Kaisar Dewa

Membunuh Biksu



Membunuh Biksu

0Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, maka Zhang Ruochen segera mengirimkan Ruang Celah yang lain.      0

Sehingga, ruang di atas kepala King Xianlan mulai terbuka, dan menukik turun ke arah lawannya, sembari menelan apapun di hadapannya.     

King Xianlan mendongak ke atas untuk meliriknya sejenak, sebelum akhirnya mulai menimbang-nimbang.     

Bukannya menghadapi Ruang Celah yang datang, namun ia segera membelah tubuhnya menjadi tiga bagian dan bergerak mundur ke belakang.     

Akibatnya, Ruang Celah itu pun menghantam tanah, dan langsung menelan pasir dan batu-batu, hingga membuat permukaan tanahnya dipenuhi oleh kabut.     

Sembari mengikuti pergerakan tuannya, maka ketiga pedang itu langsung menukik tajam – memutar balik arah – dengan lekukan cahaya indah layaknya tiga buah komet yang mengarah menuju Zhang Ruochen.     

Zhang Ruochen masih berdiri menunggu tiga pedang itu, sembari mengencangkan pegangan tangannya pada Pedang Kuno Abyss. Setelah beberapa saat, maka ia berhasil menebak arah pergerakan ketiga pedang tersebut dan segera meredam kekuatannya dengan cepat.     

Kemudian, ia membenamkan tubuhnya ke depan dan langsung menebas kepala King Xianlan.     

"Gold Morning Sun."     

Ini adalah salah satu teknik pedang di dalam Nine-Life Sword Technique. Sehingga, Pedang Kuno Abyss mulai menyala terang – sambil mengeluarkan teriakan yang mengiris telinga – meskipun pemiliknya masih belum menguasai teknik itu dengan sempurna.     

"Berani-beraninya kau, sosok Setengah-Biksu lemah, menantang diriku? Satu seranganku pasti mampu membuatmu hidupmu sia-sia!"     

King Xianlan mendengus dan mulai mengepalkan tangannya erat-erat, sampai mengeluarkan suara gemeretak. Setelah itu, tinjunya segera diselimuti oleh kobaran api.     

Ketika kobaran api itu telah mencapai titik didihnya, maka seketika itu pula ia langsung mengirimkan tinju kepada Zhang Ruochen. Serangan penuh dengan cahaya merah darah segera membumbung tinggi ke langit, sembari melepaskan pusaran angin yang ganas.     

Seorang Biksu adalah orang-orang yang punya kemampuan untuk menyatukan diri mereka dengan alam, hingga ia dapat meminjam kekuatan alam untuk melayangkan serangan.     

Pada akhirnya, kedua serangan itu bertemu di satu titik. Dengan suara "boom" yang kencang, maka percik-percik api mulai menyebar di dua sisi.     

King Xianlan langsung terpental akibat pertemuan serangan tersebut, dengan kakinya yang tergelincir di atas tanah, hingga meninggalkan jejak lubang yang sangat panjang.     

Selain itu, ia juga bisa merasakan tangannya yang sakit.     

Sisik-sisik di tinjunya mulai mengelupas, sampai memperlihatkan luka yang dalam di punggung tangannya, yang juga meneteskan darah.     

Bagaimana mungkin sosok Biksu vampir dapat dilukai oleh Setengah-Biksu manusia?     

King Xianlan sedang menggenggam tangannya yang terluka. Lalu, dalam satu kedipan mata, maka luka-lukanya telah sembuh sempurna. Bahkan, sama sekali tidak ada bekas luka yang tersisa.     

"Begitulah kemampuan menyembuhkan diri yang dimiliki oleh Biksu vampir. Aku berani bertaruh bahwa dia masih mampu bertempur meski tangannya telah terpenggal."     

Zhang Ruochen tidak berani menurunkan tingkat kewaspadaannya.     

Tiba-tiba, King Xianlan mengecilkan dirinya sendiri hingga ratusan kali lipat lebih kecil daripada ukurannya semula. Di kejauhan, itu terlihat seperti kelelawar darah, namun dengan bentuk manusia.     

Immortal Vampir memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam mengubah bentuk tubuhnya, bahkan mereka juga mampu mengecilkannya sampai seperti serangga.     

Sama halnya dengan itu, mereka juga bisa membesarkan dirinya sampai ratusan kali lipat, hingga terlihat seperti raksasa.     

Bagaimanapun juga, ancaman terbesar yang ditakuti oleh King Xianlan adalah kekuatan ruangnya Zhang Ruochen. Jadi, itu bukan perkara teknik pedang atau kualitas fisiknya yang mumpuni.     

Oleh karena itu, ketika King Xianlan mengecilkan tubuhnya sendiri, maka kecepatannya akan berkali lipat lebih cepat, hingga ia mampu menghindar dari segala macam jenis kekuatan ruang.     

Tiga pedang saint telah dihempaskan oleh Zhang Ruochen dan tergeletak di tanah.     

