Kaisar Dewa

Kembalinya Immortal Vampir



Kembalinya Immortal Vampir

3Gerakan terakhir Zhang Ruochen memang telah berada di level Tiga Pedang.      0

Kekuatan Tiga Pedang, yang dilepaskan oleh seorang Biksu, pasti berbeda daripada serangan-serangan serupa yang dilepaskan oleh orang lain.     

Tuan Nie baru saja melemparkan Tongkat Saint Meditation ke arah depan, dengan energi kayu yang terlepas dari tongkat tersebut dan samar-samar membentuk sebuah bayangan pohon kuno raksasa.     

Clank.     

Itu adalah bayangan Pohon Saint Meditation yang telah berusia ribuan tahun, sesuatu yang mampu mengguncang ruang di sekitarnya, dengan pancaran energi kehidupan, kegigihan dan kehancuran. Riak-riak energi pun mulai bermunculan di sekitar sana.     

Benar.     

Ruang di sekitarnya masih terus bergetar.     

Kekuatan yang dilepaskan oleh seorang Biksu, biasanya mampu menghancurkan hukum-hukum langit dan bumi. Jadi, secara natural, hal itu akan mempengaruhi kestabilan ruang di sekitarnya.     

Saat kekuatan seorang Biksu itu berkembang sampai di titik tertentu, mungkin sang Biksu juga dapat menghancurkan ruang di sekitarnya.     

Maka dari itu, Tuan Nie harus melepaskan segenap kekuatannya dan menciptakan riak-riak energi sampai sedemikian rupa. Semua itu karena ia ingin memberikan tekanan tersendiri terhadap kekuatan ruang milik Zhang Ruochen.     

Ketika ruang di sekitarnya berubah menjadi kacau, bahkan sang Keturunan Ruang dan Waktu akan kesulitan untuk mengendalikan ruangan tersebut. Lebih dalam, bisa jadi Zhang Ruochen dapat terluka oleh ruangan tersebut.     

Boom. Tongkat Saint Meditation baru saja berbenturan dengan Pedang Kuno Abyss.     

Bayangan pohon kuno – yang terlihat samar-samar – mulai menghancurkan semua pedang Chi di sekitarnya. Akibatnya, baik Zhang Ruochen dan Tuan Nie sama-sama terhempas ke belakang, sampai beberapa kilometer jauhnya.     

Tuan Nie sedang mengelus jenggotnya sendiri dan tertawa. "Zhang Ruochen, bukankah aku telah berhasil menekan kekuatan ruangmu? Jadi, apa yang bisa kau lakukan sekarang? Anak muda, kau sama sekali tidak paham mengenai kekuatan seorang Biksu."     

Zoom.     

Tuan Nie membawa dan menggenggam Tongkat Saint Meditation-nya. Bayangan pohon saint itu sedang bergerak-gerak, hingga menghancurkan ruang sampai beberapa kilometer jauhnya.     

Bayangan pohon saint mulai mengeluarkan gesekan angin dan gelegar guntur. Pohon itu tepat berada di atas kepala Zhang Ruochen, layaknya awan suci berwarna hijau.     

Tongkat Saint Meditation adalah sebuah harta karun yang masuk ke dalam Daftar Senjata Saint Seratus Inskripsi. Meski begitu, kekuatannya dapat disejajarkan dengan sebuah Senjata Saint Seribu Inskripsi. Jadi, senjata yang kuat semacam itu, ketika digunakan oleh seorang Biksu, maka itu akan mampu menyapu bersih area seluas beberapa kilometer di sekitarnya.     

Yao Ji sedang mengamati Zhang Ruochen lekat-lekat. Sebab, tingkat kultivasi Tuan Nie berada jauh di luar ekspektasinya.     

"Zhang Ruochen, tunggu sebentar. Selama aku bisa mengalahkan empat skeleton pertempuran di Alam Biksu, maka kita pasti akan menang."     

Yao Ji mulai melancarkan serangan. Wanita itu melepaskan Mantra Suci ke arah skeleton-skeleton tersebut dan membenamkan mereka ke dalam bumi. Akibatnya, sebagian besar tulang-belulang mereka remuk, hingga tidak mampu lagi bertarung.     

Keempat skeleton pertempuran di Alam Biksu adalah semacam boneka pertempuran yang terbuat dari mayat-mayat Biksu dan dikendalikan oleh berbagai jenis rune maupun inskripsi-inskripsi khusus.     

