Kaisar Dewa

Membunuh Seorang Biksu



Membunuh Seorang Biksu

1"Dia mampu menghentikannya?"     1

"Kekuatan milik sang Permaisuri gagal membunuhnya?"     

Banyak pertapa yang sedang berkumpul di Pasar Gelap. Mereka berasal dari berbagai macam klan. Pada saat ini, mereka semua sedang merasa terkejut. Beberapa di antara mereka sedang gemetar hebat, entah karena rasa takut yang berlebihan atau sedang merasa sangat bersemangat.     

Yang jelas, sulit membayangkan betapa kuatnya Zhang Ruochen, sehingga lelaki itu mampu bertahan dari Heir Stamp yang menyimpan kekuatan sang Permaisuri.     

Sementara itu, Kong Hongbi dan Jendral Saint Gui Gu tidak melarikan diri terlampau jauh. Mereka masih berada di wilayah Pasar Gelap. Kala itu, sambil bersembunyi di salah satu benteng Sacred Central Crypt di Pasar Gelap, maka mereka segera mengaktifkan formasi pertahanan benteng tersebut.     

Sambil berdiri di dalam lapisan tameng cahaya, saat itu Kong Hongbi menghirup nafas dalam-dalam. "Ouyang Huan baru saja melancarkan serangan yang mematikan," katanya dingin. "Jika dia telah menggunakan Heir Stamp, bahkan sosok di peringkat pertama pada Ranking Setengah-Biksu tidak akan mampu menangkisnya."     

Sebagai master muda di Sacred Central Crypt, secara natural, Kong Hongbi juga memiliki kartu andalannya sendiri. Namun, kartu andalan itu masih belum mampu mengimbangi Heir Stamp. Sialnya, Zhang Ruochen memiliki harta karun Buddha yang bisa membuatnya berada di Alam Biksu untuk sementara waktu. Hal ini juga berada di atas kemampuan Kong Hongbi.     

Oleh karena itu, jika semua ini berlanjut, maka posisinya sebagai sosok terkuat di bawah Alam Biksu pasti akan tergeser, bukan begitu?     

Pada akhirnya, Kong Hongbi membulatkan tekadnya. Nanti, setelah ia kembali ke istana, maka ia akan meminta masternya agar dipertemukan dengan sang Elder Biksu. Dengan begitu, maka sang Elder Biksu dapat memberinya sesuatu, sebuah senjata yang setara dengan Heir Stamp, agar ia dapat mengimbangi Sembilan Ahli Waris.     

Lubang yang tercipta akibat tebasan pedang Zhang Ruochen, perlahan mulai menutup kembali. Pasar Gelap yang sempat terbelah menjadi dua pun, kembali terhubung seperti sedia kala.     

Inskripsi-inskripsi hitam sedang bermunculan di bawah kakinya. Layaknya jaring laba-laba, maka semua inskripsi itu sedang melingkupi jalanan-jalanan di Pasar Gelap dan terhubung dengan ruang bawah tanah.     

Seseorang baru saja mengaktifkan inskripsi bawah tanah di Pasar Gelap. Dengan cara ini, maka pertempuran di skala Biksu tidak akan mampu menghancurkan kota tersebut.     

Kekuatan Ahli Waris – yang mirip seperti kaisar – dan cahaya Buddhist Zhang Ruochen, sedang saling berbenturan, hingga membentuk suatu keseimbangan yang ganjil. Bahkan, seorang Setengah-Biksu pasti akan dihempaskan oleh kekuatan transparan mereka, apalagi ketika para pertapa itu sedang berada di jarak puluhan kaki jauhnya.     

"Hanya Putra Suci dan para Biksu yang mampu bertempur melawan Zhang Ruochen. Jika kita mendekat ke sana, maka itu adalah bunuh diri."     

Ketika melihat keseimbangan Zhang Ruochen sedikit goyah, maka para pertapa dari Sekte Setan pun langsung merasa ketakutan. Mereka cepat-cepat melangkah mundur dan ingin segera pergi dari sana.     

Sekarang ini, Zhang Ruochen terlihat sedang bersusah payah. Rasa-rasanya, lelaki itu sedang menopang seribu gunung yang hendak menggencetnya. Lelaki itu harus menopang Heir Stamp dengan menggunakan segenap kekuatannya. Jika ia lengah sedikit, maka dirinya dan Beauty Shi pasti akan dihancurkan menjadi debu, bahkan mayatnya tidak akan bisa dimakamkan.     

