Kaisar Dewa

Bertemu Kawan Lama di Tempat Baru



Bertemu Kawan Lama di Tempat Baru

1Hujan baru saja reda.      0

Namun, langit di atasnya masih terbilang gelap. Bahkan, udara di sekitarnya masih sedikit dingin.     

Kekuatan Zhang Ruochen perlahan mulai menghilang, dan cahaya Buddha di tubuhnya juga berangsur sirna. Tidak lama kemudian, Zhang Ruochen kembali berada di Alam Setengah-Biksu di level keempat.     

Selain itu, rasa lelah yang teramat sangat sedang menghinggapi dirinya. Alhasil, seluruh Chi Suci di perut bawah dan meridian-meridian tubuhnya telah menghilang dalam hitungan detik.     

Zoom.     

Zhang Ruochen tidak mampu lagi melanjutkan pelariannya. Jadi, perlahan-lahan ia mendarat di tepi sungai besar kuno, bersama dengan Beauty Shi.     

Sungai besar kuno itu berukuran jumbo dan terlihat berkabut. Air sedang mengalir pelan di permukaannya. Sehingga, ia kesulitan untuk melihat tepi lain dari sungai tersebut, sebab ia merasa seperti sedang berada di tepi laut.     

Kedua kaki Zhang Ruochen terus gemetar. Yang jelas, lelaki itu sedang merasa kesulitan untuk menyeimbangkan dirinya sendiri.     

Rasa kelelahan dan luka-luka hampir membuatnya bersimpuh di atas tanah.     

Sekarang ini, sosok ksatria dari Alam Surga mungkin telah mampu mengalahkannya, alih-alih seorang Biksu tangguh.     

Untungnya, para Biksu jahat dari Pasar Gelap gagal menemukan dirinya. Jika tidak, maka Zhang Ruochen pasti akan berada di situasi yang pelik.     

"Turunkan aku! Para Biksu itu tidak lagi mengejar kita. Lihatlah, kondisimu telah semakin memburuk. Jika kau tidak segera menyembuhkan diri, kurasa luka-lukamu akan semakin memburuk," Beauty Shi mengatakan itu dengan lembut dan penuh kepedulian.     

Zhang Ruochen pun merasa terkejut. Jadi, ia segera menurunkan wanita tersebut dan mengamati matanya lekat-lekat.     

Pada saat ini, kedua mata Beauty Shi tidak lagi terlihat kosong dan gelap seperti biasanya, dan malah tampak lebih ekspresif, layaknya wanita cantik yang hidup normal.     

Lebih persisnya, Beauty Shi mengalami sedikit perubahan setelah ia pergi meninggalkan Pasar Gelap.     

Namun, selama itu, Zhang Ruochen masih dikejar oleh para elder dari Keluarga Qi di Sekte Setan dan para Biksu lain di Pasar Gelap. Maka dari itu, ia tidak sempat menanyakan perubahan tersebut.     

"Kau sudah pulih?" wajah Zhang Ruochen mulai berbinar.     

Kedua mata Beauty Shi masih terlihat basah seperti air. Wanita itu menatap mata Zhang Ruochen dan menggelengkan kepalanya. Kemudian, ia kembali terdiam. Tampaknya, wanita itu sedang memikirkan tentang sesuatu, atau sedang berusaha memahami sesuatu. Meski begitu, perlahan-lahan, kedua matanya kembali menjadi kosong.     

Zhang Ruochen pun merasa khawatir bila wanita itu akan kembali berubah menjadi wanita yang dingin dan pendiam seperti kemarin lusa. Jadi, ia cepat-cepat berkata, "Kurasa kita masih belum aman. Oleh karena itu, kita masih harus bergerak. Semakin jauh kita pergi dari sini, maka itu akan semakin baik."     

Beauty Shi menatap Zhang Ruochen dengan tampang menimbang-nimbang. Lalu, ia berkata, "Kau sedang terluka parah. Sebaiknya kita berhenti di sini dan beristirahat."     

Zhang Ruochen memang sedang terluka parah. Bahkan, wajahnya juga terlihat pucat, layaknya seorang pasien yang sedang mendapatkan perawatan.     

Selain itu, karena ia baru saja membuka segel ketiga Sarira, maka lelaki itu pun menjadi sangat kelelahan. Bahkan, keseimbangan tubuhnya sudah hampir goyah.     

Beauty Shi harus membantunya. Jika tidak, maka lelaki itu pasti akan bersimpuh di tanah.     