Meski mereka hanya memiliki 10 sampai 50 persen kekuatan seorang Biksu, namun kehadiran mereka cukup signifikan. Yang jelas, para pertapa biasa pasti akan kesulitan untuk menghancurkan mereka.     

Sekarang ini, Yao Ji baru saja kehilangan kesabarannya. Jadi, seandainya Zhang Ruochen gagal menghadapi serangan Tuan Nie dan terbunuh lebih dulu, maka wanita itu akan berada di posisi yang membahayakan.     

Pada saat ini, Zhang Ruochen tampil sangat tenang, terutama saat berhadapan dengan bayangan pohon saint tersebut. Di waktu yang bersamaan, ia menggunakan Jejak Mata Dewa untuk menemukan titik-titik terlemah pada pohon tersebut.     

Dalam sekejap, Zhang Ruochen menggunakan Ruang Pergerakan dan bergerak sebanyak tujuh kali berturut-turut. Setiap kali lelaki itu mendarat, maka seketika itu pula ruang di sekitarnya langsung bergetar.     

Ketika ia bergerak untuk yang keenam kalinya, saat itu ia melintasi bayangan pohon saint, dan kembali muncul di atas kepala Tuan Nie.     

Lalu, ketika ia bergerak untuk yang ketujuh kalinya, maka ia sudah masuk ke dalam Wilayah Jiwa Suci milik lawannya. Sehingga, dengan sebuah "fizz", maka seketika itu pula ia langsung menusuk jantung lawannya.     

Darah saintly berwarna merah tampak menyembur dari dada Tuan Nie, bersamaan dengan munculnya kobaran api.     

Zhang Ruochen mengamati wajah Tuan Nie lekat-lekat, sebelum akhirnya berkata dengan suara rendah. "Bahkan kau sendiri juga masih belum paham mengenai kekuatan sang Keturunan Ruang dan Waktu."     

"Kau... kau tidak kehilangan... kesadaranmu..."     

Kedua pupil mata Tuan Nie tampak membesar, sebagaimana ia mulai menyadari bahwa selama ini, ternyata Zhang Ruochen sama sekali tidak terpengaruh oleh mantra halusinasi Yao Ji. Selama ini, lelaki itu melakukan segala sesuatunya dengan kesadaran penuh.     

Tuan Nie telah memperingati dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama, seperti yang telah dilakukan oleh dua orang Biksu dari Sekte Setan sebelumnya. Meski begitu, ternyata ia masih meremehkan Zhang Ruochen.     

Sekarang ini, ia baru saja menyadari hal tersebut.     

Meski begitu, ia tidak bisa serta merta menyalahkan dirinya sendiri, sebab orang lain juga ternyata melakukan kesalahan yang sama.     

Meski Zhang Ruochen tidak ingin meremehkan musuhnya, namun ketika ia berada di Alam Setengah-Biksu di level pertama dan harus bertarung melawan seorang pertapa di Perubahan Pertama dari Alam Fish-dragon, maka ia akan menganggap musuhnya sama seperti itu.     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen dapat merasakan segaris energi Chi yang berbahaya dari diri Tuan Nie.     

"Apa dia akan meledakkan Holy Source-nya?"     

Sekujur tubuh Zhang Ruochen pun langsung merinding. Alhasil, ia cepat-cepat menarik kembali Pedang Kuno Abyss dari sarungnya.     

Seandainya Tuan Nie benar-benar meledakkan Holy Source-nya sendiri, maka area di dalam radius puluhan kilometer di sekitarnya akan benar-benar hancur.     

Zhang Ruochen tidak perlu melarikan diri. Sebab, ia tidak akan sempat membuka Dunia Lukisan, alih-alih melarikan diri dari sana. Yang jelas, kalau ia melakukan itu, maka ia tidak akan bisa bertahan hidup.     

Namun, Tuan Nie tidak punya nyali untuk menghancurkan Holy Source-nya sendiri. Pria itu hanya menyegel meridian di jantungnya, dan melepaskan pukulan ke arah Zhang Ruochen, hingga membuat lelaki itu terhempas sejauh ratusan meter.     

Setelah itu, Tuan Nie terbang ke belakang. Kemudian, ia menggunakan sebuah mantra melarikan diri dan terbang menjauh dengan lima kali lipat kecepatan daripada biasanya. Jadi, hanya dalam satu kedipan mata, maka ia sudah menghilang di ujung horizon.     

