Kaisar Dewa

Thirty-Six Times the Power



Thirty-Six Times the Power

0Wanita berambut putih itu menyadari bahwa Zhang Ruochen merupakan sosok yang tangguh. Selain itu, ia juga tahu bahwa para Biksu tua lainnya, kini sedang mengamati pertempuran mereka layaknya para predator. Jadi, karena tidak ingin terlibat ke dalam masalah yang tidak perlu, maka wanita itu pun memutuskan untuk menyelesaikan pertarungan ini dalam waktu yang singkat.     
1

Oleh karena itu, ia mengaktifkan segenap Chi Suci di dalam tubuhnya dan melepaskan salah satu mantra suci milik Sekte Setan Penyembah Bulan.     

"Thunder God Attack!"     

Di tengah-tengah gumpalan awan demonic tersebut, saat itu tubuh keriputnya langsung dipenuhi oleh petir-petir berwarna ungu. Bahkan, garis-garis petir juga tampak bergerak di rambutnya.     

Wanita itu mulai mendorong tangan keriputnya.     

Seketika itu juga, sambaran petir yang panjang – sekitar ratusan mil – terbang ke arah Zhang Ruochen dengan suara "boom". Secara natural, Zhang Ruochen menyadari bahaya yang terkandung di dalam mantra suci tersebut. Maka dari itu, ia tidak langsung menghadapinya. Sebaliknya, lelaki itu menggunakan Ruang Pergerakan untuk melompat dan menghindari sambaran-sambaran petir tersebut.     

Thunder God Attack memiliki daya destruktif yang sangat mengerikan. Bahkan, segaris sambaran petir itu telah mampu melelehkan emas maupun sebongkah batu dalam hitungan detik.     

"Zhang Ruochen, apa kau kira semudah itu untuk menghindari Thunder God Attack?"     

Semua rambut di tubuh sang wanita tua sedang terangkat naik. Rambut-rambut itu mirip seperti kobaran api.     

"Sebuah mantra suci memang menyimpan daya destruktif yang tinggi, namun itu juga mengkonsumsi banyak Chi Suci," kata Zhang Ruochen sambil menghindari serangan tersebut. "Meski kau telah berada di Alam Biksu, memangnya kau mampu melepaskan berapa kali?"     

Mendengar itu, maka ekspresi wajah sang wanita tua langsung berubah menjadi jijik. "Apa kau sedang berencana untuk menguras energi seorang Biksu? Bodoh sekali dirimu. Seorang Setengah-Biksu memang membutuhkan banyak Chi Suci untuk melepaskan sebuah mantra suci. Akan tetapi, para Biksu adalah orang-orang yang memiliki Holy Source. Sehingga, mereka dapat menyerap Energi Chi dengan jumlah yang sangat besar.     

"Lebih jauh, kemampuan Holy Source dalam menyerap Energi Chi, lalu mengubahnya menjadi kekuatan sendiri, faktanya berkali lipat lebih besar daripada jiwa suci milik para Setengah-Biksu. Jadi, aku tidak akan pernah kelelahan, meski harus melepaskan puluhan mantra suci berturut-turut."     

Zhang Ruochen memang belum pernah berada di Alam Biksu, namun ia cukup paham terhadap kemampuan seorang Biksu. Sederhanya, ia mengatakan hal itu untuk melemahkan mental lawannya.     

Meski demikian, wanita tua itu masih menganggap Zhang Ruochen hanyalah sosok Setengah-Biksu biasa. Sehingga, ia sama sekali tidak menganggapnya sebagai lawan yang setara. Jadi, semakin lama wanita tua itu meyakininya, maka semakin besar pula kesempatan Zhang Ruochen dalam melancarkan serangan mematikan.     

Crack.     

Serangan petir itu berkembang menjadi semakin intens. Bahkan, Zhang Ruochen mulai berpura-pura tidak kuat lagi menangkalnya. Jadi, sambil menggunakan Ruang Pergerakan, saat itu ia mulai bergerak mundur. Setiap kali lelaki itu menggunakan Ruang Pergerakan, maka ia akan bergerak sejauh 100 kaki.     

"Masih ingin melarikan diri? Kurasa kau sudah terlambat."     

Wanita tua itu tertawa dengan suara seraknya. Di waktu yang bersamaan, ia melesat maju dan mulai mengangkat tangan kanannya.     

Di bawah pengaruh Chi Suci, bola awan demonic yang kedua pun mulai terbentuk. Di waktu yang bersamaan, energi-energi petir tampak menggeliat di dalamnya. Energi itu berputar-putar di atas kepala Zhang Ruochen, dengan daya destruktif yang mengerikan.     

Seratus mil jauhnya dari sungai hitam, sosok dengan cahaya merah di tubuhnya sedang merasa terkejut. "Apa Qi tua sudah berhasil menguasai Thunder God Attack sampai di level kedelapan?"     

