Kaisar Dewa

Pagi yang Damai



Pagi yang Damai

0Sebelum Pilar Black Divine itu sempat mendarat, maka pilar itu sudah lebih dulu dihancurkan sampai berkeping-keping dengan suara "boom".      3

Di waktu yang bersamaan, Kong Lanyou terbang dari balik serpihan pilar tersebut dan melesat ke arah King Zhongying. Wanita itu sedang disemuliti oleh cahaya suci – tujuh warna – layaknya seorang Dewi Merak yang sangat menakjubkan.     

Dalam setiap langkahnya, maka wanita itu akan melintasi jarak puluhan kilometer. Yang jelas, ketetapan langit dan bumi telah berubah menjadi sangat kecil ketika berada di bawah langkah kakinya.     

"Bagaimana mungkin?" Kong Zhongying benar-benar kesulitan untuk mempercayai hal tersebut.     

Bagaimanapun juga, Universe Divine-Stele Palm selalu menjadi teknik andalan King Zhongying, yang bahkan selalu mampu menghancurkan semua musuh-musuhnya.     

Jadi, bagaimana mungkin teknik itu dapat dihancurkan dengan begitu mudah?     

Di tempat lain, Kong Lanyou sama sekali tidak ingin membiarkan King Zhongying sempat berpikir. Jadi, wanita itu segera mendekat dan menyerang dahi musuhnya dengan menggunakan satu jari.     

Terdapat tujuh cahaya brilian yang terkondensasi di ujung jarinya.     

Bahkan, gumpalan energi itu telah menyerap Energi Chi dalam radius 500 kilometer di sekitar, sampai mengguncang ketetapan langit dan bumi di sekitarnya.     

King Zhongying menggerakkan tangannya dan kembali mengaktifkan kekuatan Hundred Saint Blood Armor.     

Di belakangnya, terdapat 100 bayangan Biksu yang sedang mengangkat tangannya masing-masing dan hendak menyerang Kong Lanyou.     

Fizz.     

Ujung jari Kong Lanyou akhirnya menembus pukulan King Zhongying.     

Setelah itu, wanita tersebut mengubah serangan jarinya menjadi pukulan, sambil melayangkan tiga kali pukulan berturut-turut pada bagian tangan, dada, dan kepala kiri lawannya.     

Bang!     

Bang!     

Bang!     

Setelah dihantam tiga kali, maka separuh Chi Darah di dalam tubuh King Zhongying langsung menghilang. Jadi, tubuhnya mengalami kerusakan, dengan leher yang hancur, serta darah yang menyembur keluar dari mulutnya. Vampir itu pun terhempas ke sisi kanan.     

Api Merak yang terkandung di dalam pukulan Kong Lanyou telah membakar tubuh King Zhongying. Jadi, tidak peduli sekeras apapun King Zhongying berusaha menepisnya, namun ia masih akan tetap terbakar.     

Jadi, tubuhnya mulai meleleh seperti besi yang telah dipanaskan.     

King Zhongying menyadari perbedaan kekuatan di antara dirinya dan Kong Lanyou, hingga ia pun tidak berani lagi melanjutkan pertarungan. Maka dari itu, ia mendarat di atas White Bone Altar, lalu membawanya terbang menuju ke Pemakaman Pedang Pluto.     

Hanya dalam satu kedipan mata, maka King Zhongying sudah menghilang di ujung horizon.     

Bagaimanapun juga, hanya Kaisar Darah Qingtian yang sanggup mengeluarkan Api Merak dari dalam tubuhnya. Maka dari itu, ia harus kembali ke sana sesegera mungkin.     

Sementara itu, Kong Lanyou masih melayang-layang di udara, sambil mengamati arah pelarian King Zhongying. Saat itu, wanita tersebut tidak bermaksud untuk menghentikannya.     

Wanita itu sengaja melepaskannya begitu saja.     

"Paling tidak, Kaisar Darah Qingtian akan menghabiskan 20% kekuatannya untuk menyingkirkan Api Merak di dalam tubuh King Zhongying."     

Setelahnya, wanita itu menatap bawah dan menoleh ke arah Yintuolo. "Master, apa kita akan pergi ke Pemakaman Pedang Pluto?"     

Yintuolo mengamati situasi di sekitarnya – tempatnya kini telah berubah menjadi lautan api akibat pertempuran tersebut. Setelah itu, ia segera menghela nafasnya, "Kita tidak bisa membiarkan mereka melepaskan para penghuni Underground Spirit Prison. Sebab, jika sampai dibiarkan, maka mereka akan menghancurkan seluruh umat manusia."     

