Kaisar Dewa

Meninggalkan Rumah



Meninggalkan Rumah

0Berita mengenai bencana yang terjadi di Ras Fire telah menyebar ke markas utama Sekte Setan Penyembah Bulan. Seketika itu juga, mereka semua langsung terdiam.     2

Semua orang menganggap Ras Fire sedang tidak beruntung. Seandainya mereka membunuh Ghost King Shenchu sebelumnya, maka peristiwa ini tidak akan pernah terjadi.     

Tidak ada satupun yang curiga dengan Zhang Ruochen. Mereka semua menganggap kalau Ghost King Shenchu merupakan sumber dari semua masalah ini.     

Hari itu, Shi Qianjue – Leluhur Sekte Setan – telah mengirimkan pemimpin Keluarga Mu ke Wilayah Api untuk mempertanyakan pernikahan mereka bulan depan.     

Apa mereka harus mengadakan upacara pemakaman atau pernikahan lebih dulu?     

Ras Fire membalas bahwa tanggal pernikahan mereka tidak akan berubah. Di hari ketujuh bulan depan, Lord Qiu Yu dari Ras Fire akan pergi ke Gunung Peakless dan menikahi Biksuni.     

Di Yuan Mansion, Zhang Ruochen bertemu dengan Elder Death Zen dan Han Qiu. Lantas, dia mulai bertanya mengenai pengalaman-pengalaman di Ras Fire.     

Setelah mendengarnya, ekspresi Zhang Ruochen berubah menjadi serius. "Kemampuan Ras Fire memang sedikit mengerikan, Lima Saint King mereka muncul sekaligus. Bahkan Sekte Setan Penyembah Bulan tidak akan sanggup menandingi mereka.     

"Sayangnya, ketiga dari mereka sudah mati. Mereka baru saja menderita kerugian besar."     

Han Qiu tersenyum sinis, sambil merasa bangga.     

Tapi Elder Death Zen berdiri di samping sana tanpa bergerak sedikitpun. Kedua matanya masih tertutup. Tidak ada senyuman di wajahnya.     

"Elder, sepertinya kau sedang mengkhawatirkan sesuatu?" tanya Zhang Ruochen.     

"Lord Fire legendaris itu memang ada," kata Elder Death Zen. "Tuan Zhang, situasi yang Anda hadapi tidak akan mulus."     

"Lord Fire?" tanya Zhang Ruochen.     

Ekspresi Han Qiu berubah. "Apa dia adalah figur misterius yang sanggup menghentikan serangan mayat pertempuran dewa di kesempatan terakhir itu?"     

Elder Death Zen mengangguk. "Sekitar 200 tahun silam, riak-riak Saintly Way tangguh pernah terlepas dari Wilayah Api, dan menyapu bersih seluruh Wilayah Selatan. Semua Biksu yang merasakan riak-riak energinya langsung merasa ketakutan. Semua orang menduga bahwa ada salah satu orang di Wilayah Api yang telah menembus Alam Supreme Saint.     

"Setelah itu, ada figur misterius yang bersembunyi di setiap kelompok Wilayah Selatan. Semua orang menyebutnya sebagai Lord Fire."     

Zhang Ruochen pernah mendengar tentang legenda Lord Fire sebelumnya, tapi selama ini dia selalu merasa bahwa figur itu berada di Alam Saint King.     

Memangnya dikira mudah menembus Alam Supreme Saint?     

Tapi setelah mendengar deksripsi Elder Death Zen, maka Zhang Ruochen pun langsung terdiam. Beberapa saat kemudian, akhirnya dia bertanya, "Apa Lord Fire sudah berada di Alam Supreme Saint?"     

Elder Death Zen menggelengkan kepalanya. "Kalau dia berada di Alam Supreme Saint, maka dia akan dianggap sebagai kaisar atau dewa. Jika belum berada di level tersebut, maka tidak ada seorangpun yang dapat memindai level mereka.     

