Kaisar Dewa

Menang dan Kalah Dalam Sekejap



Menang dan Kalah Dalam Sekejap

0Chu Siyuan dan delapan Dewi Empryan mundur di kejauhan dan menatap mereka berdua di Dinding Catatan Merit.     
3

"Apa Zhang Ruochen benar-benar mampu menandingi Biksu Pedang Jiuyou?" kata salah satu dewi.     

"Zhang Ruochen masih belum berada di Alam Saint King," kata Dewi Siming. "Tapi kemampuan bertempurnya tidak lebih lemah dibandingkan seorang Saint King. Meski begitu, Biksu Pedang Jiuyou telah berlatih Ilmu Pedang selama lebih dari 500 tahun. Pemahaman pedangnya begitu mendalam. Zhang Ruochen masih kalah pengalaman darinya."     

Setinggi apapun talenta seorang pertapa, tapi mereka masih perlu meluangkan banyak waktu untuk berkultivasi. Mereka tidak akan bisa menjadi hebat dalam kurun waktu satu hari.     

"Ilmu Pedang Xuangang tidak terkalahkan. Hanya dalam satu gerakan, Biksu Pedang Jiuyou mampu menaklukkan Saint King. Bagaimana mungkin Zhang Ruochen menandinginya?"     

Zhang Ruochen memang kuat, tapi mereka tidak percaya jika dia sanggup mengalahkan Biksu Pedang Jiuyou.     

…     

Secara natural, Zhang Ruochen paham dengan betapa tangguhnya Ilmu Pedang Xuangang, dan saat aura mereka sama-sama telah berada di puncaknya, dia pun melesat dan melancarkan serangan lebih dulu.     

Whoosh!     

Pedangnya melesat bagaikan seberkas cahaya.     

Semua pedang Chi yang ada di udara mulai berkumpul di satu titik, lantas menyatu dengan ujung Pedang Kuno Abyss, yang memancarkan cahaya brilian.     

"Di mataku, teknik pedangmu masih punya banyak kelemahan. Kau seperti bocah yang sedang bermain pedang-pedangan. Bila kau ingin mengembalikan reputasi Xuanji dengan kemampuan seperti itu, maka kau tidak akan pernah berhasil."     

Biksu Pedang Jiuyou tidak menggunakan sembilan pedang di Lautan Chi-nya. Sebaliknya, dia melepaskan kehendak pedang. Setelah itu, kehendak pedangnya berubah menjadi pedang saint putih yang ditebaskan ke arah pedang lawannya.     

Setiap Biksu Pedang sanggup melepaskan kehendak pedang.     

Biksu Pedang lain hanya mampu menciptakan bayangan pedang, seperti bayangan pedang Chi. Akan tetapi, kehendak pedang milik Biksu Pedang Jiuyou tidak ada bedanya dengan pedang sungguhan. Pedangnya bisa menjadi entitas yang nyata maupun tidak.     

Boom.     

Sebelum Pedang Kuno Abyss berada di jarak 3 kaki dari Biksu Pedang Jiuyou, maka energi pedang lawannya telah berhasil menghempaskannya lebih dulu. Malahan, kehendak pedang itu masih belum hilang. Sebaliknya, kehendak pedangnya masih memancarkan sinar brilian dan tetap melesat ke arah Zhang Ruochen.     

Secara natural, Zhang Ruochen paham dengan betapa mengerikannya kehendak pedang tersebut. Dia pun cepat-cepat mengeluarkan Monument Shield.     

Whoosh!     

Kehendak pedangnya tidak berbenturan dengan Monument Shield. Sebaliknya, tameng itu langsung ditembus begitu saja.     

Di level Biksu Pedang Jiuyou, kehendak pedangnya bukan hanya dapat berupa pedang sungguhan, tapi juga secercah cahaya. Benda apapun tidak akan bisa menghentikannya.     

Kehendak pedangnya hampir menusuk tubuh Zhang Ruochen. Tiba-tiba, Zhang Ruochen menggerakkan jari dan mengaktifkan celah ruang.     

Saat berhadapan dengan celah ruang, maka kehendak pedangnya pun langsung hilang.     

Sorot mata Biksu Pedang Jiuyou menjadi semakin tegas. Tiba-tiba, dia menyadari bahwa Zhang Ruochen ternyata bukan cuma pertapa pedang. Pria itu telah menguasai ilmu ruang dan waktu, yakni dua jenis ilmu kuno di antara sembilan Ilmu Kuno lainnya.     

