Kaisar Dewa

Menyaksikan Lampu-lampu Kota



Menyaksikan Lampu-lampu Kota

3Ada pelayan wanita berusia 16 atau 17 tahun di sebelah Huang Yanchen. Wanita itu sedang mengenakan pakaian kuning, dengan wajah kecilnya yang menarik.     0

Pelayan wanita itu sedang mengamati Zhang Ruochen dengan tatapan penasaran.     

Zhang Ruochen juga menyadari keberadaan pelayan wanita di sebelah Huang Yanchen. Wanita itu setinggi lima kaki, dengan kedua telinga yang runcing, rambut berwarna perak, lengan yang mungil, dan kedua mata yang tampak hidup. Kulitnya terlihat bening, layaknya permata yang berkilauan.     

Wanita itu benar-benar berbeda daripada para pelayan wanita biasanya. Selain itu, aura yang dipancarkan juga memberikan nuansa misterius tertentu.     

"Tampaknya, pelayanmu memiliki tingkat kultivasi yang tinggi."     

Zhang Ruochen mengamati pelayan wanita itu sambil tersenyum samar.     

Mendengar itu, maka pelayan wanita – yang berpakaian kuning – mulai terlihat malu-malu. Kemudian, secara instingtif, ia langsung bersembunyi di belakang Huang Yanchen.     

"Dia adalah pelayan wanita pemberian Keluarga Chen," kata Huang Yanchen. "Namanya adalah Qing Mo. Kualitas fisiknya sangat spesial, dengan potensi yang sangat besar. Satu-satunya kelemahan hanya terletak pada fakta bahwa dia jarang berkomunikasi dengan orang lain dan kurang pengalaman."     

Sekarang ini, Huang Yanchen adalah seorang Ahli Waris dan murid sang Permaisuri. Maka dari itu, Keluarga Chen di Wilayah Timur pasti akan memperlakukannya dengan cara yang berbeda.     

Jadi, pelayan wanita yang diberikan oleh mereka memang bukanlah pertapa biasa.     

"Qing Mo mengucap salam kepada Lord Zhang." Pelayan itu melangkah keluar dan langsung membungkuk di hadapan Zhang Ruochen.     

Huang Yanchen dan Zhang Ruochen mulai berjalan bersisian. Keduanya membentuk kombinasi yang menarik; satu cantik dan satunya tampan. Mereka sedang berjalan di atas salju dan mengarungi jalanan kota, hingga membuat banyak orang tertarik untuk mengamati mereka berdua.     

Beberapa saat kemudian, Huang Yanchen berkata, "Setelah tiba di Kota Sacred, aku sempat mendengar beberapa kabar terbaru tentangmu. Mereka bilang bahwa kau baru saja membunuh lima orang jendral Pasukan Canglong. Mereka juga menyebarkan rumor bahwa kau merupakan sang Pangeran Mahkota di Pusat Kekaisaran Suci pada masa 800 tahun silam."     

"Apa kau sedang meminta penjelasan?" tanya Zhang Ruochen.     

Tersimpan emosi yang dalam di kedua mata biru Huang Yanchen. "Aku hanya peduli dengan keselamatanmu. Aku berharap, semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk kepadamu."     

"Aku memang sang Pangeran Mahkota," kata Zhang Ruochen dengan gamblang. "Aku adalah sang Pangeran Mahkota dari Pusat Kekaisaran Suci di masa 800 tahun silam."     

Pernikahan Zhang Ruochen dan Huang Yanchen bukan hanya sekedar nama, sebab mereka pernah "melakukannya". Maka dari itu, Zhang Ruochen merasa bahwa tidak ada gunanya lagi untuk menyembunyikan rahasianya.     

"Kurasa kau tidak terlalu terkejut."     

Zhang Ruochen melirik Huang Yanchen. Saat itu, ekspresi wajah Huang Yanchen masih terlihat tenang, dan sama sekali tidak terkejut.     

"Aku pernah menginvestigasi sang Pangeran Mahkota secara diam-diam, dan bisa menebak identitasmu sejak lama." Kata Huang Yanchen. "Selama ini, aku tidak pernah menanyakan itu kepadamu, karena aku tahu bahwa kau akan mengungkap identitasmu sendiri ketika waktunya telah tiba."     

Setelah berkultivasi selama 15 tahun di dalam Tianlun Mark, maka mental Huang Yanchen benar-benar telah berkembang pesat. Zhang Ruochen pun juga bisa merasakan hal itu.     

Sambil tersenyum, Zhang Ruochen bertanya, "Karena kau sudah mengetahui identitasku, lalu bagaimana? Apa kau akan berada di sisiku atau di sisi Chi Yao?"     