Pada saat itu, Zhang Ruochen mengeluarkan Withered Pil. Namun, sebelum lelaki itu sempat memurnikannya, tiba-tiba ia mendongak dan mengamati langit. Kemudian, ia berkata dengan intonasi murung. "Itu adalah... para pasukan Immortal Vampir..."     

Awan merah tampak menghiasi ufuk langit. Awan darah itu tampak bergulung-gulung dan bergerak mendekat, sambil membawa energi Chi yang mengerikan.     

Ternyata, di sana bukan hanya terdapat satu Immortal Vampir. Lebih tepatnya, mereka adalah sebuah pasukan. Mereka datang untuk mencari Pedang Taotian.     

Melihat itu, Zhang Ruochen pun berencana untuk memanggil Kelinci Rakus dari dalam Dunia Lukisan dan mengeluarkannya dari sana. Akan tetapi, setelah memikirkannya matang-matang, maka ia segera mengurungkan niatnya.     

Bagaimanapun juga, ada lebih dari satu Biksu Blood King di pasukan Immortal Vampir tersebut.     

Memang, kecepatan Kelinci Rakus memang berada di atas rata-rata para Setengah-Biksu. Akan tetapi, kelinci itu masih jauh lebih lambat daripada para Biksu Blood King.     

Meski mereka juga dapat bersembunyi di dalam Dunia Lukisan, namun para Biksu Blood King pasti mampu menemukan Grafik Kayu Yin Yang, setelah berhasil memindai Chi Zhang Ruochen.     

Lalu, ketika Grafik Kayu Yin Yang jatuh di tangan Immortal Vampir, maka segala sesuatunya akan menjadi semakin memburuk.     

Sebelum-sebelumnya, Zhang Ruochen tidak pernah berada di situasi berbahaya semacam ini. Sebab, ketika berada di dalam situasi yang berbahaya, maka ia selalu memiliki jalan keluar. Tapi sekarang, ia sama sekali tidak punya jalan keluar.     

Meski begitu, Zhang Ruochen masih terlihat cukup tenang. Lelaki itu tersenyum dan mulai mengamati Beauty Shi. Lalu, ia berkata lirih, "Hari ini, kurasa kita akan mati di sini, baik bersama-sama atau sendiri-sendiri. Jadi, bagaimana jika kita melakukan sesuatu terlebih dahulu sebelum kita sama-sama mati?"     

"Apa maksudmu?" Beauty Shi bertanya-tanya.     

Zhang Ruochen berkata, "Meski kau telah kehilangan semua kultivasimu, namun kau masih punya Holy Source di dalam tubuhmu. Aku bisa membantumu untuk meledakkannya. Setelah itu, kita akan mati bersama para Immortal Vampir. Aku pun juga merasa penasaran, seperti apa ledakan Holy Source milik seorang Biksu Pedang?"     

Kedua mata Beauty Shi perlahan-lahan berubah menjadi sayu, sebelum akhirnya wanita itu mengangguk setuju.     

Namun, tiba-tiba terdengar suara wanita elegan dari tepi sungai tersebut. "Adik Saudara Zhang, apa kau ingin naik ke atas kapal dan berbincang denganku?"     

Zhang Ruochen mengamati sungai kuno itu dan menemukan sebuah kapal berwarna hijau – dengan panjang lebih dari 30 meter – dan sedang berlabuh di tepi sungai.     

Seorang wanita elegan dan murni – berpakaian putih – sedang berdiri di haluan layaknya sorang Peri Lingbo. Saat orang lain melihatnya, maka mereka akan berpikir bila mereka sedang berada di tanah peri.     

Zhang Ruochen pun merasa sedikit tertegun sekaligus terkejut. Kemudian, ia berkata, "Saudari senior seperguruan Luo, apa yang kau lakukan di Wilayah Pusat?"     

Wanita yang berada di atas perahu adalah Luo Shuihan. Wanita itu – bersama dengan Huang Yanchen dan Mu Lingxi – pernah dikenal sebagai "Tiga Iblis Wanita di Kampus Barat".     

Setelah itu, Zhang Ruochen belajar di Akademi Saint dan memilih jalan yang penuh tantangan lainnya. Sehingga, ia sudah tidak pernah lagi bertemu dengan Luo Shuihan selama beberapa tahun belakangan.     

Lelaki itu benar-benar tidak menyangka bahwa ternyata mereka akan bertemu kembali di kehidupan ini, apalagi saat dirinya sedang berada di situasi kritis.     

Apa yang membuat Zhang Ruochen terkejut adalah fakta bahwa ternyata Luo Shuihan sudah berada di Alam Setengah-Biksu. Progres wanita itu tidak terlalu tertinggal jauh darinya.     

