Kaisar Dewa

Kuil Sikong Zen



Kuil Sikong Zen

1Wilayah Pusat adalah tempat yang luas dengan populasi penduduk yang besar. Terdapat banyak pegunungan terkenal, peninggalan-peninggalan kuno, dan spiritual meridian yang terkonsentrasi di wilayah ini. Semua kombinasi itu akhirnya melahirkan banyak gunung suci dan tempat yang mirip seperti surga.      2

36 county di Yuan Mansion terletak di jantung Negara Tiantai. Tempat itu menjadi pemisah atas wilayah utara dan selatan, hingga akhirnya banyak Energi Chi yang terkumpul di sana. Secara natural, terdapat banyak klan dan keluarga-keluarga kuno yang lahir di tempat ini.     

Zhang Ruochen dan Kelinci Rakus telah bergerak semalaman dan tiba di bawah kaki gunung, suatu tempat dengan konsentrasi Energi Chi yang padat.     

Gunung ini berbentuk seperti lembu yang sedang tidur. Selain beberapa puncak pegunungan yang relatif lebih pipih, di sana juga terdapat beberapa puncak gunung yang menjulang tinggi, hingga terlihat seperti tanduk.     

Sekarang ini adalah tengah malam, namun Zhang Ruochen masih dapat mendengar mantra-mantra Buddha yang dirapalkan dari gua-gua di sekitar gunung. Ketika mendongak ke atas, maka ia bisa melihat berkas-berkas cahaya di tengah gunung tersebut. Cahaya-cahaya itu terlihat seperti lilin di tengah badai angin. Di waktu yang bersamaan, semua itu terlihat seperti cahaya spiritual yang seolah tidak mungkin padam.     

"Lord Chen, Energi Chi di tempat ini setidaknya enam atau tujuh kali lebih padat daripada yang terdapat di tempat lain," kata Kelinci Rakus.     

Kekuatan Batin Zhang Ruochen sangat kuat, hingga membuatnya cukup ahli dalam mengobservasi Energi Chi di sekitarnya. Jadi, Zhang Ruochen juga telah memahami situasi di sekitarnya.     

Lelaki itu menemukan golden spiritual meridian yang mengalir di bawah tanah. Spritual meridian itu terus mengalir dan bergerak seperti naga. Akibatnya, permukaan tanah di atasnya menjadi penuh dengan Energi Chi, hingga menumbuhkan berbagai macam jenis tanaman.     

Biasanya, tempat istimewa semacam itu selalu dikuasai oleh beberapa keluarga Biksu tangguh di Yuan Mansion. Namun, kenapa tempat ini seperti tidak terurus?     

Zhang Ruochen melihat ke arah kiri. Kemudian, ia menemukan tablet batu di balik tumpukan ranting dan dedaunan yang layu.     

Di sana, terdapat tiga kata: Kuil Sikong Zen.     

Kata-kata itu memancarkan nuansa antik yang penuh dengan kekuatan Buddha. Setelah melihat itu, maka Chi Suci di dalam tubuh Zhang Ruochen seakan mulai bergemuruh.     

"Tampaknya, terdapat sebuah kuil di gunung tersebut. Kita bisa tinggal di sana selama beberapa hari, sambil menunggu kabar terbaru mengenai pertempuran di antara Prison Guardian melawan Immortal Vampir."     

Zhang Ruochen memasukkan Pedang Taotian dan Pedang Kuno Abyss ke dalam Cincin Ruang. Setelah itu, ia berjalan ke tengah gunung.     

Setelah melewati hutan oak kuno, maka lelaki itu segera mencapai ujung jalan dan melihat sebuah Kuil Zen dengan warna abu-abu gelap. Di dalam kuil tersebut, terdapat lampu minyak yang menyala. Ketika Zhang Ruochen masuk ke bagian dalam kuil, maka seketika itu pula suara rapalan mantranya langsung berhenti.     

Thud, thud.     

Zhang Ruochen menggenggam cincin berkarat di gerbang tersebut dan mulai mengetuknya. Beberapa saat kemudian, gerbang itu pun terbuka.     

Sosok yang membuka gerbang itu adalah seorang biksu kurus muda. Pria itu memiliki hidung panjang dan kulit yang sangat gelap. Pria itu terlihat seperti pusat pusaran angin. Jika bukan karena warna putih di matanya, maka jubah Buddhist yang dikenakan seolah sedang melayang di udara.     

