Kaisar Dewa

Suruh Chi Yao Datang Sendiri untuk Mengambilnya



Suruh Chi Yao Datang Sendiri untuk Mengambilnya

3Chi Kongyue menghapus air matanya dan berkata, "Aku akan pergi dan menemui Kakak."      1

"Jangan."     

Zhang Ruochen menghentikannya dan berkata, "Jangan memberitahunya dulu mengenai rahasia ini."     

"Kenapa?"     

Chi Kongyue merasa kebingungan, tapi dia bisa menebaknya, hingga akhirnya dia berkata, "Sebenarnya, dia membencimu karena dia menganggapmu sebagai musuh. Tapi jika dia sudah mengetahui kebenarannya, maka sikapnya pasti akan berubah."     

"Lalu apa?" tanya Zhang Ruochen.     

Chi Kongyue berkata, "Lalu..."     

Zhang Ruochen melipat tangannya dan menambahkan. "Lalu, kalian berdua akan mengikutiku atau tetap tinggal bersama Chi Yao?"     

Chi Kongyue mendadak ragu.     

Chi Kunlun dan gadis itu sama-sama dibesarkan oleh Permaisuri Chi Yao. Walau Permaisuri Chi Yao sangat keras terhadap mereka, tapi dia masih mempedulikan mereka.     

Semenjak belia, mereka telah diajarkan teknik-teknik bela diri terbaik. Mereka juga mendapatkan banyak pil suci darinya. Bahkan, Chi Yao sendiri sering mengajari mereka secara langsung.     

Bahkan murid utama Permaisuri tidak pernah diperlakukan seperti mereka berdua.     

Chi Kongyue bisa merasakan kasih sayang itu. Kasing sayangnya tidak dibuat-buat.     

Bisa dibilang, Permaisuri adalah orang yang sangat dihormati dan dipercaya olehnya.     

Walau Permaisuri membohonginya, tapi Chi Kongyue percaya bahwa ada alasan tersendiri di baliknya. Faktanya, mungkin itu berhubungan dengan rahasia besar. Mungkin karena rahasia itulah, maka Zhang Ruochen sempat agak ragu-ragu saat ingin memberitahukan kebenarannya.     

Jika dia harus meninggalkan Permaisuri dan pergi dari Daratan Kunlun, sebenarnya Chi Kongyue juga masih belum siap.     

Zhang Ruochen menambahkan, "Karena kau tidak ingin pergi denganku, lantas apa gunanya memberitahukan ini kepada kakakmu? Kalau menilai dari perangainya, dan apabila dia tinggal di Daratan Kunlun setelah mengetahui aku adalah ayahnya, lalu apa yang akan terjadi?"     

"Bukan, bukan seperti itu... bukannya aku tidak mau pergi denganmu. Hanya saja... ayah, apa kau bisa memberiku waktu?" tanya Chi Kongyue.     

Zhang Ruochen bisa memahami perasaan Chi Kongyue. Lagipula, dia masih anak kecil. Sulit baginya untuk pergi dengan ayahnya yang masih asing. Selain itu, ayahnya adalah orang yang dibencinya selama beberapa tahun belakangan.     

"Kakakmu punya perangai yang meledak-meledak. Dia juga impulsif. Jadi, setelah memutuskan sesuatu, maka sulit baginya untuk mengubah keputusannya sendiri. Walau kau memberitahukan kebenaran ini kepadanya, tapi dia tidak akan percaya," kata Zhang Ruochen.     

Yang jelas, Chi Kongyue sangat memahami perangai kakaknya. Kakaknya memang naif, impulsif dan bandel seperti yang dideskripsikan oleh Zhang Ruochen. Dia benar-benar belum dewasa.     

"Apa kau ingin menyembunyikan ini darinya?" tanya Chi Kongyue.     

"Suatu hari nanti dia pasti akan mengetahuinya. Semua akan menjadi jelas pada waktunya."     