Pikiran ini terlintas di benaknya setelah dia merasakan riak-riak ruang di dekatnya. Lama kelamaan, riak-riak energinya semakin menguat, seakan langit hendak runtuh.     

"Oh, tidak."     

Tubuh Biksu Pedang Jiuyou berubah menjadi secercah cahaya pedang dan melesat di udara.     

Tempatnya berdiri tiba-tiba dipenuhi dengan celah keretakan, hingga akhirnya runtuh menjadi black hole. Di waktu yang sama, ada ruang hampa yang menganga lebar, dengan daya hisap yang mengerikan.     

Walau punya kultivasi yang tinggi, tapi Biksu Pedang Jiuyou tidak sanggup melawan kekuatan ruang. Dia harus mengaktifkan jimat pertahanannya. Ketika jimat-jimat itu meledak dan menangkal daya hisap ruang hampa, akhirnya sang Biksu Pedang berhasil melarikan diri.     

"Aku sangat ceroboh!"     

Tubuhnya telah bersimbah keringat. Kalau saja dia bereaksi satu detik lebih lambat, mungkin dia sudah mati akibat ditelan oleh celah ruang tersebut.     

Rupanya, Zhang Ruochen baru saja berpura-pura lemah, dan semua itu dilakukan demi melancarkan satu serangan fatal.     

Ketika melihat Biksu Pedang Jiuyou melarikan diri, Zhang Ruochen pun merasa kecewa, tapi dia tidak ingin membiarkannya begitu saja. Selain itu, energi Supreme Saint yang ada di Sarang Phoenix juga turut memberikan tekanan tersendiri kepada mereka. Bahkan Saint King tidak akan sanggup melepaskan segenap kemampuannya.     

Akiat struktur ruang di Sarang Phoenix yang begitu stabil, dan jika Zhang Ruochen berhasil merobek ruangnya, sesungguhnya itu adalah pencapaian yang luar biasa.     

Seandainya mereka bertempur di luar Sarang Phoenix, maka Zhang Ruochen akan jauh lebih unggul dari lawannya.     

Ketika serangannya gagal, Zhang Ruochen kembali melepaskan puluhan celah ruang dan menyerangnya dengan membabi buta, agar Biksu Pedang Jiuyou tidak sempat menyerang balik.     

Celah ruangnya terhubung satu sama lain, hingga mirip seperti jaring laba-laba, dan terus memaksa Biksu Pedang Jiuyou untuk menghindarinya.     

"Biksu Pedang Jiuyou telah berada di Alam Saint King. Kenapa dia masih terpojokkan seperti itu?" Delapan Dewi Empryan benar-benar tak habis pikir. Ini benar-benar berbeda dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya.     

"Zhang Ruochen telah menjadi semakin cerdas," kata Chu Siyuan. "Dia sengaja menggunakan Ilmu Pedang untuk menyerang Biksu Pedang Jiuyou. Semua itu dilakukan agar lawannya lengah. Setelah itu, dia melepaskan celah ruang tanpa peringatan apapun, hingga dia berhasil membalikkan situasinya. Kemudian, dia menyerangnya secara bertubi-tubi dan sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk menyerang balik."     

"Apa Biksu Pedang Jiuyou akan kalah?" tanya Dewi Siming.     

Chu Siyuan menggelengkan kepalanya. "Biksu Pedang Jiuyou telah melewati begitu banyak pertempuran. Dia pasti akan menemukan celah untuk melancarkan serangan balik. Jika hal itu terjadi, tampaknya Zhang Ruochen akan kalah."     

Lady Saint menyembunyikan tangannya di balik lengan baju. Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan merasa sangat gugup.     

Aura Zhang Ruochen dan Biksu Pedang Jiuyou mirip seperti pertempuran final di antara Biksu Pedang Xuanji dan Jiyou. Dalam pertempuran kali ini, kedua belah pihak akan bertarung dengan segenap upaya mereka masing-masing. Sangat sulit untuk menahan kekuatan di situasi kritis semacam ini.     

Jika sampai ada yang kalah, maka salah satu dari mereka akan mati terbunuh.     

Zhang Ruochen melepaskan 200 celah ruang berturut-turut. Bahkan dengan pengalamannya yang kaya, Biksu Pedang Jiuyou masih mendapatkan 3 luka di tubuhnya.     

"Nak, rupanya kau berhasil melukaiku. Lumayan, huh."     