Sebelum-sebelumnya, Zhang Ruochen tidak pernah menyaksikan sosok segelap ini.     

Pada saat itu, ia mengatupkan kedua tangannya ke arah depan dan menggumamkan Mantra Buddha. Setelah itu, ia berusaha untuk mengatur gaya bicaranya agar terlihat tenang. "Master, saya ingin berlindung di dalam kuil Anda selama beberapa hari. Saya membawa beberapa uang untuk dupa. Tolong terima ini."     

Setelah itu, Zhang Ruochen mengeluarkan sebuah Batu Suci dan memberikannya kepada biksu tersebut.     

Sebuah Batu Suci adalah benda yang sangat berharga, bahkan bagi seorang Setengah-Biksu. Meski seseorang dapat mengacuhkan nilai Batu Suci, namun Chi Suci yang terkandung di dalamnya masih menyimpan godaan yang teramat besar bagi seorang pertapa.     

Sebenarnya, Zhang Ruochen mengeluarkan Batu Suci itu sebagai ujian. Apalagi, Kuil Sikong Zen adalah tempat yang penuh dengan Energi Chi. Maka dari itu, kalau sampai seorang pertapa tidak mau menerimanya, maka itu akan terlihat aneh.     

Biksu itu mengamati Batu Suci di tangan Zhang Ruochen. Di waktu yang bersamaan, kedua matanya terlihat terkejut, namun ia cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Sebelumnya, master saya pernah bilang kalau kami tidak boleh menerima hadiah yang mahal dari para tamu."     

Tepat setelah itu, terdengar suara langkah kaki di kuil tersebut.     

"Saudara Junior Kedua, siapa itu? Apa yang sedang kalian bicarakan?"     

Terdapat biksu gemuk, pendek, pucat, yang tiba-tiba membuka gerbang tersebut. Lalu, dengan kedua tangan di belakang pinggulnya, saat itu ia berjalan keluar dan mengamati biksu gelap tersebut.     

Biksu putih dan biksu gelap itu benar-benar menciptakan kontras yang tajam. Sebab, kulit sang biksu gemuk sangat putih, bahkan jubah Buddhist-nya sampai kalah putih kalau harus diperbandingkan.     

"Kakak saudara," kata biksu gelap tersebut. "Ada tamu yang ingin menginap di kuil kita dan memberi uang dupa. Bagaimana menurutmu..."     

"Tidak, tidak. Kamar kita sudah penuh. Katakan kepadanya untuk pergi ke tempat lain... tunggu sebentar, uang dupa..."     

Biksu putih itu akhirnya baru sempat memproses segala sesuatunya. Setelah itu, kedua matanya bersinar cerah dan ia cepat-cepat berbalik. Lalu, sambil mengatupkan kedua tangannya ke arah depan, maka ia membungkuk dengan sopan ke arah Zhang Ruochen. "Amitabha."     

Kemudian, ia mengangkat tangan gemuk, putih, dan lembutnya untuk mengambil Batu Suci dari tangan Zhang Ruochen.     

"Haha! Kuil kami tidak memiliki apa-apa selain banyak kamar yang kosong. Tuan yang baik, julukan Buddhist saya adalah Sikong One. Ini adalah saudara junior saya. Dia Sikong Two."     

Biksu putih yang bernama Sikong One mulai mengamati Batu Suci-nya lekat-lekat. Bahkan, wajah gemuknya tampak berkedut-kedut. Hal ini mengindikasikan bahwa ia sedang merasa terkejut.     

Pemuda ini benar-benar mengeluarkan sebuah Batu Suci untuk membayar dupa. Sebenarnya, seperti apa latar belakangnya?     

Zhang Ruochen seakan paham dengan ekspresi kedua biksu tersebut. Setelahnya, ia tersenyum ramah dan sedikit membungkuk kepada mereka.     

"Kakak saudara, kita tidak bisa menerima tamu yang tak jelas asal usulnya. Hal itu akan melanggar aturan," kata Sikong Two. "Apa kau sudah lupa ketika kau menerima wanita tua berambut putih kemarin dan pagi ini. Dia telah menampar seorang pria yang hendak mendekatinya dan mengubahnya menjadi debu? Selain itu, kita hanya memiliki empat orang biksu di dalam kuil. Bagaimana kita bisa melayani tamu-tamu ini?"     