Ketika mereka masih berada di Akademi Saint Wilayah Timur, saat itu Luo Shuihan menjadi murid terbaik di sekolah. Sehingga, talentanya selalu berada di atas Huang Yanchen dan Mu Lingxi.     

Lalu, sama halnya seperti Zhang Ruochen, maka wanita itu juga terus berkembang dan menciptakan banyak progres lainnya, seakan potensi yang dimiliki benar-benar tidak terbatas.     

Selama bertahun-tahun belakangan, pengalamannya mungkin dapat disejajarkan dengan Mu Lingxi dan Huang Yanchen. Sebab, pencapaiannya di Alam Setengah-Biksu telah menjawab dugaan tersebut.     

Yang jelas, Luo Shuihan masih sama elegannya seperti puisi dan lukisan. Kala itu, ia berkata, "Aku datang kemari untuk kalian berdua. Atau, bisa dibilang bahwa ada orang lain di atas kapal, yang sebenarnya ingin bertemu dengan kalian berdua."     

"Kami berdua?"     

Zhang Ruochen pun bertanya-tanya perihal sosok mana yang punya relasi dengan dirinya dan Ling Feiyu.     

Pada saat itu, Zhang Ruochen ingin mengatakan sesuatu kepada Luo Shuihan – bahwa para pasukan Immortal Vampir tengah bergerak kemari – jadi mereka harus segera melarikan diri.     

Sialnya, jika Zhang Ruochen mampu menyadari kehadiran mereka, meski di kondisi yang sangat buruk sekalipun, lalu bagaimana mungkin Luo Shuihan tidak mampu menyadarinya?     

Jadi, bagaimana mungkin wanita ini masih bersikap sangat tenang?     

Apa mungkin...?     

Zhang Ruochen pun mulai mengamati bagian dalam kapal hijau tersebut, dan langsung mengeluarkan sebuah dugaan yang "berani".     

Apa mungkin pria itu sedang berada di atas kapal?     

Zhang Ruochen dan Beauty Shi pun naik ke dalam perahu, lalu masuk ke dalam kabin, dengan dibimbing oleh Luo Shuihan.     

Di dalam kabin, ada seorang pertapa berjubah hijau, yang terlihat berusia 30 tahunan, bersama dengan seorang pria tua – yang rambutnya setengah putih dan setengah hitam.     

Terdapat scroll di atas meja – yang sedang memisahkan mereka berdua – yang ditulis dengan tulisan karakter China. Yang jelas, sulit menebak apa maksud tulisan tersebut.     

Sosok pertapa berjubah hijau itu tampil apa adanya. Pria itu mengenakan pakaian yang bersih dan necis. Bahkan, setiap rambutnya juga disisir dengan rapi.     

Saat menyaksikan Zhang Ruochen dan Beuaty Shi masuk ke dalam sana, maka kedua pria itu langsung berhenti membicarakan tulisan tersebut, dan mulai mendongakkan kepala masing-masing.     

Namun, pria berjubah hijau itu menatap Zhang Ruochen terlebih dahulu.     

Sementara sosok pria tua – dengan rambut setengah putih dan hitam – sedang mengamati Beauty Shi dengan tatapan curiga.     

Pria berjubah hijau itu tersenyum dan berkata, "Luo Shuihan pernah bercerita kepadaku, bahwa kau adalah sosok bertalenta langka yang dilahirkan di Yunwu Commandery dan pernah belajar di Akademi Saint Wilayah Timur. Jadi, setelah mendengar cerita itu, maka seketika itu pula aku langsung ingin bertemu denganmu. Namun, aku khawatir bila hal itu hanya akan membuat Leluhur Xuanji salah paham, karena aku khawatir bila dianggap sedang mencuri muridnya. Maka dari itu, selama ini aku hanya bisa menunggu. Selain itu, ada banyak hal yang telah terjadi selama bertahun-tahun belakangan ini, sampai akhirnya aku baru sempat bertemu denganmu hari ini."     

Zhang Ruochen sudah bisa menebak identitas sang pertapa berjubah hijau tersebut, jadi ia segera memberi salam kepalan tangan dan membungkuk kepadanya. "Salam, Leluhur."     

Pada saat ini, sang pria tua juga menatap Zhang Ruochen dan berkata, "Tidak heran kenapa sang Permaisuri sampai mengeluarkan perintah penangkapannya untukmu. Ternyata, kau adalah seorang bocah yang ceroboh, dan benar-benar bernyali besar karena telah berhasil membunuh dua orang Biksu Sekte Setan berturut-turut. Bila kau masih terus melakukan hal-hal yang seperti ini, maka situasi di Daratan Kunlun akan bertambah semakin runyam."     

