, gadis itu membuka tangannya dan memeluk Zhang Ruochen erat-erat. Sambil menangis, dia berkata, "Aku... aku ingin pergi... Huhu... aku ingin pergi ke Gunung Kongyue. Antar... tolong antar aku ke sana... aku ingin melihat lampu-lampu kota... aku ingin melihat sungai dan pegunungan..."     

Zhang Ruochen berusaha mengendalikan emosinya. Namun, matanya sudah memerah. Dia merentangkan salah satu tangannya dan mulai mengusap kepala gadis tersebut.     

"Aku akan mengantarmu ke sana. Setelah kita kembali ke Daratan Kunlun, maka aku akan mengantarmu ke sana," kata Zhang Ruochen.     

"Jangan bohong... ya?"     

Chi Kongyue mendongak dan bertanya sambil sesenggukan, "Kenapa Permaisuri membohongiku? Kenapa beliau berkata bahwa kau adalah musuhku? Kenapa beliau berkata bila kau telah membunuh orang tuaku? Kenapa... kenapa?"     

"Karena dia tidak berani mengungkapkan kebenarannya," kata Zhang Ruochen.     

"Kebenaran apa? Siapa ibuku?" tanya Chi Kongyue.     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya. "Belum waktunya kau mengetahui hal tersebut. Tentu saja, bila kau masih penasaran, kau bisa menanyakannya sendiri kepada Chi Yao. Karena dia tega membohongimu, mungkin dia akan kembali membohongimu."     

"Aku tidak ingin menanyakannya kepada siapapun, kecuali dirimu. Kau tidak akan tega membohongiku, kan... ayah?!" tatapan mata Chi Kongyue terlihat menderita. Rasa-rasanya, gadis itu sudah lama menderita.     

Setelah melihat tatapan matanya dan mendengar gadis itu memanggilnya sebagai "ayah", tiba-tiba Zhang Ruochen menjadi luluh. "Baiklah, aku akan memberitahumu. Tapi bukan sekarang. Tunggu sebentar lagi... sabar sebentar..." kata Zhang Ruochen dengan mata berkaca-kaca.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.