Sikong One menghela nafasnya dan berkata ramah, "Kuil ini selalu terbuka bagi siapapun yang hendak berkultivasi. Saudara junior, pemikiranmu terlalu sempit, dan sebaiknya kau segera mencari tantangan lain. Sebelumnya, master memintaku untuk mentranskrip 10 scroll Mahabharata yang dapat mengembangkan pengetahuanku. Tampaknya, kau membutuhkan lebih banyak pengetahuan daripada diriku. Kertas dan kuas sudah ada di perpustakaan. Aku sudah mempersiapkannya untukmu. Kau bisa pergi ke sana!"     

Sikong Two adalah sosok yang sangat sederhana. Jadi, setelah mendengar hal itu, maka ia langsung menyadari bahwa mungkin memang benar kalau pemikirannya terlampau sempit. Oleh karena itulah, ia segera pergi menuju ke perpustakaan.     

Sambil mengamati punggung Sikong Two, saat itu Sikong One menambahkan, "Setelah mentranskripnya, jangan lupa untuk menunjukkannya kepadaku, supaya aku bisa memeriksa hasilnya." Setelah mengatakan itu, maka Sikong One langsung memutar badannya dan tersenyum ramah. "Tuan, mari lewat sini."     

"Baik," kata Zhang Ruochen.     

Di bawah bimbingan Sikong One, Zhang Ruochen akhirnya berjalan masuk ke dalam kuil.     

Kuil itu sangat tenang. Terdapat sungai yang mengalir di bawah jembatan bambu. Pagoda kayu tampak seperti tempat Buddha dan para dewa.     

Terdapat patung batu setinggi 30 kaki di tengah kuil tersebut. Patung itu tidak terlalu tinggi, namun seakan mampu memenuhi ruangan tersebut. Jadi, seseorang bisa merasakan tekanan yang besar ketika sedang berjalan di bawahnya. Kalau mereka adalah orang biasa, kemungkinan besar mereka pasti telah berlutut dan menyembahnya.     

Zhang Ruochen mengamati patung tersebut. Saat itu, tiba-tiba jantungnya seakan hendak melompat, hingga ia tidak tahan lagi untuk berkata, "Kaisar Buddha."     

Patung batu itu sangat mirip dengan Kaisar Buddha, salah satu di antara sembilan kaisar pada masa 800 tahun silam. Yang jelas, lelaki itu sama sekali tidak menyangka kalau ternyata ada orang-orang yang menyembah Kaisar Buddha di tempat ini.     

Sikong One – yang berjalan di depan – tiba-tiba membalikkan badan dan bertanya, "Tuan, apa yang Anda bicarakan?"     

Zhang Ruochen mempelajari ekspresi Sikong One dan menyadari bahwa pria itu memang terlihat seperti tidak sempat mendengar apa-apa. Oleh karena itulah, ia tidak menjelaskan apa-apa. Jadi, ia hanya menggelengkan kepalanya dan terkekeh. "Bukan apa-apa, saya hanya sedang merasa takjub. Kuil Sikong Zen ternyata adalah tempat Buddhist yang damai."     

Mendengar itu, maka Sikong One pun tersenyum. "Tentu saja. Kuil Sikong Zen telah dibangun sejak 800 tahun silam, namun tempat ini masih tersembunyi di kedalaman gunung. Selama ini, kami terpisah dengan dunia. Jadi, secara natural, tempat ini sangat damai."     

Zhang Ruochen tidak mengomentarinya dan hanya mengangguk, sambil tersenyum tipis.     

Sikong One membawa Zhang Ruochen ke ruangan yang relatif terbuka, sebelum akhirnya berkata, "Tuan, Anda bisa tinggal di sini sepuasnya. Selain itu, kami bisa memastikan kalau Anda tidak akan pernah kelaparan. Haha!"     

Pria itu menutup pintunya, lalu langkah kakinya terdengar semakin menjauh. Kemudian, Zhang Ruochen menyentuh ranjang kayu oak dengan lembut. Di ranjang itu, lelaki tersebut sama sekali tidak menemukan debu. Yang jelas, tempat ini sangat sederhana, namun juga sangat bersih.     

Zhang Ruochen hanya ingin menemukan tempat persembunyian dan melarikan diri dari kejaran Immortal Vampir. Yang jelas, ia tidak menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan patung batu Kaisar Buddha di sebuah kuil di gunung terpencil.     

