Kaisar Dewa

Kembalinya Dewi Bulan



Kembalinya Dewi Bulan

0Dewi Bulan adalah salah satu Dewa kuno. Walau dia telah pergi selama seratus ribu tahun belakangan, tapi reputasinya masih cukup tinggi di Dunia Langit.     0

Seratus ribu tahun silam, Dewi Bulan sempat terluka parah di Netherworld, dan harus tidur panjang di dalam Peti Kristal Sun-Moon. Walau dia hanya memulihkan 10 persen kekuatannya, tapi tidak ada satu Dewa pun yang berani meremehkannya.     

Dewi Bulan mendarat di atas Istana Dewa Guanghan. Kulitnya memancarkan cahaya dewa, dan menyinari dunia tersebut.     

Hanya segelintir Dewa di Dunia Langit yang dapat menandingi kecantikannya.     

Awan dewa tiga warna berangsur mengecil, lantas berubah menjadi binatang buas raksasa dengan tiga kepala.     

Binatang buas itu sepanjang ratusan mil. Tubuhnya penuh dengan sisik. Binatang itu mirip seperti gajah dengan sepayang sayap, yang berubah menjadi dua awan hitam. Matanya memancarkan cahaya dewa, hingga mirip seperti enam matahari.     

Namun, binatang raksasa itu hanyalah secercah kesadaran dewa.     

"Bukankah kau tahu jika mengumpat kepada dewa akan dihukum mati, Dewi Bulan?"     

Suara binatang buas raksasa itu mengandung kehendak dewa yang dapat mengguncang dunia.     

Dewi Bulan masih tampil sangat tenang. Dia bertanya pada Supreme Saint Yukong. "Apa kau mengumpat kepada Dewa dan sempat menyebut nama Dewa Api?"     

Supreme Saint Yukong membungkuk pada Dewi Bulan dan menjawab, "Saya tidak melakukannya."     

"Apa kau mengumpat pada Dewa Api atau melakukan sesuatu yang bisa mempermalukan reputasinya?" Dewi Bulan kembali bertanya kepadanya.     

"Tidak, saya tidak melakukannya," kata Supreme Saint Yukong.     

Dewi Bulan menatap binatang buas raksasa dan berkata, "Aku sudah bertanya kepadanya. Dia tidak sedang mengumpat kepadamu."     

Sizzle!     

Kobaran api memancar dari keenam matanya, hingga melingkupi Gunung Dewi Bulan. Setelah itu, dia berteriak kencang, "Apa kau benar-benar akan melindunginya, Dewi Bulan?"     

"Aku adalah Dewa di Daratan Guanghan. Secara natural, aku akan melindungi makhluk hidup di Daratan Guanghan. Kenapa kau tidak meminta izin dariku?" tanya Dewi Bulan.     

"Apapun itu, hari ini, aku akan tetap membunuhnya."     

Raksasa itu mengepakkan sayapnya, dan cakar raksasanya menukik bagaikan badai api, hingga mengarah ke Supreme Saint Yukong.     

Kehendak dewa melingkupi Gunung Dewi Bulan. Semua Supreme Saint dari Daratan Guanghan sama-sama merasa tertekan, seakan langit di sekitar mereka runtuh.     

Para Setengah-Biksu yang berkumpul di sekitar Gunung Dewi Bulan langsung bersujud di tanah. Bagi mereka, rasa-rasanya itu seperti gempa bumi.     

Supreme Saint Yukong berteriak. "Rasanya luar biasa kalau mati di tangan Dewa... Hahaha..."     

Secercah cahaya dewa melesat dari kening Dewi Bulan, hingga menjangkau jarak ratusan ribu mil jauhnya.     

Seketika itu juga, cahaya dewanya berhasil menghancurkan binatang buas tersebut.     

Dewi Bulan menatap ke arah Dunia Langit dan berkata, "Ini adalah peringatan untukmu. Jika kau masih berani memprovokasiku lagi, maka aku akan memicu Perang Dewa denganmu."     

Suara Dewi Bulan menggema di langit dan bumi.     

Banyak pertapa dari Dunia Langit yang merasa tertegun dengan suara tersebut. Setelah itu, mereka semua membungkuk kepada Gunung Dewi Bulan dan memperlihatkan rasa hormatnya.     

Istana Merit Dewa berada di tempat lain.     

Dewa Api sedang berada di tempat tersebut. tubuh aslinya ribuan kali lipat lebih besar dibandingkan raksasa binatang tersebut. Ketika itu, dia berteriak, "Saat Daratan Guanghan menjadi medan pertempuran baru, kita lihat saja, apa kau masih bisa bersikap arogan atau tidak. Jika itu sampai terjadi, jangan pernah meminta bantuanku. Kalau tidak, kau akan membayarnya dengan harga yang lebih mahal."     

