Kaisar Dewa

Dikutuk Semua Orang



Dikutuk Semua Orang

3Chu Siyuan telah berjanji bahwa ia akan bertanggung jawab atas semuanya.     
2

Oleh karena itu, meski Zhang Ruochen baru saja membunuh Guo Lu dengan satu hentakan kaki, namun ia masih bertingkah arogan dan sama sekali tidak takut.     

Namun, Chu Siyuan sedang merasa terkejut. Bahkan, tegukan wine yang terakhir hampir membuatnya tersedak.     

"Kau berani membunuh seorang raja di wilayah inferior?"     

Jantung Chu Siyuan pun mulai berdegup kencang, namun ia masih berpura-pura bersikap tenang dan santai.     

Zhang Ruochen benar-benar ceroboh dan kurang perhitungan...     

Tidak.     

Tiba-tiba, Chu Siyuan menyadari bahwa dirinya sedang dipermainkan oleh Zhang Ruochen. Setelah itu, ia pun terus meyakinkan dirinya sendiri, "Aku tidak ada hubungannya dengan ini. Jangan seret aku ke dalam masalah ini."     

"Aku tidak ada hubungannya dengan ini. Jangan seret aku ke dalam masalah ini."     

...     

Para pertapa yang sedang sibuk makan dan minum, mereka mulai mendongakkan kepala dan melirik Zhang Ruochen. Pada saat itu, ekspresi wajah mereka langsung terlihat kaku.     

Kemudian, semua tamu mulai tersadar dari rasa keterkejutan masing-masing.     

Beberapa tamu wanita itu pun mulai berteriak-teriak. Bahkan, para Setengah-Biksu tangguh mulai menghirup nafas dalam-dalam agar dapat menenangkan diri.     

Seorang Setengah-Biksu di level kesembilan baru saja dibunuh. Seorang raja di wilayah inferior baru saja dibunuh. Ini benar-benar gila!     

Peristiwa semacam itu pasti akan menciptakan kegaduhan tersendiri.     

Semua talenta muda yang hadir di sana mulai menatap Zhang Ruochen dengan tampang ketakutan, dan mereka langsung menganggap lelaki itu sebagai Iblis – yang tidak akan ragu untuk membunuh siapapun di dunia ini.     

Cai Yunji dan Cai Jinglun mulai saling bersitatap dan sedang merasa terkejut. Tidak ada satupun di antara mereka yang menyangka, bahwa konflik ini akan berakhir seperti ini.     

Chi Yutang sedang mengamati mayat Guo Lu. Pria itu merasa tercengang untuk beberapa lama, Setelah itu, ia menatap tajam ke arah Zhang Ruochen dan berkata, "Kau... telah mati..."     

"Benarkah?"     

Zhang Ruochen masih terlihat sangat tenang. Kemudian, ia mulai menyapukan pandangan matanya dan menemukan para penjaga keluarga Cai, yang sedang berkumpul di sekitar dan mulai melingkupi seluruh danau tersebut     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya dan berjalan mendekati Chu Siyuan. Kemudian, ia mengatupkan kedua tangan dan membungkuk ke arahnya, "Elder Biksu Pelukis, saya telah membunuh orang-orang jahat dan menjalankan perintah Anda. Sekarang, apa Anda sudah merasa lega?"     

Ekspresi wajah Chu Siyuan langsung membeku, karena ia tidak tahu harus menangis atau tertawa di saat-saat seperti ini. Akan tetapi, ia masih terlihat tenang.     

Bagaimanapun juga, ia tidak bisa menyingkirkan Zhang Ruochen di saat-saat seperti ini.     

Selain itu, sebagai seorang pemimpin di Sekte Painting, maka ia telah mengalami begitu banyak perubahan dan hal-hal spontan lainnya. Jadi, kenapa ia harus merasa panik, hanya karena kematian seorang raja di wilayah inferior?     

"Kerja bagus."     