King Xianlan sedang berdiri di salah satu pedangnya, sementara tubuhnya memancarkan Chi Darah. Meski ia telah menjadi lebih kecil, namun hal itu tidak berpengaruh pada kekuatannya.     

Lalu, ketika berhadapan dengan rentetan serangan yang dilancarkan oleh ketiga pedang tersebut, maka selama itu Zhang Ruochen dipaksa untuk terus bergerak mundur, sembari menghindar dari setiap serangannya.     

Terlepas dari kepiawaiannya dalam menghindari tusukan pedang, namun masih terdapat banyak luka goresan pedang pada bagian tangan dan pahanya.     

Suatu ketika, ada juga serangan fatal yang sempat mengarah pada kepalanya, namun ia masih berhasil menghindar dan hanya nyaris saja kehilangan lehernya. Meski begitu, Zhang Ruochen masih harus merelakan rambut panjangnya sedikit terpotong.     

King Xianlan mengambil kesempatan itu untuk melompat dari pedangnya, sembari melayangkan pukulan ke arah jantung Zhang Ruochen, tepat ketika lelaki itu masih sibuk untuk menghindari serangan pedangnya.     

Zhang Ruochen merespon serangan itu dengan melayangkan pukulan – yang mengeluarkan suara auman naga.     

Kali ini, lelaki itu tidak mampu bertahan dari pukulan King Xianlan, hingga ia sampai tersungkur ke tanah. Di waktu yang bersamaan, ia merasa seluruh organ-organ di dalam tubuhnya terkilir.     

Kekuatan seorang Biksu ternyata benar-benar mematikan.     

Dalam hal kemampuan bertarung dan pengelolaan kekuatan, maka terdapat jarak yang sangat lebar di antara Zhang Ruochen dan King Xianlan.     

Sebab, King Xianlan telah berlatih selama ribuan tahun. Jadi, setiap gerakannya menjadi sangat padat dan terampil. Sebaliknya, meski kualitas fisik Zhang Ruochen lebih baik daripada King Xianlan, namun ia masih kesulitan untuk bertarung melawan seorang pertapa yang sedang berada di dalam mode pertarungan.     

"Zhang Ruochen, kau benar-benar kurang pengalaman."     

King Xianlan melompat ke depan dan kembali melancarkan serangan fatal – berusaha untuk membunuhnya.     

Melihat itu, maka Lady Saint kembali memainkan sitarnya.     

Batu-batu di atas tanah mulai terkondensasi menjadi sosok raksasa batu, yang melesat cepat ke arah King Xianlan dan menutupi pergerakannya agar tidak dapat menyerang Zhang Ruochen.     

Lima buah senar pada sitar itu terbuat dari bahan-bahan yang unik, sehingga melambangkan lima kekuatan elemen; emas, kayu, air, api, dan tanah.     

Meski begitu, King Xianlan telah menguasai teknik Lima Pedang – yang membuatnya mampu merobek raksasa batu tersebut tanpa kesulitan yang berarti. Setelah itu, tiga figur manusia merah terbentuk bersama, masing-masing membawa pedang saint untuk menusuk Zhang Ruochen.     

Saat itu, Shooting Star Invisible Cloak-nya menjadi berwarna merah karena refleksi ketiga figur merah tersebut.     

Zhang Ruochen menggerakkan tangannya untuk kembali melepaskan Ruang Celah.     

Namun, sambil menggerakkan tubuhnya, saat itu King Xianlan segera bergerak ke sisi samping, dan berusaha menghindari serangan tersebut.     

Akibatnya, tiga pedang itu telah berada di jarak yang semakin dekat dengan tubuh Zhang Ruochen.     

Kali ini, lelaki itu kembali menggunakan kekuatan ruang untuk mendistorsi ruang di sekitarnya, hingga ketiga pedangnya berubah arah dan mengenai permukaan tanah di dekatnya.     

Hampir di waktu yang bersamaan, ia juga melemparkan pedang – sebesar jempol – ke arah King Xianlan.     

King Xianlan terhempas ke belakang, dengan wujudnya yang berubah ke ukuran semula.     

Pedang itu nyaris menembus tubuh King Xianlan.     

Karena lelaki itu paham bahwa perubahan di tubuh King Xianlan hanya terjadi selama beberapa saat, maka seketika itu pula Zhang Ruochen segera melesat cepat ke arahnya dan mengirimkan serangan lain.     

Di waktu yang bersamaan, Lady Saint kembali memainkan sitarnya dan melepaskan serangan fatal.     

Serangan yang keluar dari sitar tersebut mengandung lima elemen – yang bersinergi dengan baik bersama Fisik Chaotic Lima Elemen-nya Zhang Ruochen – sehingga membuat lelaki itu menjadi semakin unggul dari lawannya.     

Bahkan, armor merah darah yang dikenakan oleh lawannya telah berubah warna menjadi hitam.     

Zhang Ruochen baru saja berhasil meninggalkan luka yang dalam di tubuh sang King, dengan darah saintly-nya yang menyembur keluar, hingga mengecat tanah di bawahnya menjadi merah.     