…     

Para Supreme Saint dan Setengah-Biksu dari Daratan Guanghan merasa gembira. Selama Dewi Bulan pergi, para Dewa dari dunia lain selalu merendahkan mereka dan mempermainkan mereka. Bahkan para keturunan Dewa dari dunia lain juga berani meremehkan mereka.     

Akan tetapi, walau mereka kerap dibuli, tapi mereka benar-benar tidak berani melawan.     

Sekarang, karena Dewi Bulan telah kembali ke Dunia Langit, maka para pertapa dari Daratan Guanghan akhirnya punya sosok yang bisa diandalkan. Kekuatan Dewi Bulan telah membuat mereka merasa terharu.     

Ketika itu, Supreme Saint Yukong menjadi semakin terenyuh. Dia pun berlutut di tanah dan berkata, "Terima kasih, Dewi Bulan."     

"Bangkit. Sudah kubilang padamu, siapapun yang berada di atas Alam Biksu tidak perlu berlutut di hadapan Dewa," kata Dewi Bulan.     

Supreme Saint Jiuling melangkah maju dan bertanya, "Bagaimana Pertempuran Merit Dewa-nya, Dewi Bulan?"     

Dewi Bulan menggelengkan kepala dan berkata, "Pertempuran Merit Dewa hanyalah pertunjukan belaka. Sangat sulit untuk membunuh Dewa. Tapi, mungkin aku bisa melakukannya setelah semua kekuatanku pulih."     

Bukan perkara mudah untuk membunuh Supreme Saint, apalagi Dewa.     

Jika Dewa dari suatu dunia berhasil membunuh Dewa dari Dunia Langit, maka peringkat dunia mereka akan meningkat pesat, begitu pula dengan derajatnya di Dunia Langit.     

Supreme Saint Jiuling langsung paham bahwa semua Dewa dari Ketujuh Dunia Shatuo gagal mendapatkan merit. Jadi, hasil ranking itu masih akan bergantung pada Pertempuran Merit Supreme Saint, Saint King, dan Biksu.     

Ketika itu, semua Supreme Saint merasa malu.     

Dalam Pertempuran Merit Supreme Saint, Daratan Guanghan berada di peringkat terakhir. Mereka dikalahkan oleh Daratan Kunlun, padahal mereka punya lebih banyak Supreme Saint.     

Tidak peduli seberapa tinggi derajat mereka, tapi mereka semua merasa malu di hadapan Dewi Bulan.     

Sementara itu, Daratan Guanghan juga kalah dalam Pertempuran Merit Saint King. Pertempuran meritnya akan berakhir tengah malam, dan mustahil bagi mereka untuk mengubah nasibnya.     

Jadi, semua Supreme Saint dan jutaan makhluk hidup di Daratan Guanghan hanya bisa mengandalkan Pertempuran Merit di Daratan Zuling.     

Sebenarnya, mereka sedang mengandalkan pemuda yang berdiri di puncak Gunung Saint Xifeng.     

Pemuda itu adalah harapan bagi Daratan Guanghan, dan hampir sama berpengaruhnya seperti Dewi Bulan.     

Daratan Guanghan masih menduduki peringkat pertama di Pertempuran Merit Biksu, dan jika posisinya masih tetap seperti itu sampai tengah malam nanti, maka nasib Daratan Guanghan masih bisa diselamatkan.     

Semua orang khawatir jika hal buruk akan terjadi. Mereka hanya bisa berharap agar Pertempuran Merit Biksu dapat segera berakhir.     

"Dewi Bulan, Pertempuran Merit Biksu-nya benar-benar tidak adil. Selain itu, Ras Luosha begitu tangguh dan mereka telah mempersiapkan semuanya sejak lama. Mereka ingin menghabisi semua Biksu dari Ketujuh Dunia Shatuo. Apa kita bisa bernegosiasi dengan para Dewa di Istana Merit Dewa, sehingga pertempuran ini dapat berakhir lebih cepat?" tanya Supreme Saint Yukong.     

Dewi Bulan sedang mengamati refleksi medan pertempuran di langit.     

Para Biksu dari Daratan Guanghan terus terbunuh, tapi Dewi Bulan masih begitu tenang.     

Setelah itu, Dewi Bulan menatap Zhang Ruochen dan berkata, "Pertempuran Merit Biksu memang brutal. Banyak pertapa dari Dunia Langit yang akan meregang nyawa di tempat itu, tapi aturan tetaplah akan menjadi aturan. Justru bila kau mengubahnya, maka itu akan menjadi tidak adil."     

"Tapi, Putri Luosha telah menurunkan 3 juta Marquis Luosha ke Daratan Zuling. Kenapa Dunia Langit tidak menghentikannya?"     