Kobaran api memancar dari mata Biksu Pedang Jiuyou. Cahaya brilian muncul dari keningnya, dengan sembilan pedang saint yang terbang menuju celah-celah ruang tersebut.     

"Nine Swords Devour the God."     

Biksu Pedang Jiuyou menyentuh kepalanya dan berusaha mengendalikan sembilan pedang saint tersebut. Kemudian, dia mulai menekannya.     

Sembilan pedang itu melepaskan energi yang dahsyat, hingga membuat sembilan ekor burung api keluar dari tubuhnya. Mereka mengeluarkan teriakan melengking.     

Lantas, sembilan burung itu menukik bersamaan.     

Zhang Ruochen tidak panik. Dia mengalirkan Chi Suci ke dalam Hundred Saint Blood Armor, hingga membuatnya menyala terang.     

100 Biksu di level menengah keluar dari armornya.     

Bayangan-bayangan Biksu itu menyatu dengan Zhang Ruochen, dan berubah menjadi kekuatan 100 Biksu. Setelah itu, Zhang Ruochen menghentakkan kakinya ke tanah dan melepaskan pukulan ke udara.     

Roar!     

Argh!     

Terdengar suara auman naga dan gajah.     

Bayangan naga biru dan gajah sama-sama muncul, dan menyatu dengan pukulan Zhang Ruochen. Keduanya berhasil menghempaskan burung-burung api dan membuatnya berubah menjadi sembilan pedang. Setelah benturan serangan tersebut, tanah di bawah kaki Zhang Ruochen ambles.     

Sembilan pedang berputar di udara dan melebur ke tengah matahari.     

"Itu adalah..."     

Zhang Ruochen mendongak ke langit.     

Akan tetapi, sinar mataharinya terasa seperti pedang, hingga memaksanya menutup mata. Di waktu yang sama, dia merasakan ancaman yang besar, seakan sinar matahari itu telah membakar kulit kepalanya.     

"Teknik Consummate andalan Biksu Pedang Jiuyou!" teriak Chu Siyuan. "Red Sun Sword Technique."     

Riak-riak energi pedang yang memancar dari matahari itu semakin menguat. Hawa panas yang memancar darinya seakan sanggup melelehkan Sarang Phoenix.     

Zhang Ruochen mendorong tangannya ke depan dan melepaskan Pola Ruang. Di waktu yang sama, dia mengaktifkan 100 celah ruang dan menggunakan Pola Ruang sebagai titik pusatnya.     

Whoosh!     

Chi Pedang merah berguguran dari matahari tersebut dan terus menyerang Zhang Ruochen.     

Di kejauhan, Chu Siyuan dan delapan Dewi Empryan sama-sama merasa terancam, hingga mereka kembali bergerak mundur.     

Sebagian besar Pedang Chi telah ditelan oleh celah-celah ruang tersebut, tapi beberapa yang lain masih mendarat di Pola Ruang-nya. Ini membuat Zhang Ruochen agak kewalahan.     

Setelah sembilan kali tarikan nafas, akhirnya hujan pedang itu berhenti sepenuhnya. Akibat terkena pedang-pedang Chi, maka tanah di bawah kakinya sontak meleleh. Tanah di sekitar Zhang Ruochen telah berubah menjadi lautan api.     

Setelah celah ruang itu menghilang, sembilan pedangnya pun berkumpul menjadi satu di tangan Biksu Pedang Jiuyou. Dia melompat dan menjadi satu dengan Pedang Chi-nya yang ada di udara. Setelah itu, dia mulai menusuk kepala Zhang Ruochen.     

Serangan ini mengandung Ilmu Pedang Xuangang.     

"Delapan Pedang."     

Biksu Pedang Jiuyou dan sembilan pedangnya terbang di udara, bagaikan meteor yang hendak menghancurkan dunia.     

Zhang Ruochen sedang mengalami tekanan yang luar biasa. Sambil menggertakkan gigi, dia melemparkan Sarira Buddha dan mengaktifkan kekuatan aslinya. Setelah itu, dia mendorong tangannya ke depan dengan segenap kemampuannya.     

Ketika itu, orang-orang yang berdiri di kejauhan merasa sangat gugup. Mereka merasa kalau serangan tersebut akan menentukan siapa pemenang dalam pertempuran tersebut, dalam kondisi hidup atau mati.     

Boom!     

Sembilan pedangnya membentur Sarira, hingga memicu gelombang energi yang menyebar di segala penjuru.     