Saat mengatakan itu, Zhang Ruochen juga berniat untuk memberi penegasan kepada Huang Yanchen; bahwa dirinya dan Permaisuri Chi Yao sama-sama berada di dua kutub yang berbeda.     

Salah satu di antara mereka adalah seorang buronan istana kekaisaran, sementara satu yang lain adalah murid Permaisuri. Akan tetapi, mereka sedang menjalin kisah asmara. Bahkan, Zhang Ruochen sendiri tidak tahu seperti apa kisah ini akan berakhir.     

Huang Yanchen berhenti berjalan dan mulai menatap Zhang Ruochen. "Selamanya aku akan berada di sisimu. Keputusan ini tidak akan pernah berubah, apapun yang terjadi."     

Wanita itu baru saja membuat keputusan besar, dan mengorbankan banyak hal untuk itu. Mulai sekarang, wanita itu akan mendapatkan banyak tekanan dari berbagai sisi. Bahkan, seluruh dunia akan menjadi musuhnya.     

Ekspresi Huang Yanchen tiba-tiba berubah menjadi serius. "Ada hal lain. Chi Wansui baru saja kembali ke Kota Sacred. Bila kau kembali berhadapan dengan Lingxiao Heavenly King Mansion dan Pasukan Canglong, maka kau harus ekstra waspada."     

"Karena malam ini adalah malam Tahun Baru, sebaiknya kita tidak bicara tentang pembunuhan," kata Zhang Ruochen, sambil terkekeh. "Selama ini, kita benar-benar kesulitan untuk bisa bersama. Bagaimana bila kita mencari tempat dan minum-minum bersama?"     

"Ayo!" Huang Yanchen mulai memikirkan sesuatu, sebelum akhirnya berkata, "Kudengar bahwa di luar Kota Sacred, di sana terdapat Gunung Kongyue. Ada sebuah menara di puncak gunungnya. Menara itu memiliki 74 lantai dan telah dibangun sejak ribuan tahun silam. Karena malam ini adalah malam Tahun Baru, maka seluruh Kota Sacred akan terlihat sangat hidup. Bila kita berdiri di atas puncak menara itu, maka kita bisa menikmati pemandangan lampu kota."     

Mendengar itu, maka kedua mata Zhang Ruochen sempat berkedut-kedut. Di waktu yang bersamaan, ia kembali teringat mengenai Chi Yao di masa 800 tahun silam.     

Ketika ia masih berusia 16 tahun, saat itu Chi Yao pernah berkata bahwa dirinya ingin melihat lampu-lampu di Kota Sacred. Oleh karena itu, Zhang Ruochen pernah membawanya pergi menuju ke Gunung Kongyue dan berdiri di atas menara tersebut sepanjang malam.     

"Ada apa?" Huang Yanchen bertanya kepadanya, setelah melihat Zhang Ruochen yang sedikit linglung.     

Zhang Ruochen menarik nafas dalam-dalam, dan memaksakan sebuah senyuman. Kemudian, sambil menggelengkan kepalanya, maka ia pun berkata, "Tidak ada. Aku hanya memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya kupikirkan. Ayo kita pergi ke Gunung Kongyue sekarang juga."     

Kali ini, mereka tidak terbang ke sana. Sebaliknya, mereka berjalan dan mulai mendaki Gunung Kongyue.     

Setelah itu, Zhang Ruochen mulai mengeluarkan Kelinci Rakus dan Monster Ape. Lelaki itu meminta mereka berdua untuk berjaga di luar menara, kalau-kalau ada pertapa lain yang ingin masuk ke dalam sana.     

"Jangan khawatirkan itu, Lord Chen," kata Kelinci Rakus, sambil mengelus-elus perutnya. "Saya pasti akan menjaga menara ini dengan sungguh-sungguh. Saya pastikan bahwa tidak ada satupun yang berani masuk ke dalam sana."     

Setelah Zhang Ruochen dan Huang Yanchen tiba di puncak menara, saat itu langit sudah benar-benar gelap.     

Terdapat lautan bintang di atas langit, dengan lautan lampu di bawah sana.     

Layaknya seorang gadis kecil, saat itu Huang Yanchen sedang menyandarkan kepalanya di dada Zhang Ruochen. "Tempat ini sangat tenang. Pemandangannya juga cantik. Seandainya kita bisa seperti ini selamanya."     

"800 tahun silam, aku juga sempat berpikir demikian." Kedua mata Zhang Ruochen terlihat tegas. "Akan tetapi, meski pepohonan selalu diam, namun hembusan angin tidak akan pernah berhenti. Jadi, tidak mudah bagi kita untuk menemukan kedamaian dan ketenangan."     