Kekuatan misterius yang memancar dari Heir Stamp itu telah berhasil mengendalikan ruang di sekitarnya. Akibatnya, ruang di sekitarnya pun mulai membeku.     

Sebelum-sebelumnya, Zhang Ruochen dapat dengan mudah merobek ruang, layaknya sedang merobek kertas. Jadi, ruangan itu dapat dirobek dan dibelah dengan mudah. Akan tetapi, sekarang ini, ruang itu seakan telah berubah menjadi lembaran baja. Akibatnya, lelaki itu kesulitan untuk menggunakan Ruang Pergerakan ataupun Ruang Celah. Yang jelas, kini lelaki itu sedang berada di situasi yang pasif.     

Ketika Ouyang Huan mengklaim bahwa dirinya mampu membunuh Zhang Ruochen hanya dalam satu serangan, sebenarnya ia sudah mempersiapkan diri untuk menggunakan Heir Stamp tersebut.     

Sekarang ini, baik Ouyang Huan dan Zhang Ruochen sama-sama sedang terluka. Mereka berdua sedang bertahan dengan kemampuan masing-masing, sambil mengamati siapa yang lebih dulu menyerah.     

Tentu saja, Ouyang Huan telah terluka parah. Oleh karena itu, jika pertempuran ini masih terus berlanjut, mungkin pria itu akan tumbang dalam kurun waktu 15 menit mendatang. Yang jelas, mengendalikan Heir Stamp bukan perkara yang mudah. Sebab, hal itu malah semakin memperparah luka-luka Ouyang Huan.     

"Lord, kapan kau akan menyerang, jika tidak sekarang?" sambil menggertakkan giginya, saat itu Ouyang Huan menatap sang lord Paviliun Pearl Light.     

"Benar, Putra Suci, saya harus membantu Anda."     

Sang lord Paviliun baru saja terbangun dari rasa keterkejutannya. Jadi, ia segera mendarat di tanah dan berada di sisi terluar Heir Stamp tersebut.     

Kala itu, tangannya seakan terbuat dari baja. 10 garis-garis Chi Demonic keluar dari jari-jarinya dan terbang ke arah Zhang Ruochen – yang sedang berada di bawah Heir Stamp. 10 garis-garis itu terbentuk dari prinsip-prinsip Saintly Way. Semua itu melambangkan hasil kultivasinya selama ratusan tahun. Bahkan, senjata saint masih dapat dihancurkan oleh serangan semacam ini, apalagi hanya fisik seorang pertapa biasa.     

Pada akhirnya, 10 garis energi itu segera melingkupi tubuh Zhang Ruochen sepenuhnya. Pada saat ini, seseorang bisa membayangkan bahwa Zhang Ruochen pasti akan berubah menjadi serpihan daging, tepat ketika sang lord Paviliun selesai melancarkan serangannya.     

"Sudah kubilang sedari awal, bertempur melawan Sekte Setan hanya akan menjadi misi bunuh diri untukmu." Sang lord Paviliun terkekeh, dengan makna yang dalam pada perkataannya.     

Di sebelah Zhang Ruochen, Beauty Shi sedang terduduk di tanah. Kala itu, air mata mulai turun membasahi pipinya, sambil menggelengkan kepalanya dengan pasrah.     

Sekarang ini, wanita itu sama sekali tidak terlihat seperti seorang Biksu Pedang. Bahkan, ia tidak ada bedanya dengan seorang gadis lemah lainnya. Wanita itu merasa tidak berguna dan sama sekali tidak sanggup membantu Zhang Ruochen.     

Sang lord Paviliun melirik Beauty Shi dan tersenyum penuh arti. "Siapa sangka, bahwa sang Pemimpin di Istana Saintess ternyata hanya seorang wanita biasa? Baiklah, sampai jumpa, sang Pemimpin Istana!"     

Lord Paviliun sedang mengepalkan tangannya erat-erat. Sepuluh garis Chi Demonic pun berubah menjadi semakin tebal, diiringi dengan suara "whoosh". Chi Demonic itu sedang berada di mata, leher, tangan dan kaki Zhang Ruochen, dan telah bersiap untuk membelahnya hingga berkeping-keping.     

Namun, di luar dugaan, ribuan inskripsi Buddhist tiba-tiba muncul dari kulit Zhang Ruochen. Semua inskripsi itu berhasil menghentikan garis-garis Chi Demonic lawannya.     

"Bagaimana mungkin? Kenapa pertahanannya sangat kuat?"     