Akan tetapi, Sarira itu masih tidak sanggup menahan serangan Biksu Pedang Jiuyou. Cahaya pedang yang tajam terus berguguran ke arahnya.     

"Distorsi Ruang."     

Zhang Ruochen mendorong kedua tangannya ke depan. Meridian-meridian mulai bermunculan di wajah dan tubuhnya. Dia sedang memanipulasi energi ruang dengan segenap kemampuannya.     

Pada akhirnya, sembilan pedang itu goyah dan mengenai salah satu pipi Zhang Ruochen.     

Serangan lawannya mendarat dengan begitu cepat, bahkan dengan perlindungan Hundred Saint Blood Armor, tapi pipi Zhang Ruochen masih terkena goresan pedang panjang. Luka itu berawal dari kening, sampai turun ke pinggir janggut. Darah menetes keluar dari pipinya.     

Jika Distorsi Ruang-nya sedikit lebih lemah, mungkin Zhang Ruochen sudah benar-benar hancur.     

Boom!     

Pedangnya mendarat di samping Zhang Ruochen dan membuatnya terhempas dari sana. Ribuan energi Pedang Chi mengenai Hundred Saint Blood Armor-nya, hingga menimbulkan rentetan suara ledakan.     

Setelah melihat serangan itu gagal membunuh Zhang Ruochen, maka mata Biksu Pedang Jiuyou tampak terkejut. Dia mengangkat pedangnya dan kembali menebaskannya ke arah Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen sedang terlempar ke udara. Dia cepat-cepat memutar tubuhnya dan melepaskan bayangan pedang dengan jarinya. Ketika Biksu Pedang Jiuyou mengira kalau dirinya akan menang, saat itu Zhang Ruochen menudingkan jarinya.     

"Chen Sword."     

Ketika itu, waktu mendadak berhenti.     

Pedang Chi dan Divine Fire Jingmie sama-sama berkumpul di ujung jarinya. Dia memanfaatkan peluang kecil ini untuk menudingkan jarinya ke dahi Biksu Pedang Jiuyou.     

Zhang Ruochen telah dihempaskan oleh Delapan Pedang dan nyaris dikalahkan. Siapa sangka jika Zhang Ruochen masih sanggup melancarkan serangan balik dalam situasi terdesak semacam ini?     

Meski begitu, jari Zhang Ruochen tidak ditusukkan ke dahi lawannya. Kobaran api di ujung jarinya hanya tinggal satu inci lagi dari kening lawannya.     

Biksu Pedang Jiuyou tiba-tiba menghentikan serangannya. Dia menusukkan sembilan pedangnya ke tanah. Ketika itu, ekspresinya menjadi kebingungan dan kompleks. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan susah payah, "Apa ini adalah teknik pedang waktu?"     

"Benar," kata Zhang Ruochen.     

"Kenapa kau tidak menggunakannya sejak tadi?"     

"Teknik pedang waktu adalah kartu andalan terbesarku," kata Zhang Ruochen. "Aku tidak bisa menggunakannya begitu saja. Jika aku menggunakannya, artinya musuhku akan terbunuh."     

"Tapi, kenapa kau tidak membunuhku?"     

"Sosok sepertimu tidak pantas mati di tanganku. Walau kau harus mati sekalipun, lebih baik kau mati saat bertempur melawan Ras Luosha."     

Biksu Pedang Jiuyou tertawa kencang. Tapi beberapa saat kemudian, dia tersenyum getir. "Aku kalah!"     

Zhang Ruochen menarik jarinya dari kening sang Biksu Pedang. Setelah itu, dia mendorong tangannya ke depan dan menghantam dada Biksu Pedang Jiuyou.     

Thud.     

Biksu Pedang Jiuyou memuntahkan darah dan terhempas ke belakang. Dia berlutut satu kaki, dengan wajah yang berkedut-kedut.     

"Waktu itu, kau pernah menusuk tubuh masterku," kata Zhang Ruochen. "Hari ini, aku baru saja memukulmu. Sekarang, kita sudah impas."     

Dengan pukulan itu, Biksu Pedang Jiuyou tidak akan sanggup bertarung melawan siapapun dalam 2 jam ke depan.     

Setelah membuat sang Biksu Pedang lemas, maka Chu Siyuan dan Sembilan Dewi Empryan tidak akan sanggup lagi merebut Dinding Catatan Merit dari tangan Zhang Ruochen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.