"Kau sudah mengetahui kebenarannya. Apa aku boleh menanyakan sesuatu?" Zhang Ruochen mulai menimbang-nimbang.     

Kuil kunonya mendadak hening, sebagaimana Chi Kongyue dan Zhang Ruochen sedang menimbang-nimbang.     

Beberapa saat kemudian, Zhang Ruochen bertanya, "Apa kau punya Tanda Waktu Shenwu?"     

"Ya."     

"Bagaimana kau mempelajari Ilmu Waktu-mu?"     

Chi Kongyue berkata, "Permaisuri pernah memberiku kitab panduan untuk mempelajari Ilmu Waktu, tapi karena kitabnya sangat kuno dan penuh dengan variabel, maka dibutuhkan Kekuatan Batin tinggi untuk mempelajarinya. Dengan Kekuatan Batin-ku sekarang ini, aku hanya bisa sedikit memahaminya."     

"Coba kulihat kitabnya," kata Zhang Ruochen.     

Tanpa ragu-ragu, Chi Kongyue mengeluarkan kitabnya dan menyerahkannya kepada Zhang Ruochen.     

Pria itu membuka beberapa halamannya, lalu menggelengkan kepala dan mengembalikan kitabnya pada gadis tersebut. "Jangankan dirimu, bahkan aku cuma bisa mempelajari kulit luarnya saja. Tapi aku sudah menguasai teknik pedang, yang bisa membantuku mempelajari ilmu waktu. Saat keduanya digabungkan, maka kekuatannya sangat hebat. Apa kau ingin mempelajarinya?"     

Mata Chi Kongyue mendadak berbinar, dan dia buru-buru mengangguk.     

"Selama beberapa ke depan, aku akan tinggal di Dojo Xumi. Aku akan mengajarkan Teknik Pedang Waktu di malam hari," kata Zhang Ruochen.     

Setelah Chi Kongyue pergi, Zhang Ruochne pun mendesah panjang. Senyuman muncul di wajahnya. Namun, di balik senyuman itu terdapat kesedihan.     

Setelah itu, Zhang Ruochen mengeluarkan lotus dan menggenggamnya di tangan. Lantas, dia mulai memeriksanya dengan Kekuatan Batin.     

Lotusnya sangat misterius. Lotus itu bisa meningkatkan kultivasi, Kekuatan Batin, fisik, dan jiwa sucinya dalam waktu singkat. Bahkan, peningkatannya sampai 10 kali lipat. Rasa-rasanya, dia seperti terlahir kembali.     

Jika dia juga bisa meningkatkan kultivasi orang lain, artinya Zhang Ruochen bisa melatih banyak kultivator dalam waktu singkat.     

"Apa?!"     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen memasang ekspresi terkejut. "Ternyata ini benar-benar harta karun ruang dan waktu! Luar biasa!"     

Setelah memeriksanya, maka Zhang Ruochen menemukan bahwa arus waktu di dalam lotusnya 12 kali lipat lebih lambat dibandingkan dunia luar.     

Oleh karena itu, apabila dia berkultivasi selama satu tahun di dalam lotusnya, maka itu sama seperti 1 bulan di dunia luar.     

Bahkan, itu jauh lebih hebat daripada Grafik Kayu Yin Yang.     

Zhang Ruochen sudah menghitungnya. Terdapat 12 kelopak bunga pada lotus tersebut. Dia bertanya-tanya, apa semua itu ada hubungannya?     

Jika kelopaknya kembali bertumbuh, apa rasio waktunya juga akan semakin besar?     

Namun, Zhang Ruochen masih belum paham, kenapa lotus itu bisa membuatnya berkembang pesat.     

Pada saat itu, lotusnya tidak ada bedanya dengan lotus biasa. Walau dia sudah menyuntikkan Kekuatan Batin-nya, namun tidak ada perubahan apapun.     