Yang jelas, mampu melancarkan mantra suci sampai di level ketujuh sama halnya seperti menguasai mantra suci. Jadi, seseorang dapat melepaskan 32 kali lipat kekuatan setelah ia menggunakan mantra tersebut.     

Lalu, ketika seorang pertapa berhasil menguasai mantra itu sampai di level kedelapan, maka ia mampu melepaskan kekuatan 36 kali lipat.     

Oleh karena itu, ketika ada wanita tua yang mampu mengendalikan dua awan demonic sekaligus, maka itu adalah pertanda bahwa ia telah berhasil menguasai Thunder God Attack sampai di level kedelapan.     

Sosok iblis wanita dengan tiga ekor rubah sedang berdiri di atas pohon phoniex tua sambil bertelanjang kaki. Saat itu, tergambar senyuman di wajah cantiknya yang mulus. "Zhang Ruochen, kau harus mampu bertahan hidup, nak. Jika Qi tua itu membunuhmu, maka aku tidak akan bisa bermain-main denganmu."     

Jika wanita tua itu benar-benar membunuh Zhang Ruochen, maka sang iblis wanita tidak akan mampu mencuri Heir Stamp dan Holy Source-nya. Hal itu terjadi karena wanita ini tidak berani bertempur melawan Sekte Setan secara langsung.     

Iblis wanita itu hanya dapat menyerang mereka, terutama saat Zhang Ruochen berhasil bertahan dari serangan lawan dan melarikan diri dari sana. Yang jelas, baik Heir Stamp, Holy Source, maupun Senjata Saint Seribu Inskripsi, semua itu telah berhasil mencuri perhatiannya.     

Zhang Ruochen bergegas ke depan untuk menghindari serangan lawan, sambil bertransformasi menjadi segaris cahaya. Kemudian, lelaki itu mendarat di tanah dan membuka tangannya lebar-lebar. Setelah itu, ia melepaskan dua ledakan cahaya Buddha berwarna emas, lalu menciptakan dua pukulan emas sepanjang ratusan meter.     

Ketika ia mengangkat tangannya, saat itu permukaan tanahnya langsung bergetar hebat.     

Kaboom.     

Dua tangan Buddha berwarna emas itu sedang mengangkat sebuah gunung – beserta dengan semua vegetasi di dalamnya – sebelum akhirnya dilemparkan ke arah wanita tua yang sedang mengejarnya. Gunung itu hampir setinggi 1.000 meter. Di dalam gunung tersebut, di sana terdapat banyak binatang buas dan makhluk-makhluk hidup lain. Jadi, ketika gunung itu terangkat di udara, maka seketika itu pula para binatang di dalamnya langsung bergegas melarikan diri dengan perasaan terancam.     

Detik berikutnya, terdengar suara ledakan yang sangat kencang.     

Petir menyambar turun dan menghancurkan gunung itu sampai berubah menjadi debu. Bahkan, binatang-binatang buas yang hendak melarikan diri, baru saja berubah menjadi gumpalan asap.     

Sebuah mantra suci mampu menghancurkan segalanya. Bahkan, sebuah gunung tidak ada apa-apanya saat harus berhadapan dengan mantra suci tersebut.     

Sementara itu, sang wanita tua mengira bahwa Zhang Ruochen akan segera melarikan diri. Akan tetapi, ia menyadari bahwa dugaan itu salah. Sebaliknya, terdapat segaris cahaya emas yang tiba-tiba terlepas dari gunung yang hancur tersebut.     

"Seribu Naga dan Gajah."     

Samar-samar, terdengar suara auman naga dan erangan gajah. Gelombang-gelombang suara – yang berbentuk seperti cincin – mulai menyebar hingga ribuan mil jauhnya. Para binatang buas yang berada di sekitar area tersebut mulai gemetar ketakutan. Para binatang buas itu mengira bahwa sosok Biksu dari ras naga ataupun ras gajah baru saja tiba di sana.     

Zhang Ruochen mendorong kedua tangannya sekaligus, karena ia berencana untuk menghadapi serangan petir lawannya secara langsung. Meski lelaki itu hanya mendorong kedua tangannya, namun terdapat ribuan tanda pukulan emas yang muncul di hadapannya. Sekarang ini, lelaki itu mirip seperti seorang Buddha dengan 1.000 tangan.     

Boom.     

Chi demonic dan Chi Buddha itu sama-sama bertemu di satu titik, dengan gelombang energi yang menyebar ke segala penjuru.     