Sang lord Paviliun pun menjadi semakin geram. Kala itu, sambil membenamkan lututnya, maka ia langsung melesat menuju ke Heir Stamp dengan berubah menjadi bayangan blur. Pria itu sedang melancarkan tinju di level Biksu dan ingin menghantam dada Zhang Ruochen.     

Baginya, Zhang Ruochen sedang menggunakan segenap kekuatannya untuk bertahan dari tekanan Heir Stamp. Jadi, lelaki itu tidak akan sanggup menyerang balik. Maka dari itu, tidak peduli seberapa kuat pertahanan Zhang Ruochen, namun tinju di level Biksu itu pasti mampu melukainya.     

Sekarang ini, tinju berwarna hitam itu telah berada semakin dekat dengan tubuh Zhang Ruochen.     

Sambil melirik sang lord Paviliun, saat itu Zhang Ruochen mulai berhitung cepat. "Aku tidak akan mampu menghindari pukulan ini."     

Jika ia terkena pukulan ini dan ditekan oleh Heir Stamp tersebut, maka tidak diragukan lagi, lelaki itu bisa meregang nyawa.     

Tentu saja, ia tidak akan tinggal diam dan hanya menunggu kematiannya begitu saja. Jadi, sambil menghirup nafas dalam-dalam, saat itu meridian-meridian di kulitnya mulai bermunculan. Kemudian, ia berteriak kencang. Setelah itu, gelombang energi – berbentuk cincin – baru saja menyembur keluar dari tubuhnya, bahkan sampai mengguncang Heir Stamp tersebut.     

Chi Suci di dalam tubuhnya mulai bergemuruh dan tumpah keluar layaknya arus air di sebuah sungai.     

Boom, boom.     

Zhang Ruochen melepaskan sembilan kali pukulan berturut-turut. Setiap pukulan itu membentuk bayangan seekor naga. Terlebih lagi, setiap pukulannya selalu lebih kuat daripada yang sudah-sudah.     

Ketika pukulan yang terakhir mendarat, maka Heir Stamp raksasa itu pun akhirnya berhasil dihempaskan.     

Di kejauhan, Ouyang Huan sedang memuntahkan darah di udara. Dengan wajahnya yang pucat, pria itu terjungkal ke belakang. Bahkan, saat itu ia nyaris pingsan.     

Di waktu yang bersamaan, tinju sang lord Paviliun sedang menerjang dada Zhang Ruochen dengan suara "thud", hingga berhasil menghempaskan lelaki tersebut.     

Meski begitu, Zhang Ruochen sudah bersiap-siap sebelumnya. Lelaki itu telah mengumpulkan Chi Buddhist di dalam dadanya, hingga berhasil meredam segenap kekuatan tinju tersebut.     

Boom, boom.     

Suara-suara retakan terus terdengar. Zhang Ruochen dihempaskan pada bangunan-bangunan di belakangnya, sampai menjangkau area puluhan mil. Pada akhirnya, lelaki itu mendarat di dinding kota dan terbenam di dalamnya. Dinding kota itu sempat bergetar sedikit akibat dentuman tersebut.     

Perlahan-lahan, sang lord Paviliun mengumpulkan kembali Chi Demonic-nya dan menyimpannya di tangan kanan. Kemudian, sambil mengamati Beauty Shi yang sedang terduduk di tanah, saat itu ia berkata, "Zhang Ruochen pasti telah terluka parah setelah terkena True Demon Fist. Jadi, sekarang ini adalah giliranmu."     

"Kau berani menyerangku?" kedua mata Beauty Shi sedang terpaku ke arah sang lord Paviliun. Tatapan mata itu menyimpan intensitas keinginan tertentu.     

Melihat itu, maka sang lord Paviliun pun langsung merasa terkejut. Di waktu yang bersamaan, ia mengira bahwa Beauty Shi mungkin telah pulih. Apalagi, identitas asli Beauty Shi adalah salah satu pemimpin istana di antara sembilan istana di Sekte Setan. Wanita ini pernah menjadi seorang Biksu Pedang terhormat.     

Oleh karena itu, jika sang lord bertemu dengan wanita ini di dalam istana sebelumnya, maka ia harus membungkuk kepadanya demi menunjukkan rasa hormatnya. Yang jelas, ia sama sekali tidak berani bersikap kurang ajar di hadapannya.     

Akan tetapi, ketika sang lord Paviliun kembali mengamati wanita ini lekat-lekat, saat itu ia melihat bahwa Beauty Shi ternyata tidak memiliki semangat yang sama, seperti yang biasa dimiliki oleh para Biksu Pedang. Mungkin, wanita itu bersikap demikian, karena ia tidak ingin menyerah.     