"Sekarang ini, karena api peperangan telah tersulut di Kuil Sikong Zen, kurasa aku sudah tidak bisa lagi bersembunyi dari urusan duniawi."     

"Kalau begitu, ayo kita berangkat! Mari kita temui Kaisar Darah Qingtian dan menjajal kemampuannya setelah berkultivasi selama 800 tahun."     

Kong Lanyou melirik Zhang Ruochen, sebelum akhirnya mengambil satu langkah ke depan. Pada saat itu, wanita tersebut tampak seperti baru saja menembus portal langit dan bumi. Bagaimana tidak, saat wanita itu mendaratkan langkah kakinya, maka seketika itu pula ia sudah berada di Pemakaman Pedang Pluto.     

Hal yang sama juga berlaku kepada Yintuolo. Jadi, hanya Zhang Ruochen, Sikong One, Sikong Two dan Sikong Kecil yang masih berada di Kuil Sikong Zen.     

"Karena si Lanyou dan Master Yintuolo telah pergi ke Pemakaman Pedang Pluto, bersama dengan beberapa pasukan dari istana kekaisaran yang ada di sana, kurasa Underground Spirit Prison akan menjadi jauh lebih aman," pikir Zhang Ruochen.     

Bagaimanapun juga, Immortal Vampir adalah musuh bebuyutan seluruh umat manusia, dan tidak ada satupun dari mereka yang rela kalau Pluto sampai dilepaskan.     

"Uh! Di mana Pangeran Kedua Immortal Vampir?"     

Sikong Two menggaruk kepala plontosnya.     

Zhang Ruochen mulai mengamati sekitar, namun ia tidak bisa menemukan Pangeran Kedua.     

"Apa mungkin dia telah melarikan diri di tengah situasi yang kacau? Atau, mungkin dia telah mati karena ledakan pertempuran para Biksu?"     

Meski begitu, Zhang Ruochen tidak terlalu menghiraukannya, dan ia hanya cepat-cepat duduk bersila. Kemudian, ia segera menenggak Darah Suci Xuanwu dan menggenggam Batu Suci di setiap tangannya dan kembali mengisi Chi Suci di dalam tubuhnya.     

Setelah seharian penuh, maka kondisi Zhang Ruochen telah pulih di kisaran angka 70%-80%.     

Kala itu, ia bangkit berdiri sambil merilekskan otot-otot dan persendiannya. Lelaki itu sedang berada di tengah gunung, sambil mengamati tempat yang berada di bawahnya.     

Hutan di pegunungan yang sebelumnya terlihat asri dan hijau, kini benar-benar telah berubah menjadi tanah yang tandus. Terdapat banyak titik-titik api yang masih menyala, hingga membakar apa-apa di sekitarnya dan mengubahnya menjadi magma.     

Sementara itu, terdapat aroma masakan yang menguar dari Kuil Sikong Zen.     

Zhang Ruochen mendongak dan pergi ke ruang makan di kuil tersebut, sambil mengikuti aroma masakannya.     

Sikong One, Sikong Two dan Sikong Kecil – yang berusia sekitar 3-4 tahunan – sedang duduk di tiga sisi meja berwarna coklat kekuningan. Mereka bertiga sedang makan.     

Terdapat bubur jagung, roti kukus, sup rebung dan beberapa buah-buahan hijau. Meski tidak ada daging di sana, namun aroma masakan itu masih tetap menggoda.     

Setelah peperangan itu usai, maka area seluas 500 meter di luar Kuil Sikong Zen telah berubah menjadi berwarna merah api. Jadi, mereka bertiga terlihat luar biasa - ketika masih sanggup makan dan tidur dengan nyenyak di dalam sana - seakan tidak ada sesuatu yang terjadi.     

Sikong One menyadari bahwa Zhang Ruochen baru saja masuk ke dalam sana, lalu ia segera meletakkan mangkuknya sendiri dan langsung menggebrak meja itu keras-keras. Di waktu yang bersamaan, ia berteriak kencang, "Saudara Junior Kedua, lihat caramu makan! Bahkan kau lebih mirip seperti pengemis dan bukannya seorang Buddhist. Apa kau tidak lihat jika Tuan Zhang baru saja masuk? Cepat ambilkan satu mangkuk nasi untuknya!"     

"Oh!"     

Sikong Two langsung menaruh mangkuknya di atas meja dan cepat-cepat berlari ke arah dapur.     