Ketika Permaisuri Chi Yao memimpin tentaranya menuju ke Wilayah Barat, saat itu dia pernah berperang melawan Kaisar Buddha dan seluruh Sekte Buddha. Pada akhirnya, sang Permaisuri yang sangat kuat berhasil mengalahkan Kaisar Buddha.     

Sejak saat itu, tidak ada kuil manapun di Daratan Kunlun yang berani menyembah Kaisar Buddha, karena mereka takut membuat sang Permaisuri dan istana kekaisaran marah. Sebab, mereka semua bisa dianggap sebagai para penghianat. Jika sudah demikian, maka keluarga mereka pasti akan disapu bersih.     

"Ini sangat aneh," Zhang Ruochen bergumam kepada dirinya sendiri.     

Setelah itu, ia melepaskan Kekuatan Batin-nya dan mengubahnya menjadi ribuan berkas cahaya. kemudian, ia mulai menginvestigasi seluruh kuil tersebut.     

Setelah beberapa saat, Kekuatan Batin-nya menemukan sebuah formasi taktis di ruangan sebelah. Namun, formasi taktis itu tidak terlalu kuat. Jadi, Kekuatan Batin Zhang Ruochen berhasil menembus kamar sebelah, hingga ia pun dapat mendengar percakapan tiga orang di dalamnya.     

"Kakak keempat, kau tidak perlu menghentikanku. Sekarang juga, aku akan membunuh pelacur itu dan membalaskan dendam Saudara Pertama."     

Seorang pria berotot dengan luka di bahu kanannya mulai mengambil pedang besarnya dan hendak pergi dari sana.     

"Saudara ketiga, kau harus tenang," seorang pemuda berkata sabar. "Tingkat kultivasi wanita itu sangat kuat. Kita tidak akan bisa menghadapinya. Aku sudah melaporkan penemuan kita mengenai tempat ini kepada pihak Menteri Peperangan. Jadi, kurasa mereka akan segera mengirimkan para figur tangguh ke tempat ini. Setelah itu, kita bisa menghadapi wanita tersebut."     

"Aku tidak bisa menunggu selama itu. Kalau kau tidak mau membalaskan dendam, maka aku akan melakukannya sendiri."     

Sosok pria berotot segera keluar dari formasi taktis dan bergerak menuju pintu. Setelah itu, ia mengangkat pedang besarnya dan terbang ke lantai kedua. Beberapa saat kemudian, ia menebaskan pedangnya ke salah satu pintu ruangan.     

Tepat ketika ia mengangkat pedangnya, saat itu tekanan yang besar mulai menyembur dari dalam ruangan tersebut. Hal itu tampak seperti hembusan angin dingin yang menerbangkan si pria berotot. Kemudian, pria berotot itu langsung hancur begitu saja layaknya terbuat dari pasir. Pada akhirnya, tidak ada satu tulang-belulang pun yang tersisa.     

Pria itu benar-benar langsung berubah menjadi debu.     

Pria berotot itu bukanlah sosok yang lemah. Setidaknya, ia telah berada di Perubahan Ketiga dari Alam Fish-dragon. Maka dari itu, hal ini menjadi penegasan bahwa wanita yang berada di lantai kedua pasti merupakan sosok yang sangat berbahaya.     

Zhang Ruochen mulai menggunakan Kekuatan Batin-nya untuk menginvestigasi hal tersebut.     

Namun, sesaat setelah Kekuatan Batin-nya menjangkau ruangan tersebut, maka seketika itu pula kekuatannya langsung hancur. Bahkan, meski ia menggunakan Mata Heavenly untuk memindai dinding kayu tersebut, namun ia hanya dapat menyaksikan kabut putih. Jadi, lelaki itu sama sekali tidak bisa melihat apa-apa.     

Kuat sekali.     

Zhang Ruochen merasa terkejut. Yang jelas, ia tidak pernah menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan sosok setangguh itu di tempat semacam ini.     

Sementara itu, Kelinci Rakus sedang mengeluarkan kepala berbulunya dari balik saku Zhang Ruochen. "Lord Chen, orang-orang itu berasal dari Menteri Peperangan. Berdasarkan pada apa yang mereka katakan, maka beberapa figur tangguh dari Menteri Peperangan pasti akan bergegas kemari. Jadi, kita sudah tidak bisa berada di tempat ini. Kita harus pergi dari sini secepat mungkin."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.