"Tidak peduli seberapa tangguhnya orang-orang di bawah Alam Supreme Saint, tapi dia hanya sanggup bertahan dari beberapa serangan Supreme Saint. Hanya Kaisar Kesepuluh – Yan Liren – di masa 800 tahun silam yang punya fisik tangguh, hingga dia sanggup bertahan melawan Supreme Saint dalam durasi yang sangat lama. Akan tetapi, Yan Liren tidak akan sanggup memenangkan pertempuran tersebut.     

"Menurutku, Lord Fire itu sudah berada di Alam Supreme Saint."     

Zhang Ruochen menghirup nafas dalam-dalam. Ternyata, Ras Fire memiliki sosok Supreme Saint.     

Bagaimanapun juga, Pusat Kekaisaran Suci di masa lalu hanya memiliki 1 Supreme Saint – Kaisar Ming. Walau hanya ada satu Kaisar Ming, namun tidak ada yang berani menyerang Pusat Kekaisaran Suci.     

Amarah Supreme Saint dapat menghancurkan seluruh sekte atau ras tertentu.     

Bahkan sosok Biksu dapat membuat kelompok besar terluka parah, apalagi Supreme Saint.     

"Apa mayat pertempuran dewa sanggup mengalahkan Lord Fire?" tanya Zhang Ruochen.     

"Bagaimanapun juga, dia hanyalah mayat dewa," kata Elder Death Zen. "Bila kau menggunakan mayat dewa untuk bertarung melawan Biksu, maka itu sama mudahnya seperti memukul lalat. Tapi bila kau menggunakannya untuk bertarung melawan Supreme Saint... haha... Apa kau pikir mayat dewa sanggup mengalahkan Kaisar Ming?"     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya.     

"Tentu saja, berdasarkan pada kemampuan mayat dewa yang sekarang, maka dia tidak akan kesulitan untuk mengimbangi Lord Fire selama dua atau tiga jam."     

Elder Death Zen membuka matanya dan menambahkan, "Begini saja, aku akan berusaha mengimbangi Lord Fire selama 4 jam di hari ketujuh bulan depan. Setelah itu, hutangku terhadapmu telah lunas. Entah bagaimana kau akan menghadapi Sekte Setan Penyembah Bulan dan Shi Qianjue, tapi semuanya terserah kepadamu."     

"Baiklah," Zhang Ruochen setuju.     

Yang jelas, bukan perkara mudah untuk menghentikan Supreme Saint selama 4 jam. Elder Death Zen pergi dari sana dan mulai membantu mayat dewanya untuk memurnikan Ghost King Shenchu.     

Waktu berlalu dalam satu kedipan mata. Sekarang sudah hari keempat. Masih ada tiga hari lagi menjelang hari ketujuh.     

Semua kelompok di Daratan Kunlun telah mengirimkan perwakilan masing-masing. Mereka pergi ke Gunung Peakless Sekte Setan sambil membawa kartu undangan, sebagaimana mereka ingin menjadi saksi atas pernikahan kedua ras tangguh tersebut.     

Para kultivator yang menghadiri pesta pernikahan itu adalah para pertapa tangguh. Mereka paham bila hari ketujuh tidak akan berjalan damai.     

Semua Biksu berkumpul di Gunung Peakless. Acara pernikahan itu bahkan jauh lebih ramai dibandingkan Pesta Ahli Waris atau Konferensi Teknik Pedang. Selain itu, mereka juga merasa bahwa badai akan segera tiba di tempat tersebut, hingga membuat atmosfirnya sedikit aneh.     

Nama-nama seperti Zhang Ruochen, Qiu Yu, Mu Lingxi, dan bahkan Huang Yanchen, terdengar semakin ramai.     

Selama setengah bulan belakangan, Zhang Ruochen menjadi sangat sibuk. Setiap harinya, dia akan terus berkeliling dan membawa para pengikut Sacred ke dalam Dunia Semesta.     

Hari ini, Zhang Ruochen mengunjungi perpustakaan Linjian Mansion.     