Sikong One tersenyum ke arah Zhang Ruochen dengan wajah bulatnya. "Saudara Junior Kedua memang masih terlampau muda dan tidak tahu apa-apa. Tuan Zhang, tolong jangan marah terhadapnya. Mari duduk, silahkan duduk. Di Kuil Sikong Zen, maka kita selalu menyediakan makanan yang cukup."     

Zhang Ruochen berjalan ke arah meja dan segera mengambil tempat duduk di dekat di jendela. Saat itu, ia mengamati Pagoda Buddha dan bunga-bunga merah yang bermekaran di luar jendela. Ajaibnya, seketika itu pikirannya langsung terasa damai.     

Sungguh, Kuil Sikong Zen adalah tempat yang damai. Sialnya, kedatangannya ke tempat ini telah menghancurkan kedamaian tersebut. Zhang Ruochen benar-benar merasa malu.     

Saat menyadari hal tersebut, maka Zhang Ruochen pun segera menghela nafasnya.     

"Untuk apa kau menghela nafas?"     

Terdengar suara yang merdu dan lembut dari arah seberangnya. Suara itu terdengar sama merdunya seperti ricik air yang membentur bebatuan sungai, atau semilir angin di kala bulan purnama.     

Zhang Ruochen mencari sumber suara dan menemukan seorang wanita cantik berambut putih sedang duduk di seberangnya. Tidak ada yang tahu sejak kapan wanita tersebut duduk di situ.     

Seketika itu juga, Zhang Ruochen langsung menoleh ke arah kanannya, dan menemukan sosok biksu tua yang sedang duduk di tengah Sikong One dan Sikong Kecil. Sang biksu tua tiba-tiba ada di sana, namun ia masih duduk dengan damai di kursi makan tersebut, seakan telah duduk di sana sedari tadi.     

Faktanya, Kong Lanyou dan Master Yintuolo baru saja kembali ke Kuil Sikong Zen.     

Kala itu, Zhang Ruochen segera bertanya, "Kong...Senior, apa Immortal Vampir telah mundur dari Pemakaman Pedang Pluto? Bagaimana hasilnya?"     

"Jawab dulu pertanyaanku."     

Mata cantik Kong Lanyou sedang menatap Zhang Ruochen lekat-lekat bagaikan dua buah permata, seakan wanita itu ingin memindai lelaki tersebut.     

Zhang Ruochen menggigit bibirnya sendiri dan berusaha bersikap tenang. Kemudian, ia menuding ke arah bunga-bunga merah di sisi luar jendela dan berkata, "Lihatlah, kehidupan ini sangat indah. Tapi sayang, kita telah menghancurkannya. Bukankah wajar kalau saya menghela nafas?"     

Kong Lanyou menggelengkan kepalanya pelan, lalu berkata, "Tidak, tidak benar."     

"Tidak benar?" tanyanya.     

Kong Lanyou terus menggelengkan kepalanya dan sama sekali tidak berkedip. "Sebagai orang biasa, seharusnya kau tidak akan sanggup bersikap setenang ini. Sebab, ketika aku sedang duduk di hadapan orang-orang biasa, maka mereka pasti akan ketakutan dan segera membungkuk di hadapanku, sambil berlutut di tanah. Tapi, kau sama sekali tidak melakukannya."     

Zhang Ruochen masih bersikap tenang, dan mulai mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. "Apa Anda ingin melihat saya melakukannya?"     

"Tentu saja tidak."     

Kong Lanyou kembali berkata, "Kau sedang berusaha menyembunyikan identitasmu dariku. Bahkan, aku sendiri masih belum sanggup mencari celah kelemahanmu. Jadi, sebelum kami kembali kemari, aku sudah bilang kepada Master Yintuolo dan ingin melihat reaksi naturalmu."     

"Apa Anda mendapatkan hasil khusus? Kira-kira seperti apa saya?" suara Zhang Ruochen terdengar sedikit bergetar.     

Selama ini, Zhang Ruochen telah bekerja keras untuk menyembunyikan identitasnya.     

Bahkan, ia sendiri juga kadang-kadang lupa terkait – seperti apa dirinya yang dulu.     

Kedua mata Kong Lanyou masih terlihat berwarna merah. "Aku bisa melihat kesedihan, kekhawatiran, dan kesepian di dalam dirimu. Mestinya, kau tidak akan punya perasaan semacam itu jika kau belum pernah mengalami banyak asam-garam kehidupan."     