Banyak inskripsi ruang yang mulai terhubung satu sama lain pada kelopak lotus tersebut. Selain itu, di sana juga terdapat banyak berkas cahaya, yang mirip seperti inskripsi waktu.     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen mendapatkan ide, hingga membuatnya berjalan ke arah dojo.     

"Biksu Suci Xumi pernah meninggalkan Formasi Ruang dan Waktu di dalam dojo. Bahkan murid-murid dari Istana Dewa Ruang dan Istana Dewa Waktu juga datang kemari untuk mempelajarinya. Kurasa aku juga perlu melakukannya."     

Selama bertempur dengan Gong Ziyan, maka selama itu pula Zhang Ruochen menjadi semakin paham dengan kekuatan ruang dan waktu. Seandainya dia bisa menguasai salah satunya sampai di level puncak, maka dia bisa membunuh lawan yang lebih tinggi darinya dengan lebih mudah, seolah dia sedang bertarung melawan anak-anak.     

Gong Ziyan misalnya, kemampuan bertempurnya setara dengan Saint King di level sembilan, setelah dia menguasai kekuatan ruang hingga di level puncak.     

Namun, dengan kemampuannya dalam mengendalikan waktu, maka Saint King di level empat – seperti Zhang Ruochen – masih sanggup membunuhnya.     

Tentu saja, Zhang Ruochen tidak menggunakan tanda waktu untuk memotong umur Gong Ziyan. Lagipula, bukan perkara mudah untuk membunuh pertapa dengan jarak tiga level di atasnya.     

Meski begitu, Zhang Ruochen telah menguasai kekuatan waktu. Pada akhirnya, Gong Ziyan pun mati.     

Di malam hari, beberapa pertapa dari Daratan Kunlun sedang memasang formasi pertahanan, beberapa yang lain sedang membersihkan medan pertempuran, dan sisanya menyembuhkan diri.     

Zhang Ruochen berjalan-jalan di sekitar dojo, lalu berjongkok dan mulai memijat-mijat lantainya. Dia sedang memeriksa kondisi Formasi Ruang di bawah tanah. Setelah itu, dia akan mengangkat jarinya dan membuat inskripsi waktunya bermunculan di udara. Di waktu yang sama, dia mulai memeriksa kondisinya.     

Siapapun yang melihat atau berpapasan dengannya, maka mereka akan mengepalkan tangannya dan memberi hormat kepadanya.     

Yang jelas, pertempuran malam itu telah mengubah sikap dan kesan mereka terhadap Zhang Ruochen. Kini, mereka benar-benar mengaguminya dari dalam hati.     

Setelah berjalan-jalan, Zhang Ruochen akhirnya tiba di sudut Dojo Xumi. Terdengar suara tangisan wanita di kejauhan.     

Sambil menoleh ke sumber suara, dia melihat Wan Huayu dan Sembilan Dewi Empryan. Mereka adalah para gadis cantik. Kecantikan mereka sangat terkenal di Daratan Kunlun.     

Mereka sedang berjalan di kejauhan. Wan Huayu sedang membawa kotak kayu, sambil menangis.     

Wan Zhaoyi baru saja gugur di medan pertempuran. Tubuh aslinya telah hancur. Sehingga, tubuhnya berubah menjadi campuran tanah dan pasir. Wan Huayu menggunakan kotak kayunya untuk mengumpulkan tanah dan pasir tersebut. Dia ingin membawanya kembali ke Daratan Kunlun, supaya Wan Zhaoyi bisa "pulang ke rumah".     

Saat mereka melihat Zhang Ruochen, Wan Huayu dan Sembilan Dewi Empryan pun bergerak mendekatinya.     

Klop.     

Tiba-tiba, Wan Huayu berlutut dan bersujud di hadapan Zhang Ruochen, lalu berkata dengan nada dingin, "Kuharap kau mau membunuh semua Saint King itu... bunuh mereka semua... jangan biarkan satupun hidup..."     