Di dalam perpustakaan itu, ada hampir 1 juta pengikut lama yang sedang berkumpul. Beberapa dari mereka adalah para kultivator, dan beberapa yang lainnya merupakan warga biasa yang tidak pernah berkultivasi.     

"Cepat, cepat, kenapa lambat sekali kalian? Pangeran Mahkota punya urusan penting yang harus segera diselesaikan. Waktu beliau sangat berharga. Kenapa kalian masih menyia-nyiakannya?"     

"Jika kalian tidak bergegas, maka aku akan memasung dan menyeret kalian keluar."     

…     

Pria berotot di Alam Fish-dragon sedang menunggangi binatang buas. Dia berteriak ke arah kerumunan yang bergerak sangat lambat.     

Orang-orang itu adalah kerabat dan keluarga para pengikut lama Pusat Kekaisaran Suci. Mereka terus menoleh ke belakang, seakan enggan meninggalkan tempat tinggal mereka sejak kecil.     

Pria di Alam Fish-dragon melompat dari punggung binatang buas. Dia memukul punggung elder berambut putih. "Apa yang kau lihat?" teriaknya. "Dunia semesta 100 kali lipat lebih baik daripada tempat ini. Apa kau ingin tertinggal rombongan?"     

"Sebaik apapun tempat itu, aku tidak ingin pergi ke sana. Biarkan orang tua sepertiku mati di tempat ini. Jangan paksa aku."     

"Kalau aku pergi ke sana, maka aku tidak akan pernah bisa kembali. Putraku dimakamkan di gunung ini. Siapa yang akan membakar dupa dan memotong rumputnya setiap tahun?"     

"Ini adalah pegunungan dan sungai-sungai yang kukenal selama ini. Aku tidak akan pergi meninggalkan tempat ini, walaupun pasukan istana kekaisaran menemukanku dan membunuhku."     

…     

Kehidupan warga biasa sangat berbeda dengan para kultivator. Mereka sama sekali tidak mencari kekuatan. Sebaliknya, mereka hidup dengan cara yang sangat sederhana. Mereka punya relasi khusus dengan rumah dan orang-orang yang selama ini dikenal dalam hidupnya.     

"Dasar kau tidak berguna! Ternyata kau lebih memilih untuk mati! Kalau begitu, kenapa aku harus menunda kematianmu?"     

Pria di Alam Fish-dragon mengeluarkan pedang sepanjang 4 kaki, lantas menyabetkannya ke arah sang elder.     

Selama beberapa minggu belakangan, Zhang Ruochen sedang berkultivasi dengan segenap upayanya kapanpun dia punya waktu luang. Hari ini, akhirnya dia melihat peristiwa semacam ini. Seketika itu juga, dia menyadari bahwa tidak semua warganya rela meninggalkan rumah dan berpindah ke dunia yang asing.     

Pemandangan ini membuatnya terenyuh. Dan tiba-tiba dia merasakan sesuatu.     

Whoosh!     

Setelah menyaksikan pria di Alam Fish-dragon menyabetkan pedang, maka seketika itu pula Zhang Ruochen melesat dan kembali muncul di hadapan sang elder dalam hitungan detik.     

Pria di Alam Fish-dragon cepat-cepat menarik kembali pedangnya. Kedua kakinya lemas dan membuatnya langsung berlutut di tanah sambil merasa ketakutan. "Sa... salam, Yang Agung."     

"Salam, Yang Agung."     

Warga di sekitar sana bahkan jauh lebih ketakutan, dan mereka sedang merasa panik. Seketika itu juga, mereka langsung berlutut bersamaan.     

"Tidak perlu membungkuk. Ayo bangkit semuanya."     

Di waktu yang sama, Zhang Ruochen membantu wanita tua yang berada di dekatnya. "Elder, kenapa kau tidak ingin pergi ke Dunia Semesta?"     