Zhang Ruochen hanya duduk di sana dalam diam. Kini, ia tidak berani lagi menatap Kong Lanyou.     

Sebenarnya, ia ingin mengatakan segala sesuatunya kepada Kong Lanyou saat itu juga, namun, beberapa perasaan negatif muncul di dalam benaknya, hingga membuatnya mengurungkan niat untuk membongkar identitas tersebut.     

"Nama keluarga Sacred Central Crypt adalah Kong, dan bukannya Zhang."     

"Ketika Keluarga Kong mengambil alih pemerintahan Pusat Kekaisaran Suci di masa lampu, saat itu mereka tidak menyerahkan pemerintahannya kepada ahli waris Keluarga Zhang.'     

"Jadi, apa kata-kata wanita ini dapat dipercaya?"     

…     

Suara-suara itu terdengar seperti mantra iblis yang menghantui benak Zhang Ruochen, bersamaan dengan beberapa peristiwa berdarah di baliknya. Akibatnya, kombinasi keduanya membuat Zhang Ruochen semakin yakin, untuk tidak membongkar identitasnya.     

"Tuan Zhang, makanan Anda."     

Sikong Two sedang membawa nampan kayu ke atas maju. Kemudian, ia meletakkan semangkuk bubur, sup rebung, dan tiga roti kukus, serta empat buah-buahan hijau di hadapan Zhang Ruochen.     

Sikong One berteriak dari arah lain, "Apa kau tidak lihat jika Master dan Senior Kong juga telah kembali? Ayo cepat ambil dua mangkuk lagi."     

"Baik."     

Sikong Two kembali berlari ke arah dapur, sambil membawa nampan kayunya.     

Zhang Ruochen mendesah pelan, sambil berusaha untuk menata ulang emosi dan obsesi-obsesi kebesarannya di masa lampau.     

Setelah kondisinya menjadi jauh lebih baik, maka ia segera menyeruput bubur tersebut, sambil menggenggamnya dengan kedua tangan.     

Sungguh manis dan menyegarkan. Lezat sekali!     

Tampaknya, Kong Lanyou mampu melihat kalau lelaki itu sedang berada di kondisi yang rentan, jadi ia tidak ingin lagi memberinya terlalu banyak tekanan.     

Jadi, pandangan matanya pun beralih ke arah roti kukus, lalu mencuilnya dengan jari-jari ramping, dan memasukkannya ke dalam mulut. Wanita itu mengunyah dalam diam, yang terlihat sangat elegan.     

Sebenarnya, baik Kong Lanyou maupun Zhang Ruochen, mereka berdua sudah tidak perlu makanan yang seperti itu. Jadi, apa yang mereka lakukan hanyalah untuk menghargai kebaikan Kuil Sikong Zen.     

Kemudian, Zhang Ruochen berpura-pura menatap Kong Lanyou dengan cara yang biasa.     

Wanita itu makan dengan cara yang sangat menyenangkan. Bibirnya sempurna dan mirip seperti bunga lotus, yang saling bersentuhan dengan perlahan. Ketika wanita itu makan, maka gigi putihnya akan selalu terlihat dari waktu ke waktu, dan setiap kali giginya terlihat, maka itu akan tampak seperti mutiara.     

Sekarang ini, wanita itu bukan terlihat seperti sang Elder Biksu dari Sacred Central Crypt, namun lebih kepada seorang gadis lugu pada masa 800 tahun silam.     

Rasa-rasanya, Zhang Ruochen seakan ditarik kembali pada masa itu. Masa itu adalah masa di mana mereka makan, mengambil kelas pagi, berlatih pedang, dan belajar bersama-sama.     

Zhang Ruochen selalu mengingat baik-baik berbagai macam kenangan tersebut, karena ia juga paham kalau dirinya tidak akan pernah bisa mengulang momen-momen tersebut.     

Jauh di dalam hati, lelaki itu ingin mengulang momen yang pernah terjadi di masa lampau. Chi Yao pasti akan mengambil roti kukus itu dari tangan Kong Lanyou, lalu memakannya sedikit, sebelum akhirnya meletakkan roti tersebut ke dalam mangkuk Zhang Ruochen. Setelah itu, Chi Yao pasti akan tertawa terbahak-bahak, "Lanyou, makanmu banyak sekali. Apa kau ingin menjadi gemuk? Sebaiknya kau membaginya dengan sepupumu. Biarkan dia makan lebih banyak."     

Tapi, momen itu tidak akan pernah terulang kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.