"Aku tahu!" Huang Yanchen mengangguk. Beberapa saat kemudian, bibir merahnya kembali terbuka dan wanita itu berkata, "Jiwa-jiwa mati di Wilayah Timur, Sekte Death Zen di Wilayah Selatan, Immortal Vampir di Wilayah Utara... mereka adalah pertanda bagi kekacauan Daratan Kunlun. Sebentar lagi, tidak ada seorangpun yang bisa merasakan kedamaian."     

"Kakak Chen, kurasa kau harus mengumpulkan para pengikut lama dan kembali membangun klanmu sendiri. Setelah itu, kalian bisa membentuk kelompok yang menguasai sebuah wilayah. Ketika waktunya telah tiba, maka kau bisa menggantikan sang Permaisuri dan kembali membangun Pusat Kekaisaran Suci."     

Zhang Ruochen mengelus wajah cantik Huang Yanchen. Pada saat itu, ia menggelengkan kepalanya dan terkekeh. "Delapan ratus tahun telah berlalu. Memang masih ada beberapa orang yang setia dengan Pusat Kekaisaran Suci, tapi mereka juga telah menjadi semakin pandai."     

"Berdasarkan pada tingkat kultivasiku sekarang ini, maka aku masih belum mampu mengendalikan mereka. Jadi, setelah aku memanggil mereka semua, mungkin aku akan dimanfaatkan oleh mereka. Selain itu, mereka juga akan menjadikanku sebagai boneka. Oleh karena itu, satu-satunya hal yang menjadi fokusku sekarang ini adalah untuk meningkatkan kultivasi.     

"Nanti, setelah aku menjadi jauh lebih kuat, maka orang-orang akan mendatangiku dengan sendirinya, tanpa harus menggunakan status sebagai sang Pangeran Mahkota."     

Zhang Ruochen selalu mencamkan itu baik-baik; bahwa dengan menjadi kuat, maka ia bisa menguasai dunia. Kalau ia meminta bantuan dari orang lain, maka di sana akan selalu timbul masalah.     

Lelaki itu sangat jarang memperlihatkan kekhawatirannya, tapi malam ini adalah hari yang spesial. Sebab, wanita yang berada di sebelahnya sangat dekat dengan dirinya. Oleh karena itu, tidak ada ruginya untuk mengatakan apa yang sedang dipikirkan.     

Zhang Ruochen dan Huang Yanchen berhenti mendiskusikan dunia. Sebaliknya, mereka mulai bicara tentang peristiwa-peristiwa terbaru.     

Zhang Ruochen juga sempat menanyakan kondisi ibunya. Setelah mengetahui bahwa ibunya baik-baik saja, maka lelaki itu pun merasa lega.     

Malam semakin larut. Bunga-bunga salju pun berguguran semakin lebat.     

Zhang Ruochen dan Huang Yanchen sedang menikmati wine dan saling bersandar satu sama lain. Bila sudah seperti itu, maka mereka tidak akan lagi kedinginan.     

Di momen setengah mabuk itu, samar-samar gambaran mengenai Kong Lanyou muncul di dalam benak Zhang Ruochen.     

Hari ini adalah malam Tahun Baru. Apa dia masih berada di Pemakaman Kerajaan? Apa dia sendirian di sana? Apa dia merasa kesepian?     

"Yanchen, aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat."     

Zhang Ruochen membantu Huang Yanchen – yang juga setengah mabuk – untuk bangkit berdiri, namun kedua mata lelaki itu terpaku ke arah Pemakaman Kerajaan. Tidak peduli Kong Lanyou akan memperlakukannya seperti apa, namun wanita itu masihlah merupakan sepupunya. Jadi, sebagai yang lebih tua, bukankah Zhang Ruochen yang harus lebih mengalah?     

Beberapa hal memang harus dihadapi.     

"Kita akan pergi kemana?" tanya Huang Yanchen dengan tatapan sayu.     

Kali ini, wanita itu sama sekali tidak terlihat dingin. Sebaliknya, ia terlihat seperti seorang gadis yang sedang mabuk, sambil mengikuti langkah Zhang Ruochen menuruni menara.     

"Kau akan paham setelah kita sampai di sana," kata Zhang Ruochen.     

Ketika mereka sudah berada di dasar menara, saat itu Zhang Ruochen mencium aroma daging panggang yang cukup memikat. Aroma semacam itu pasti berasal dari makanan yang sangat lezat.     

Crackle, pop.     