"Ha. Memangnya kenapa bila aku menyerangmu? Apa kau mengira bahwa dirimu adalah Ling Feiyu, sang Pemimpin Istana seperti dulu?"     

Kedua mata sang lord Paviliun terlihat licik dan penuh permusuhan. Di waktu yang bersamaan, ia sedang merasa bersemangat. Baginya, mampu membunuh seorang Biksu Pedang adalah sesuatu yang patut untuk diapresiasi.     

Jadi, ia pun segera mengangkat tangan hitamnya dan ingin menggencet kepala Ling Feiyu.     

Akan tetapi, tiba-tiba terdapat cahaya pedang yang melintas lebih dulu. Lalu, dengan suara "poof", maka pedang kuno hitam berhasil menembus Wilayah Jiwa Suci milik sang lord Paviliun. Pedang itu menembus dadanya dan terus menusuknya lebih dalam, inci demi inci.     

Momentum yang terkandung di dalam serangan pedang itu berhasil menghempaskan sang lord Paviliun. Akibatnya, darah merah langsung menyembur keluar dari lubang di dadanya dan mulai membasahi tanah.     

"Zhang Ruochen... ternyata kau mampu menggunakan keterampilan pedang..." sang lord Paviliun menggunakan kedua tangannya dan ingin mencabut Pedang Kuno Abyss dari kendali Zhang Ruochen.     

Boom.     

Dengan rambut panjang dan tubuh yang diselimuti oleh cahaya emas, saat itu Zhang Ruochen menukik turun dari langit. Lelaki itu menyerang lawannya dengan menggunakan tangan emas raksasa.     

Seketika itu juga, kepala sang lord Paviliun sampai menancap ke dalam lehernya, sementara ia sedang berusaha merangkak di tanah. Meski begitu, seorang Biksu dikenal memiliki vitalitas yang sangat kuat. Jadi, ia tidak dapat dibunuh dengan mudah.     

Tepat setelah itu, Zhang Ruochen kembali melancarkan puluhan serangan lainnya. Bayangan-bayangan tangan pun mulai menghujani tubuh sang lord Pavilun Pearl Light. Zhang Ruochen tidak menghentikan serangan itu, sampai Biksu di hadapannya berubah menjadi genangan darah. Sehingga, kedua tangannya langsung diselimuti oleh darah saintly berwarna merah.     

Pada saat ini, seluruh Pasar Gelap mulai berubah menjadi hening. Di balik kegelapan, di sana terdengar banyak suara nafas tertahan.     

"Zhang Ruochen, kau berani membunuh seorang Biksu dari Sekte Setan Penyembah Bulan?" kedua mata Ouyang Huan berubah menjadi sedingin es. Pria ini benar-benar sedang merasa geram.     

Kemudian, sambil mengendalikan Heir Stamp-nya, saat itu Ouyang Huan kembali ingin menghancurkan Zhang Ruochen. Akan tetapi, sebelum senjata itu sempat mengenai targetnya, saat itu Zhang Ruochen telah lebih dulu menggunakan Ruang Pergerakan dan menghilang dari tempatnya berdiri.     

Di waktu yang bersamaan, Zhang Ruochen tiba-tiba muncul di sisi kanan Ouyang Huan. Lelaki itu langsung menebaskan pedangnya ke arah kaki Ouyang Huan.     

Cahaya pedang baru saja mengerlip.     

Pedang Kuno Abyss melepaskan pedang Chi berbentuk setengah lingkaran, sebelum akhirnya berhasil memotong kedua lutut Ouyang Huan. Setelahnya, pedang Chi itu muncul di balik punggung pria tersebut.     

Yang jelas, pergerakan pedang Zhang Ruochen terbilang sangat cepat. Jadi, ketika lelaki itu kembali menyarungkan pedangnya, bahkan bagian tubuh dan kaki Ouyang Huan sama-sama masih tersambung.     

Thud.     

Zhang Ruochen baru saja memukul dada Ouyang Huan dengan tangannya.     

Kala itu, dada Ouyang Huan langsung remuk, dan pria itu terhempas ke belakang dengan kecepatan tinggi. Di waktu yang bersamaan, segenap Chi Suci di dalam tubuhnya langsung menghilang begitu saja. Pria itu terhempas dengan bersimbah darah, sebelum akhirnya mendarat di tanah.     

Sialnya, kali ini, kedua kaki Ouyang Huan masih berdiri kaku dan tertinggal di tempatnya berdiri sebelumya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.