Zhang Ruochen mulai mengamati pria tua dengan rambut setengah puih dan hitam tersebut.     

Pria itu terlihat hidup – dengan sepasang mata yang berbinar. Pria itu terlihat seperti sosok pria berusia 50 tahunan, dan tidak terlalu tua.     

Yang jauh lebih penting, ia sedang mengenakan pakaian khas Sekte Confucius.     

Sekte Confucius memiliki hubungan yang dekat dengan istana kekaisaran. Ada banyak cendekiawan di dalam sekte yang bekerja untuk istana. Mereka adalah para cendekiawan dan Sage Metafisika yang menduduki beragam posisi tinggi di dalam istana. Beberapa di antara mereka masuk ke dalam enam Kabinet Menteri, dan bertugas untuk membuat kebijakan-kebijakan di Kekaisaran Pusat Pertama.     

Jadi, seandainya pria ini benar-benar merupakan salah satu petinggi di pemerintahan, maka Zhang Ruochen pun harus berhati-hati.     

Pria tua berjubah Sekte Confucius agaknya sedang merasa tidak senang, saat ia menyadari bahwa Zhang Ruochen terkesan curiga kepadanya. Jadi, ia pun langsung mendengus marah, "Kenapa kau sampai bersikap waspada seperti itu! Aku bukan orang pemerintahan! Aku hanya seorang pelukis!"     

Pria berjubah hijau mulai menatap Zhang Ruochen dan berkata dengan suara yang damai, "Dia bukan orang pemerintahan. Dia tidak akan pernah menyakitimu. Duduklah, jangan khawatirkan dia."     

Sebelum Zhang Ruochen sempat duduk, maka pria berjubah Sekte Confucius itu telah lebih dulu mengangkat pipinya, dan berkata dengan bangga, "Meski aku bukan orang pemerintahan, tapi muridku adalah seorang gubernur di Negara Tiantai. Muridnya muridku adalah seorang Bangyan yang baru, dia akan bertugas di lembaga pemeriksaan istana tahun ini."     

Zhang Ruochen mengernyitkan dahinya dan bertanya-tanya, kenapa pria tua itu sampai harus menyombongkan diri di hadapan seorang pemuda? Apa maksudnya?     

Meski begitu, Zhang Ruochen tidak perlu menjawab kata-katanya. Sebaliknya, ia segera mengambil tempat duduk.     

Pria berjubah Sekte Confucius melihat Zhang Ruochen yang duduk di sana dan tidak menghiraukan kata-katanya. Sehingga, hal itu pun membuatnya semakin marah. Tampaknya, ia tidak rela bila sosok seperti Zhang Ruochen – yang derajatnya jauh di bawah dirinya – harus duduk satu meja bersamanya.     

Tidak berpendidikan, tidak menghormati orang tua, tidak punya sopan santun...     

Jika bukan karena sang pertapa berubah hijau, mungkin pria tua berjubah Sekte Confucius itu telah melampiaskan amarahnya.     

Sekarang ini, pria berjubah hijau mulai mengamati Beauty Shi. Di waktu yang bersamaan, ia memasang ekspresi kompleks dan berkata, "Pemimpin Istana Ling, sebenarnya, aku datang kemari karena ingin bertemu denganmu."     

Mendengar itu, Beauty Shi langsung tersenyum kecut. "Kau datang kemari karena ingin membalas dendam, seperti dirinya?"     

Di waktu yang bersamaan, Zhang Ruochen langsung memasang ekspresi penasaran. Lelaki itu penasaran terhadap kisah yang pernah terjalin di antara dua sosok pemimpin di Daratan Kunlun ini.     

Pria tua berjubah Sekte Confucius juga mulai mengamati mereka dengan penuh semangat.     

Pria berjubah hijau itu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tahu bahwa dia sangat membencimu dan ingin menghancurkanmu. Lalu, setelah bertempur melawan Kaisar Darah Qingtian, maka sejak saat itu kepercayaan dirimu telah hancur. Setelah itu, dia berhasil menemukanmu. Kemudian, dia kembali ingin menghancurkan kepercayaan dirimu, agar dia dapat membalaskan dendam di masa lalu."     

Pria itu menambahkan, "Tapi, aku datang kemari untuk menghentikannya, dan untuk mengatakan sesuatu kepadamu; aku tidak pernah menyalahkanmu terkait peristiwa di masa lalu. Yang jelas, kau sama sekali tidak bersalah. Jadi, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri."     

Mendengar itu, maka ekspresi wajah Beauty Shi pun langsung berubah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.