Di kejauhan, di sana terdapat api unggun raksasa. Pelayan wanita – Qing Mo – sedang membakar daging binatang buas sepanjang 7 meter. Daging itu telah berwarna keemasan, dan mengeluarkan aroma sedap yang menguar di seluruh Gunung Kongyue.     

Kelinci Rakus dan Monster Kera sama-sama memiliki Chi iblis. Mereka sedang duduk manis di belakang Qing Mo, sambil meneteskan air liur, dan terlihat seperti para anak kucing yang sedang kelaparan.     

"Saudari Qing Mo, berapa lama lagi matangnya?" Kelinci Rakus benar-benar merasa kelaparan, hingga ia sudah tidak sabar lagi untuk menanyakannya. Kedua matanya tampak melotot, dengan tangannya yang terus menggali tanah di hadapannya.     

Monster Kera juga sedang menatap Qing Mo dengan penuh damba.     

Saat itu, Qing Mo mengerucutkan bibirnya dan menghina mereka, "Kalian berdua sudah makan terlalu banyak. Kalian sudah makan empat binatang buas, dan sekarang masih merasa lapar? Terutama kau, Guoguo. Kau itu sangat kecil. Tapi kenapa nafsu makanmu sangat besar?"     

Saat itu, si Kelinci Rakus mulai mengelus pipi bulatnya sendiri di samping Qing Mo. "Semua itu karena daging barbeque olahan Saudari Qing Mo adalah yang terbaik. Kau benar-benar melampaui level Lord Blackie dan Lord Chen dalam hal memasak."     

Qing Mo mulai mengetuk kepala si Kelinci Rakus. "Baiklah, sudah matang. Kau boleh memakannya sekarang!"     

Zhang Ruochen berjalan mendekat, sekaligus merasa penasaran dengan daging yang dipanggang oleh Qing Mo. Aroma daging itu benar-benar menggugah selera. Bahkan, meski Zhang Ruochen tidak perlu memakan sesuatu yang semacam itu, namun nafsu makannya benar-benar telah tergugah.     

Akan tetapi, sesaat setelah Qing Mo mempersilahkan mereka berdua, maka seketika itu pula Kelinci Rakus dan Monster Kera langsung melompat ke atas api unggun. Mereka berdua langsung bertarung satu sama lain dan mulai mengunyah daging itu dengan beringas. Maka dari itu, hanya dalam hitungan detik, maka binatang buas – sebesar itu – langsung habis. Bahkan, tidak ada satupun satu tulang-belulang yang tersisa.     

Kelinci Rakus sedang mengelus perut bulatnya. "Saudari Qing Mo, kau benar-benar memiliki tangan yang berbakat. Masakan itu bukan hanya nikmat, tapi juga mengandung obat-obatan spiritual yang dapat meningkatkan kultivasi."     

Qing Mo benar-benar tidak tahan dengan betapa rakusnya si Kelinci Rakus. Akan tetapi, ia hanya menutupi senyumannya dengan menggunakan tangan, sebelum akhirnya melihat Zhang Ruochen dan Huang Yanchen – yang sudah turun dari menara. Maka dari itu, sang pelayan wanita pun langsung membungkuk ke arah mereka berdua. "Salam, Putri dan Lord Zhang."     

Mendengar itu, maka Kelinci Rakus dan Monster Kera pun sama-sama merasa cemas. Mereka khawatir bila Zhang Ruochen akan "memberi pelajaran" kepada mereka berdua. Maka dari itu, mereka berpura-pura tidak terjadi apa-apa di sana. Lalu, setelah melompat bangkit, maka kedua binatang buas itu segera pergi dari sana. Mereka pun mulai berpatroli di sekitar gunung, sambil memasang ekspresi beringas.     

"Lord Chen telah mengutusku untuk berpatroli di sekitar gunung," Kelinci Rakus mulai bersenandung, sambil berjalan dan berpatroli. "Setelah aku berpatroli di sisi timur, maka aku akan memeriksa keadaan di sisi barat."     

Melihat semua itu, Zhang Ruochen hanya bisa menggelengkan kepala dan mendesah. Blackie benar-benar telah mempengaruhi kedua binatang buas tersebut. Bagaimana tidak, kian hari, kedua binatang buas itu semakin tidak masuk akal.     

Pada akhirnya, Zhang Ruochen tidak "memberi pelajaran" kepada mereka. Sebaliknya, ia memimpin Huang Yanchen, Qing Mo, Kelinci Rakus, dan Monster Kera untuk pergi dari Gunung Kongyue, dan bergegas menuju ke Pemakaman Kerajaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.