Zhang Ruochen buru-buru membantunya berdiri. "Kebencianku terhadap mereka masih lebih besar darimu, tapi kelompok mereka punya latar belakang yang kuat. Apabila kelompok di belakang mereka juga terlibat, maka Dunia Langit akan terguncang. Aku tidak bisa membunuh mereka."     

"Apa... kau takut?"     

Wan Huayu terlihat sangat kecewa. Hatinya sangat menderita.     

Sembilan Dewi Empryan menatapnya dengan menimbang-nimbang, lantas berkata, "Jika kau takut mati, maka serahkan semuanya padaku. Aku akan membunuh mereka semua. Aku sendiri yang akan menanggung akibatnya."     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jumlah Saint King dari Daratan Heaven yang menjadi korban sudah teramat banyak. Kenapa aku masih takut membunuh beberapa lainnya? Namun, aku sudah menyiapkan rencana sebelumnya. Aku akan menyerahkan tugas ini kepada kelompok lain. Setelah peristiwa itu, aku tidak bisa menanggungnya sendirian. Selain itu, bagaimana mungkin mereka akan tinggal diam?"     

"Memang kelompok mana yang kau maksud?" Samar-samar, Sembilan Dewi Empryan lumayan paham dengan rencana Zhang Ruochen.     

"Kau tidak perlu tahu!"     

Sembilan Dewi Empryan mendengus dan berkata, "Kuil itu adalah milikku. Kembalikan padaku."     

"Aku akan mengembalikannya setelah kau berhasil mengalahkanku. Tapi sayangnya, kau bukanlah tandinganku, walau aku cuma menggunakan satu tangan," kata Zhang Ruochen dengan tampang datar.     

Kekuatan Batin dan Chi Suci-nya telah lumayan pulih. Sehingga, dia tidak takut dengan wanita tersebut.     

Wanita itu menggertakkan giginya dan ingin bertempur melawannya.     

Namun, saat dia kembali teringat mengenai lotus di tangan Zhang Ruochen, dan ketika pria itu membunuh ratusan Saint King dari Daratan Heaven dengan sangat mudah, maka dia pun sadar kalau dirinya memang bukan tandingan Zhang Ruochen. Karena mereka sedang berada di Dojo Xumi, maka dia harus bisa menahan diri.     

"Zhang Ruochen, serahkan lotusnya!" Sembilan Dewi Empryan membuka matanya lebar-lebar dan mendengus marah.     

"Kenapa?" tanyanya.     

Sembilan Dewi Empryan berkata, "Lotus itu adalah harta karun peninggalan Biksu Suci Xumi dari Daratan Kunlun. Daratan Kunlun telah membayar mahal demi merebut dojo ini kembali. Dan kau bukanlah kultivator dari Daratan Kunlun. Bukankah kau tidak punya hak untuk mengambilnya? Kau harus paham dengan hal ini, kau adalah pertapa dari dunia luar yang diundang oleh Daratan Kunlun. Karena pertempurannya sudah berakhir, maka kau harus menyerahkan lotusnya kepadaku."     

Zhang Ruochen mengepalkan tangannya kencang-kencang. Dia membalikkan badannya dan tersenyum getir. Lalu, dia menggelengkan kepala dan berjalan menuju dojo, bagaikan sosok yang kesepian. "Jika kau ingin mengambil lotusnya, suruh Chi Yao datang sendiri untuk mengambilnya. Baru setelah itu aku akan menyerahkannya."     

Sembilan Dewi Empryan mengernyitkan dahinya. Dia baru saja menyadari, mungkin dirinya terlalu agresif kepada pria tersebut, dan hal itu membuatnya terluka. Sehingga, dia pun merasa agak menyesal. Saat dia ingin mengejarnya, dia sadar kalau dirinya juga sulit untuk meminta maaf.     

"Si bajingan itu memang angkuh. Bahkan dia sampai memintai Permaisuri untuk mendatanginya secara langsung." Sembilan Dewi Empryan menggigit bibirnya sendiri, sambil menghentakkan kaki untuk melampiaskan kekesalannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.