Para Biksu tua yang bersembunyi di balik kegelapan, kini mulai mengaktifkan Wilayah Jiwa Suci masing-masing, karena mereka ingin melindungi diri dari pancaran gelombang energi tersebut. Tentu saja, dengan demikian, sebenarnya mereka baru saja membongkar kedok masing-masing, dan Zhang Ruochen pun telah mampu mengingat mereka semua.     

"Ternyata Zhang Ruochen berhasil menghancurkan serangan yang dilancarkan oleh Qi tua. Apa dia juga telah berhasil menguasai sebuah mantra suci?" hati iblis wanita dengan tiga ekor rubah itu merasa sedikit tergerak.     

Apalagi, hanya segelintir Setengah-Biksu yang mampu menguasai sebuah mantra suci. Siapapun yang mampu menguasainya, pasti merupakan seorang Setengah-Biksu tangguh di level kesembilan. Yang jelas, iblis wanita itu sama sekali tidak percaya bila seorang Setengah-Biksu di level rendah mampu menguasai sebuah mantra suci.     

Akan tetapi, jika Zhang Ruochen belum berhasil menguasai sebuah mantra suci, lalu bagaimana mungkin lelaki itu mampu bertahan dari serangan Qi tua, yakni Thunder God Attack? Bahkan, sang iblis wanita masih merasa tidak yakin, apa dia mampu menangkis mantra suci di level kedelapan atau tidak.     

Tentu saja, beberapa figur tua yang lain, sama-sama menyadari bahwa Zhang Ruochen baru saja menggunakan gerakan kedelapan dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna – Seribu Naga dan Gajah.     

Teknik bela diri semacam itu, akhirnya membuat para pertapa dapat melepaskan kekuatan yang berkali-kali lipat kekuatan daripada yang seharusnya. Sebuah teknik bela diri di level tinggi, bukan hanya dapat digunakan untuk mengendalikan Energi Chi, melainkan juga telah menyatu dengan prinsip-prinsip Saintly Way di semesta. Secara natural, teknik bela diri semacam ini telah bersinergi dengan hukum-hukum alam. Akibatnya, kekuatan yang dilepaskan pun menjadi berkali lipat lebih besar daripada biasanya.     

Pada umumnya, sebuah teknik bela diri yang mampu melepaskan 30 kali lipat kekuatan dikenal sebagai "mantra suci" atau teknik bela diri di Tingkatan Raja.     

Kembali di masa lampau, ketika Zhang Ruochen masih mempelajari Sembilan Kali-lipat Kekuatan Gajah, gerakan kelima dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna, saat itu ia hanya mampu melepaskan sembilan kali lipat kekuatan.     

Setelah ia berhasil menguasai gerakan kesembilan, maka teknik bela diri itu telah berada di kelas superior dari Tingkatan Hantu. Sehingga, lelaki itu mampu melepaskan 27 kali lipat kekuatan, hingga membuat teknik bela dirinya berada di dekat level mantra suci.     

Ketika Zhang Ruochen memurnikan jiwa naga di Alam Biksu dan berhasil membuka enam lubang di tangannya, saat itu ia pernah menenggak darah dewa untuk menjadikan keenam lubang di tangannya naik tingkat di alam Biksu (kekuatan fisik) dan membuat kedua tangannya menjadi semakin intens.     

Sekarang ini, ketika Zhang Ruochen menggunakan gerakan kedelapan dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna, maka ia mampu melepaskan 33 kali lipat kekuatan. Jika lelaki itu menggunakan gerakan kesembilan, maka ia mampu melepaskan 34 kali lipat kekuatan. Meski secara angka terpaut tipis dari gerakan kedelapan Thunder God Attack, namun jarak yang sebenarnya masih teramat jauh.     

Apalagi, Pukulan Naga dan Gajah Prajna masih berada di kelas superior dari Tingkatan Hantu. Nanti, ketika Zhang Ruochen telah berhasil memurnikan jiwa suci Green Armor Divine Elephant dan membuka lubang ketujuh di tangannya, lalu membuat kedua tangannya berada di Alam Biksu, maka saat itu pula ia mampu melampaui gerakan kedelapan dari Thunder God Attack.     

"Bagaimana... bagaimana mungkin..."     

Wanita tua itu sama sekali tidak menyangka jika Zhang Ruochen mampu bertahan dari Thunder God Attack-nya. Maka dari itu, hal ini membuatnya sedikit pusing.     

Tepat setelah itu, Zhang Ruochen berubah menjadi seekor naga emas raksasa, karena baru saja melepaskan gerakan kesembilan dari Pukulan Naga dan Gajah Prajna – Transformasi Draconic. Sang naga emas sedang merentangkan cakar raksasanya dan hendak menerjang kepala wanita tua tersebut.     

Yang pasti, cakar ini jauh lebih mengerikan daripada gerakan kedelapan yang sebelumya.     