Air mata turun membasahi wajah sang wanita tua. Dia kembali berlutut. "Yang Agung, tolong biarkan saya pergi. Putra saya pernah dibunuh oleh pasukan istana kekaisaran dan dimakamkan di gunung ini. Bila saya pergi dari sini, maka dia akan menjadi arwah kesepian!"     

Wanita tua lain – yang berada di dekat Zhang Ruochen – juga berlutut. "Pangeran Mahkota," pintanya. "Kami semua paham bila Anda melakukan semua ini demi kami, supaya kami dapat hidup dengan lebih aman dan sejahtera. Tapi tempat ini adalah rumah kami. Di sini kami punya tanah, orang-orang yang kami kenal, dan ingatan-ingatan tentang masa silam."     

"Yang Agung, biarkan kami mati di tempat ini. Kami tidak ingin pergi dari sini."     

…     

Sekarang ini, Zhang Ruochen sedang merasa agak kebingungan.     

Pria itu dapat dengan mudah menyabetkan pedangnya di hadapan musuh tangguh. Tapi saat dihadapkan dengan isak tangis warga biasa, maka dia harus kembali menimbang-nimbang dan menyadari kesalahannya.     

Selama ini, dia mengira kalau semua perjuangannya adalah demi membantu mereka.     

Tapi bagaimana kalau mereka tidak bersedia?     

Apa bedanya semua perlakuan itu dengan memaksa mereka menuruti perintah, memenjarakan mereka, memperbudak mereka, dan menyiksa mereka?     

"Yang Agung," pria di Alam Fish-dragon berkata sambil gemetar. "Saya hanya ingin menakuti mereka. Saya tidak akan pernah menyakiti mereka. Sejujurnya, ada begitu banyak orang yang mirip seperti mereka. Bila saya tidak menakuti mereka, maka mereka sama sekali tidak ingin pindah. Bila mereka masih bertahan di Daratan Kunlun, bukankah mereka akan dibunuh oleh istana kekaisaran?"     

Zhang Ruochen merasa kehilangan semangat. Beberapa saat kemudian, akhirnya dia berkata, "Turuti permintaan mereka. Kalau mereka tak ingin pergi dari tempat ini, jangan paksa mereka. Aku akan memikirkan cara lain untuk melindungi mereka."     

Mendengar itu, semua warga biasa mulai bersemangat.     

Elder berambut putih langsung menyembahnya. Sambil menatap punggung Zhang Ruochen, dia bertanya, "Pangeran Mahkota, apa Anda akan kembali ke Daratan Kunlun suatu hari nanti?"     

Bahkan orang bodoh pun paham bahwa Pangeran Mahkota akan pergi meninggalkan Daratan Kunlun dan tidak akan pernah kembali ke sana.     

Lagipula, Permaisuri sudah menjadi dewa. Memangnya siapa yang berani terang-terangan menentang dewa?     

Sekujur tubuh Zhang Ruochen gemetar. Sambil tersenyum, dia berkata, "Ya, aku akan kembali. Selama kalian masih hidup di tempat ini, maka aku akan kembali menemui kalian semua. Daratan Kunlun bukan milik Permaisuri. Tempat ini milik kita."     

Pergi adalah tentang pilihan.     

Kalau boleh memilih, memangnya siapa yang ingin meninggalkan rumah masing-masing? Siapa yang rela meninggalkan tempat kelahiran dan tempat yang sudah membesarkannya selama ini, lantas berpindah ke dunia yang benar-benar asing?     

Bukan perkara mudah untuk pergi meninggalkan rumah.     

Apalagi, manusia bukanlah binatang berdarah dingin. Mereka juga bukan tanaman, dan juga bukan bebatuan. Mereka punya perasaan, pikiran, dan kenangan-kenangan.     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen terpikirkan tentang ibunya, Selir Lin. Dia terus membawa ibunya agar berada dekatnya, tapi dia sangat jarang menemaninya. Sekarang ini, ibunya telah dipindahkan ke tempat asing. Jadi pertanyaannya, apa wanita itu benar-benar bahagia?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.