Chu Siyuan mengangguk dengan damai. Setelah itu, ia menambahkan, "Kalian para junior berani membunuhku di hadapan publik? Apa kalian kira sangat lemah?"     

Biksu Pelukis?     

Semua orang mulai mengamati Chu Siyuan dengan tampang penuh keraguan.     

Chi Yutang mencibir. "Persetan dengan Biksu Pelukis. Hei bocah, cepat datang kemari dan jemput ajalmu."     

"Diam!"     

Terdengar suara yang memekakkan telinga dari kejauhan. Riak-riak gelombang suara mulai menyebar di segala penjuru.     

Zoom.     

Sebuah cahaya saintly bergerak dari kejauhan mansion Keluarga Cai, sebelum akhirnya mendarat di atas permukaan danau.     

Beberapa Biksu muncul seketika. Mereka adalah para Biksu tangguh – yang memancarkan cahaya terang – layaknya bintang-bintang yang menerangi dunia mortal.     

"Salam kepada para Biksu."     

Seketika itu juga, hampir 90 persen pertapa yang hadir segera bersujud satu persatu.     

Hanya beberapa tamu terhormat yang masih bangkit berdiri, namun mereka sempat membungkuk sedikit demi memberikan penghormatan.     

Bila seorang Biksu muncul, maka semua mortal harus berlutut dan bersujud di tanah.     

Di antara mereka, salah satu Biksu segera berjalan mendekati Chu Siyuan dan membungkuk di hadapannya. "Murid ini tidak tahu bila ternyata master datang mengunjungi Keluarga Cai. Tolong maafkan penglihatan saya."     

Pria itu adalah murid kedua Chu Siyuan – Cai Tong – sekaligus merupakan putra tertua di Keluarga Cai.     

Faktanya, sang pemimpin keluarga Cai sudah berada di masa pensiunnya, dan perlahan-lahan mulai memindahkan jabatannya kepada Cai Tong.     

Jadi, sekarang ini, Cai Tong adalah pewaris yang mengendalikan seluruh keluarga Cai, dan hampir menjadi sang Leluhur di keluarga tersebut.     

Dalam kata lain, Cai Tong adalah salah satu di antara para pemimpin tangguh di Daratan Kunlun.     

Yang jelas, hanya segelintir orang yang layak mendapatkan penghormatan dari Cai Tong. Dan sekarang ini, sang Biksu Pelukis menjadi salah satu di antaranya.     

Melihat itu, maka kebanyakan pertapa langsung berubah menjadi pucat.     

Terutama murid-murid dari Sekte Confucius – yang berdiri di belakang Chi Yutang. Alhasil, mereka pun mulai gemetar ketakutan.     

Sekte Confucius selalu menghargai; "Perbedaan di antara yang tinggi dan rendah, yang tua dan yang muda, yang atas dan yang bawah, pun dari dalam maupun luar." Mereka akan selalu mengingat prinsip-prinsip tersebut. Mereka harus menghormati para master dan nilai-nilai kepercayaan mereka.     

Seorang murid yang tidak menghormati masternya, maka ia akan dikucilkan oleh semua murid Sekte Confucius di seluruh dunia ini. Sekarang ini, mereka baru saja mengusik salah seorang pemimpin di Sekte Confucius.     

Chu Siyuan masih terlihat sangat geram. Kemudian, ia mulai mendengus, "Mestinya murid-murid muda di Kota Sacred adalah sosok bertalenta tinggi. Ternyata aku benar-benar terkejut setelah datang kemari."     

Cai Tong mendengar intensitas dingin di dalam suara masternya, dan ia pun mulai menatap Cai Jinglun dengan geram. Kemudian, ia berkata dengan intonasi serius, "Jinglun, apa yang terjadi? Siapa yang membuat master marah?"     