Zhang Ruochen sedang menekan dadanya yang sakit. Segumpal darah mengalir keluar dari sudut bibirnya. "Vitalitas seorang Biksu memang sangat tinggi. Meski aku telah menusuk jantungnya, namun dia masih mampu bertahan hidup. Kurasa aku harus mencamkan hal ini baik-baik. Jika tidak, maka aku akan berada di situasi yang lebih berbahaya."     

Mantra melarikan diri itu juga berhasil mengejutkan Zhang Ruochen. Sebab, kecepatan pria tua itu menjadi berkali lipat lebih tinggi daripada biasanya. Bahkan, seorang pertapa dengan kultivasi – yang 10 kali lipat lebih tinggi – masih akan gagal menyusulnya.     

Mantra kecepatan semacam itu pasti bernilai sangat tinggi. Yang jelas, Tuan Nie tidak akan pernah menggunakannya jikalau situasinya tidak benar-benar mendesak.     

"Ternyata sangat sulit untuk membunuh seorang Biksu," batin Zhang Ruochen.     

Para Biksu adalah kumpulan orang-orang tangguh. Bahkan, meski kepala mereka telah terpenggal, namun bisa jadi mereka masih sanggup bertahan hidup. Selain itu, sebagian besar Biksu di dunia ini juga sangat ahli dalam hal melarikan diri. Jadi, saat mereka bertemu dengan sosok yang lebih tangguh, maka mereka akan segera melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya.     

Yang jauh lebih penting, para Biksu dapat menjadi ancaman tersendiri ketika mereka memilih untuk meledakkan Holy Source masing-masing. Jika para Biksu gagal dibunuh dengan satu kali serangan, maka lawan mereka pasti akan ketakutan. Sebab, nyawa mereka akan terancam bila harus mati bersama sosok Biksu tersebut.     

Jadi, Zhang Ruochen cukup beruntung saat ia berhasil membunuh dua orang Biksu dari Sekte Setan. Sebab, dengan pencapaian semacam itu, setidaknya ia sudah menorehkan namanya di dunia para Biksu.     

Sebagaimana Tuan Nie sedang terluka parah dan ingin melarikan diri dari sana, maka dua skeleton pertempuran di Alam Biksu – yang tidak sempat dihancurkan oleh Yao Ji – juga sama-sama melarikan diri dari medan pertempuran tersebut. Mereka melesat ke dalam hutan sambil memancarkan Chi kematian.     

Yao Ji tidak mengejar mereka, namun ia mulai mengamati pemuda yang sedang menggenggam pedang tersebut, dengan tatapan takjub. Semakin lama wanita itu mengamatinya, maka pemuda itu pun menjadi semakin tampan di matanya, hingga membuatnya kehilangan minat untuk membunuhnya.     

Sebab, jika sosok bertalenta semacam itu bersedia untuk mematuhi perkataannya, maka Sekte Tianluo pasti akan menjadi salah satu sekte yang paling berpengaruh di Negara Tiantai, setidaknya dalam 100 tahun mendatang.     

Jadi, kenapa tidak memintanya untuk bergabung ke dalam?     

Namun, semua itu cuma sebatas imajinasi belaka. Sebab, wanita itu tidak yakin bila dirinya mampu mengendalikan Zhang Ruochen selamanya.     

"Zhang Ruochen, Zhang Ruochen! Aku semakin tertarik denganmu. Aku akan membenci diriku sendiri setelah berhasil membunuhmu. Tapi, kau adalah seorang pertapa dengan talenta yang langka. Jadi, aku khawatir bila sampai gagal mengendalikanmu di masa depan. Memang, kau tidak terlihat seperti sosok pria yang benar-benar tega menyakiti wanita. Akan tetapi, bila kau sampai benar-benar membunuhku di kemudian hari, bukankah saat itu sudah terlambat untuk menyesalinya?"     

Jemarinya yang lembut sedang mengusap janggut Zhang Ruochen. Perlahan-lahan, kedua matanya berubah menjadi merah. Wanita itu berhenti tersenyum dan mulai memasang ekspresi dingin.     

Kemudian, ia menciptakan pusaran Chi dari cakarnya dan hendak mencabik jantung Zhang Ruochen.     

Zoom.     