Dewi Bulan berkata, "Maksudmu, ketika Dunia Langit sedang bertempur melawan Dunia Neraka, maka jumlahnya harus sama adil? Siapa yang bilang kalau konsep seperti itu bisa disebut sebagai keadilan?"     

Supreme Saint Yukong tidak tahu harus merespon seperti apa. Sebab, dia juga paham bahwa perang dan pembunuhan akan kerap kali terjadi atas dasar ketidakadilan.     

Dewi Bulan berkata, "Putri Luosha adalah sosok yang cerdas. Dia hanya menurunkan 3 juta Marquis Luosha, dan itu merupakan batasan yang telah diatur oleh Dunia Langit. Kalau dia sampai menurunkan 5 juta Marquis, maka Dunia Langit pasti akan turun tangan, karena pertempuran itu sudah benar-benar tidak adil. Karena itu bukan lagi disebut sebagai pertempuran, itu adalah pembantaian."     

Supreme Saint Yukong berkata, "Dewa Api sempat menggunakan kekuatan dewanya untuk melindungi Dinding Catatan Merit. Bukankah dia sudah ikut campur ke dalam pertempuran merit?"     

Dewi Bulan terdiam sejenak dan berkata, "Tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Dinding Catatan Merit seharusnya memang tidak dihancurkan. Pertempuran Merit diselenggarakan agar para pertapa dari Dunia Langit bisa berperang melawan ras dari Dunia Neraka. Tapi Dewa Api baru saja menegakkan aturan demi mendulang keuntungannya sendiri. Kalau begitu, aku akan melakukan hal yang sama."     

Mata para Supreme Saint mulai berbinar.     

Mereka bisa menilai bahwa Dewi Bulan tidak akan duduk dan tinggal diam.     

Akan tetapi, apa maksudnya dengan 'memanfaatkan aturan'?     

"Lihat, Zhang Ruochen akan masuk ke medan pertempuran!" teriak seseorang.     

Semua orang kembali memandang refleksi medan pertempuran.     

Zhang Ruochen tidak memilih bersembunyi di Gunung Saint Xifeng. Sebaliknya, dia melesat ke arah kelompok Luosha.     

Itu membuat para Supreme Saint merasa kebingungan.     

Apa Zhang Ruochen tidak bisa melihat situasinya dengan jelas?     

Jika dia hanya menjaga Dinding Catatan Merit, maka itu akan menjadi kemenangan besar bagi mereka. Sebaliknya, kalau sampai dia kehilangan dinding tersebut, maka itu akan menjadi bencana bagi semua penduduk Daratan Guanghan.     

"Priest, jangan lakukan itu. Anda sudah menjaga Dinding Catatan Merit-nya begitu lama. Jangan sampai membiarkan dindingnya luput dari tangan Anda."     

Jantung para penduduk Daratan Guanghan berdegup kencang. Beberapa dari mereka berlutut di tanah dan berdoa, agar Zhang Ruochen berhasil menjaga Dinding Catatan Merit-nya hingga akhir.     

Dewi Bulan sedang mengamati pergerakan Zhang Ruochen. Lantas, dia menemukan hampir 200 Biksu dari Daratan Kunlun yang sedang berkumpul di area tersebut. Mereka sedang dikepung oleh kelompok Luosha dalam jumlah besar. Banyak dari mereka yang telah terluka parah, dan beberapa dari mereka tergeletak di tanah.     

Biksu-biksu itu...     

Dewi Bulan merasa bahwa para Biksu itu agak familier. Ketika Zhang Ruochen sedang berperang melawan Sekte Setan, para Biksu itu berada di sampingnya.     

Ketika itu, bahkan Zhang Ruochen hampir dibunuh oleh Dewi Bulan, karena dia ingin membawa para Biksu itu bersamanya.     

Tapi sayangnya, para Biksu itu masih harus tinggal di Daratan Kunlun.     

Tidak ada satupun pertapa dari Daratan Guanghan yang paham dengan tujuan Zhang Ruochen, tapi Dewi Bulan paham bahwa semua penduduk di Daratan Guanghan mungkin tidak ada artinya apa-apa bagi Zhang Ruochen, apabila harus dibandingkan dengan para Biksu tersebut.     

Dewa Api juga sedang mengamati Pertempuran Merit Biksu. Fokusnya sedang tertuju pada Zhang Ruochen.     

Dewa Api mencibir setelah melihat Zhang Ruochen bergabung ke medan pertempuran. "Akhirnya. Dewi Bulan... mungkin rencanamu untuk menyelamatkan Daratan Guanghan dengan memanfaatkan bocah itu akan berakhir sia-sia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.