Cai Jinglun mengetahui bahwa Chu Siyuan sedang berdiri di sana. Jadi, ia segera berjalan ke arahnya dan langsung berlutut di tanah. Kemudian, ia berkata dengan intonasi ketakutan, "Salam Grandmaster."     

Chu Siyuan memalingkan muka dan tidak menjawab Cai Jinglun, hingga membuatnya terlihat dingin dan superior.     

Kemudian, Cai Jinglun menceritakan segala sesuatunya kepada Cai Tong.     

Tentu saja, karena ia masih mengkhawatirkan masa depannya, maka Cai Jinglun tidak berani mengusik Chu Siyuan. Maka dari itu, ia melebih-lebihkan cerita untuk Zhang Ruochen dan Chu Siyuan.     

Mendengar itu, maka ekspresi Cai Tong langsung berubah menjadi murung. Lalu, ia menatap tajam ke arah Chi Yutang dan mendengus, "Pangeran Mahkota, kau berani menyerang Leluhur Biksu Pelukis. Bukankah kau sedikit bertingkah arogan?"     

Pada saat ini, Chi Yutang benar-benar kesulitan untuk sanggup berdiri di hadapan kehendak biksu Cai Tong. Seketika itu juga, ia langsung menyesali perbuatannya.     

Siapa sangka bila pria tua itu adalah sang Biksu Pelukis, salah satu di antara empat orang veteran Sekte Confucius?     

Chi Yutang pun juga merasa ketakutan.     

Empat Sekte Confucius berasal dari keempat Biksu tersebut. Selama ini, semua murid Sekte Confucius sedang mempelajari ajaran-ajaran mereka.     

Sebagai seorang pemimpin di Sekte Painting, maka murid-murid Chu Siyuan telah tersebar di seluruh penjuru dunia. Sebagian besar di antara mereka menduduki posisi-posisi penting.     

Jika berita ini sampai tersebar luas, dan mereka semua telah memutuskan untuk menjadikan Chi Yutang sebagai tersangka di Sekte Confucius, maka bukan hanya Chi Yutang yang akan bernasib sial, melainkan juga Lingxiao Heavenly King.     

Seorang Biksu Sekte Confucius berjalan mendekat dan mendengus, "Meski kau berasal dari istana, apa kau pikir dirimu berhak bertingkah seenaknya? Chi Yutang, bahkan kau berani mengirim orang lain untuk membunuh Elder Biksu Pelukis. Ceroboh sekali! Aku akan melaporkan ini kepada sang Permaisuri, agar beliau mencopotmu dari gelar Pangeran Mahkota. Lingxiao Heavenly King juga harus dihukum karena dia telah lalai menjaga murid-muridnya."     

Para murid Sekte Confucius mulai mengutuk tindakannya. "Berani-beraninya kau bertempur melawan Sekte Confucius! Siapa yang bisa menjamin bahwa kau tidak akan mengulanginya lagi di masa depan?"     

"Ternyata, Lingxiao Heavenly King Mansion bukan hanya berhasil melatih para pahlawan seperti Chi Wansui, melainkan juga pertapa-pertapa gagal seperti Chi Yutang."     

"Gagal? Kau terlalu memujinya. Dia tidak lebih baik daripada seekor anjing ataupun babi."     

"Jika Chi Yutang tidak dihukum berat, maka aku akan melaporkannya kepada Permaisuri di Pusat Kota Kaisar."     

…     

Murid-murid Sekte Confucius sedang merasa geram. Mereka terlihat sinis, kasar dan benar-benar menyalahkan Chi Yutang.     

Bahkan, Zhang Ruochen juga merasa terkejut saat melihat para murid Sekte Confucius dapat bertindak seagresif itu, hingga benar-benar menyalahkan Chi Yutang sepenuhnya.     

Chi Yutang pun menjadi geram. Akan tetapi, ia masih berusaha untuk menahan amarahnya, sambil berkata, "Aku memang bersalah dan harus meminta maaf kepada Leluhur. Akan tetapi, Leluhur telah mengeluarkan perintah untuk membunuh Jendral Guo Lu. Jadi, bukankah beliau harus meminta maaf kepada saya?"     