Wanita tua itu pun mengubah ekspresi wajahnya. Karena sedang tergesa-gesa, maka ia tidak sempat untuk mengaktifkan Thunder God Attack. Jadi, wanita itu hanya bisa melepaskan tiga kali serangan berturut-turut dengan menggunakan Senjata Saint Seratus Inskripsi.     

"Apa kau tidak malu, bila hanya melepaskan serangan dengan menggunakan Senjata Saint Seratus Inskripsi?"     

Boom, boom, boom.     

Terdengar tiga kali suara ledakan. Pedang Kuno Abyss terbang ke depan dan menghancurkan ketiga serangan Senjata Saint Seratus Inskripsi tersebut. Seketika itu juga, pedang-pedangnya langsung meleleh ditelan Pedang Kuno Abyss.     

"Tidak..."     

Wanita tua itu berusaha untuk memanipulasi Chi Suci. Yang jelas, ia ingin menggunakan Thunder God Attack dan menghentikan serangan cakar tersebut.     

Namun, semua itu sudah terlambat. Cakar emas itu baru saja mendarat di atas kepalanya tanpa belas kasih, hingga membuatnya terjun bebas dari langit. Cakar emas itu langsung menghempaskannya ke bawah tanah.     

Permukaan tanah dalam radius ratusan kaki akhirnya mulai penuh dengan retakan-retakan tak beraturan.     

Sambil tergeletak di tanah, wanita tua itu mendorong tangannya. Darah saintly di tubuhnya telah terbakar. Sebab, ketika ia melepaskan sebuah mantra suci, sebenarnya itu juga mengkonsumsi vitalitas di tubuhnya. Sekarang ini, ia dipaksa untuk bertahan dari serangan cakar naga tersebut.     

Akibatnya, wanita ini pun terluka parah. Kulit di tubuhnya terbuka lebar, hingga membuatnya terlihat kacau. Yang pasti, hal itu membuat wanita ini tampak cukup mengerikan.     

"Zhang Ruochen, kau tidak akan mampu... membunuhku..."     

Whoosh.     

Ledakan pedang Chi hitam turun dari langit. Pedang itu menghujam Wilayah Jiwa Suci sang wanita tua dan menancap di tengah dahinya. Akibatnya, Lautan Chi dan tengkorak kepalanya baru saja terbelah menjadi dua. Sehingga, Chi Suci di dalam tubuhnya langsung menghilang, dan tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi dingin.     

Seorang Biksu yang lain baru saja tumbang.     

Vitalitas seorang Biksu memang sangat kuat, namun ketika Lautan Chi-nya hancur, maka tingkat kultivasi mereka pun akan berkurang setengahnya. Artinya, Lautan Chi di dalam tubuh seorang Biksu merupakan titik terlemah. Sebab, area itu adalah tempat yang mendapatkan penjagaan terbaik. Bahkan, serangan biasa tidak akan mampu menghancurkan Lautan Chi milik seorang Biksu.     

Akan tetapi, tidak peduli seberapa baik dan kuatnya area tersebut, namun Pedang Kuno Abyss masih mampu menghancurkannya.     

Zhang Ruochen pun segera mengekstraksi Holy Source lawannya. Setelah itu, ia menggunakan Ruang Pergerakan dan menghilang dari sana.     

Semua Biksu tua yang hadir sedang merasa tercengang. Mereka kesulitan untuk percaya terhadap fakta, bahwa seorang junior Setengah-Biksu baru saja membunuh dua orang Biksu berturut-turut.     

Sebenarnya, lelaki itu hanya ingin bermusuhan dengan Sekte Setan atau memang ingin membantai para Biksu di dunia?     

Para Biksu adalah orang-orang yang kuat dan bermartabat, layaknya para dewa yang sedang memimpin Daratan Kunlun. Tapi sekarang, seseorang baru saja mengacaukan hukum alam dan membunuh para Biksu.     

Sesaat setelahnya, Chi dingin tiba-tiba muncul di belakang sang iblis wanita. Karena sedang merasa terkejut, maka wanita itu cepat-cepat menggunakan teknik bergerak untuk melarikan diri ke arah depan. Layaknya sambaran petir, maka wanita itu telah berada di jarak puluhan mil dalam kurun waktu sekejap.     

Poof.     

Ekor rubah berwarna putih – sepanjang puluhan meter – baru saja terpenggal. Darah segar pun mulai mengalir deras dan langsung membasahi tanah.     

Bagian belakang di tubuh sang iblis wanita itu sedang berdarah. Seketika itu juga, sekujur saraf di tubuhnya mengalami rasa sakit. Selain itu, ia juga merasa malu. Oleh karena itu, sambil mengamati sosok pemuda di belakangnya, maka ia langsung memasang ekspresi dingin. Di waktu yang bersamaan, intensitas membunuh pun sedang bergejolak di dalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.