Tiba-tiba, Zhang Ruochen yang masih berdiri tegak – telah lebih dulu menusuknya – bahkan sebelum wanita itu sempat menyerang.     

Pedang Kuno Abyss adalah senjata yang sangat tajam, hingga mampu menembus tangan lawannya.     

"Karena kau tahu bahwa aku adalah seorang pria yang tidak akan pernah menyakiti wanita, maka sebaiknya kau segera pergi dari sini."     

Zhang Ruochen menggerakkan jarinya, sementara Pedang Kuno Abyss juga sama-sama berputar seiring dengan gerakannya. Pedang itu memancarkan sinar hitam dan mulai memotong tangan kanan Yao Ji.     

"Ternyata kau tidak terpengaruh oleh mantra halusinasiku!"     

Di wajah cantik Yao Ji, di sana tergambar jelas sebuah keterkejutan. Jadi, wanita itu cepat-cepat melepaskan mantra melarikan diri dan mengubah tubuhnya sendiri menjadi menjadi segaris cahaya ungu.     

"Masih ingin melarikan diri?" teriak Zhang Ruochen.     

"Skala Satu Empat Perubahan."     

Teknik pedang Zhang Ruochen pun mulai melambat, sama seperti arus waktu di sekitar sana.     

Namun, teknik pedangnya menjadi semakin cepat. Jadi, dengan cahaya pedang Chi yang panjang dan menyilaukan, maka pedang itu pun langsung menebas Yao Ji – yang sedang terbang di udara.     

Fizz.     

Darah saintly tampak menyembur dari langit.     

Yao Ji mengeluarkan teriakan memilukan. Tiga ekor rubah berwarna putih itu juga mulai berjatuhan.     

"Zhang Ruochen, hari ini kau telah memotong tiga ekorku. Aku pasti akan membalasmu di kemudian hari!' suara Yao Ji terdengar dari jarak ratusan kilometer jauhnya.     

"Kecepatannya dalam melarikan diri sangat tinggi."     

Zhang Ruochen tidak membalas perkataannya. Sebaliknya, ia menggunakan teknik bergerak untuk melesat menuju ke puncak gunung salju. Setelah itu, ia menggendong Beauty Shi – yang sedang dilindungi oleh Shooting Star Invisible Cloak – dan membawanya pergi dari sana.     

Setelah hampir dua jam lamanya, Zhang Ruchen dapat merasakan bahwa kekuatannya perlahan-lahan mulai menurun.     

Jadi, ia harus segera melarikan diri dan menemukan tempat persembunyian yang aman.     

Sebab, Zhang Ruochen percaya bahwa setelah pertempuran terakhirnya – yang mengakibatkan kerugian besar bagi Tuan Nie dan Yao Ji – maka para Biksu jahat dari Pasar Gelap pasti akan mengejarnya dalam waktu dekat.     

Sementara itu, Yao Ji sedang berdiri di tepi sungai tanpa ekor rubahnya. Bagian belakang tubuhnya bersimbah darah. Jadi, sebagai seorang Biksu, sekaligus seorang pendiri Sekte, maka sekarang ini wanita itu sedang merasa kesal dan malu.     

Wanita itu mengamati arah kepergian Zhang Ruochen. Di wajah cantiknya, di sana tergambar amarah yang dalam. "Dasar pria menyebalkan! Suatu hari nanti, aku harus merobek jantungmu."     

Setelah itu, ia menjulurkan lidahnya dan menjilat bibir merah kristalnya.     

Kemudian, Yao Ji mencium aroma darah di dekatnya. Di waktu yang bersamaan, wajahnya langsung berubah menjadi pucat. Lalu, ia mendongak ke langit dan menemukan bahwa langit di atasnya telah berubah menjadi merah.     

Terdapat awan darah yang tebal di atas langit. Chi mengerikan sedang memancar dari gumpalan awan itu, hingga mampu membuatnya merinding.     

Awan merah itu sedang mengejar Zhang Ruochen.     

"Dia adalah salah satu Blood King Immortal Vampir. Tidak, ternyata mereka berjumlah lebih dari satu."     

Yao Ji pun mulai mengeluarkan sebuah Jimat Invisible dan menyamarkan dirinya sendiri. Setelah awan darah itu terbang melewatinya, maka ia kembali muncul dan menghela nafas. "Para Blood King itu pasti ingin mencari Pedang Taotian. Hari ini, kurasa Zhang Ruochen tidak akan selamat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.