"Berani-beraninya kau!"     

Salah seorang Biksu dari Sekte Confucius mulai berteriak. Kala itu, energi Chi yang keluar dari mulutnya telah berhasil menghempaskan Chi Yutang. Di waktu yang bersamaan, ia berkata, "Bocah muda, berani-beraninya kau bicara seperti itu di hadapan Leluhur! Aku akan memberimu pelajaran atas nama Lingxiao Heavenly King."     

Dengan suara bang, Chi Yutang terjatuh ke tanah. Pria itu terluka parah, dengan tujuh lubang di kepalanya yang mengeluarkan darah.     

Seorang murid berjalan mendekat dan berkata, "Guo Lu bukan siapa-siapa. Seharusnya dia tidak mengusik Elder Biksu Pelukis. Maka dari itu, kematiannya adalah sebuah bentuk ampunan tersendiri. Sebab, mestinya kita akan membantai sembilan keluarganya."     

"Ya, mestinya kita bantai sembilan keluarganya."     

Ada banyak murid Sekte Confucius yang turut andil dalam perdebatan tersebut, hingga mulai memaki Chi Yutang dan Guo Lu. Bahkan, seorang murid menyarankan untuk menghancurkan jasad Guo Lu.     

Setidaknya, sang pemimpin keluarga Cai telah meminta maaf kepada Chu Siyuan, dan hal itu sedikitnya telah meredakan konflik yang terjadi.     

Chi Yutang dan para pertapa di Lingxiao Heavenly King Mansion pun mulai beranjak pergi dari sana, sambil membawa Guo Lu bersama mereka.     

Kali ini, Chi Yutang harus menerima konsekuensinya. Sebab, ia baru saja menendang sebuah piring baja yang sangat keras.     

Bahkan, sosok superior semacam Lingxiao Heavenly King masih harus menghormati Elder Biksu Pelukis, dan sama sekali tidak berani mengusiknya.     

Sekarang ini, Chi Yutang bergegas kembali dan hendak melaporkan segala sesuatunya kepada Lingxiao Heavenly King, berusaha untuk membenahi kesalahannya.     

Bila Chu Siyuan – sang pria tua – memperpanjang masalah ini, maka Lingxiao Heavenly King pasti akan berada di dalam bahaya.     

Setelah konflik itu mereda, maka pemimpin Keluarga Cai dan beberapa Biksu cendekiawan mulai mengundang Chu Shiyuan ke dalam mansion Keluarga Cai. Mereka ingin mendapatkan ampunan dari Chu Siyuan.     

Itu merupakan sebuah pesta bagi para Biksu, sehingga para pemuda tidak diperkenankan hadir di sana. Maka dari itu, Zhang Ruochen masih berada di tempatnya semula.     

Cai Jinglun dan Cai Yunji berjalan ke arah Zhang Ruochen dan meminta maaf kepadanya. Kemudian, mereka mengundangnya ke pulau utama Danau Ling.     

Pesta itu masih terus berlanjut, tapi semua orang yang hadir mulai memperlakukan Zhang Ruochen dengan cara yang berbeda.     

Pemuda di samping Biksu Pelukis pasti punya masa depan yang cerah.     

Selain itu, keberhasilan Zhang Ruochen dalam membunuh Guo Lu juga telah membuatnya menjadi semakin dihormati.     

"Aku baru saja... duduk bersama di satu meja dengan... sang Biksu Pelukis. Dan aku sempat memperlakukannya seperti gelandangan kecil. Seandainya aku tahu identitas beliau sebelumnya, maka aku akan menghormatinya." Xue Sanyi menyesali perbuatannya.     

Beberapa pertapa juga mendesah, sebagaimana mereka juga menyesal karena sempat menyia-nyiakan kesempatan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.