King Xianlan telah berkultivasi selama ribuan tahun. Jadi, meski ia sering menderita kekalahan, namun ia sama sekali tidak rela jika harus mati di tangan kedua pertapa muda. Maka dari itu, sambil menahan malu, saat itu ia benar-benar geram.     

"Birth of the Blood Demon."     

Terdapat awan Chi Darah yang menyembur dari dahinya.     

Ada tengkorak darah di tengah Chi Darah yang sedang berputar-putar tersebut, dengan sebuah pusaran yang mengerikan.     

Tidak ada apapun yang bisa menghentikan pusaran itu, tidak juga tekanan yang berada di lingkungan sekitar.     

Pusaran itu membentuk arus Chi Darah dan langsung menghempaskan tubuh Zhang Ruochen ke belakang, hingga membuat lelaki itu membentur tebing berwarna hitam. Tubuh lelaki itu menancap pada dinding tebing tersebut.     

Di tempat lain, Lady Saint baru saja memuntahkan darah, akibat terpengaruh oleh Chi Darah tersebut.     

DI waktu yang bersamaan, luka-lukanya menjadi semakin memburuk.     

Akan tetapi, formasi yang dibentuk oleh tengkorak darah itu masih belum sempurna. Sebab, itu masih merupakan kumpulan energi Chi Darah, namun telah mampu membuat Zhang Ruochen dan Lady Saint sama-sama terluka parah.     

Nanti, ketika tengkorak darah itu berhasil menyelesaikan transformasinya, maka pengaruh serangannya akan menjadi jauh lebih mengerikan.     

Ekspresi wajah Lady Saint berubah menjadi pucat sesaat setelah mengamati tengkorak darah tersebut. "Itu adalah tengkorak kepala Saint King. Tengkorak itu menyimpan jiwa suci dan segenap kemampuannya, hingga sanggup membunuh seorang Biksu."     

King Xianlan menyeringai kejam. "Sesungguhnya, setelah berhasil memaksaku untuk mengeluarkan tengkorak Blood Demon, maka itu telah membuktikan bahwa kalian adalah orang-orang hebat."     

Setelah itu, ia menggerakkan tengkoraknya untuk terbang ke arah Zhang Ruochen. Rencananya, ia akan membunuh Zhang Ruochen terlebih dahulu, setelah itu baru Lady Saint.     

Baginya, Lady Saint bukanlah ancaman yang berarti ketika wanita itu sedang terluka parah.     

Tengkorak itu sama besarnya seperti gunung. Gigi-giginya sangat tajam, dengan kedua lubang mata yang menyala seperti kobaran api.     

Jika kobaran api itu diamati lekat-lekat, maka seseorang bisa melihat bahwa di sana terdapat sebuah jiwa yang menggerakkannya.     

Lady Saint melemparkan Buku Suci Ruzu ke arah tengkorak itu, agar tengkoraknya tidak menghancurkan Zhang Ruochen.     

Sebagaimana Buku Suci Ruzu itu mulai terbuka, maka seketika itu pula buku tersebut memancarkan banyak titik-titik cahaya yang menyilaukan. Setiap titik-titik cahaya melambangkan setiap kata di dalam buku tersebut.     

Akan tetapi, tengkorak itu masih terus bergerak, sembari menghancurkan kata-katanya satu persatu.     

Ketika kata-kata itu hancur, maka seketika itu pula darah kembali mengalir dari sudut bibir Lady Saint. Selain itu, seiring dengan semakin banyaknya kata-kata yang dihancurkan, maka selama itu tubuh Lady Saint terus mengejang.     

"Bagaimana mungkin Buku Suci Ruzu mampu menghentikan tengkorak Blood Demon?"     

King Xianlan tertawa terbahak-bahak, sebelum akhirnya mulai menyuntikkan Chi Darah ke dalam tengkoraknya, dan mempercepat pergerakan tengkoraknya dalam menghancurkan Buku Suci tersebut.     

Namun, ia tidak tahu jika Zhang Ruochen telah menghilang dari tebing tersebut, dan sedang mengarahkan pedangnya ke arah sang King.     

"Satu Skala Empat Perubahan."     

Terdapat ledakan cahaya yang bersinar terang di balik kabut darah dan langsung mengarah tepat ke dahi King Xianlan.     

Kekuatan waktu menciptakan riak-riak energi di sekitarnya dalam radius ratusan mil.     

Ekspresi wajah King Xianlan langsung mengeras sesaat setelah ia menyadari serangan yang datang ke arahnya. Saat itu, ia berusaha untuk menyerang balik dengan mengubah arah pergerakan tengkoraknya.     

Namun, ia menyadari bahwa lama kelamaan kecepatannya semakin menurun, sementara serangan Zhang Ruochen bergerak dengan semakin cepat.     

"Apa yang terjadi? Kenapa rasa-rasanya waktu berjalan dengan lebih lambat?"     

Ketika King Xianlan baru saja menyadari perubahan waktu tersebut, saat itu Pedang Kuno Abyss sudah menancap di dahinya.     

"Kau..."     

King Xianlan ambruk ke belakang, dengan tubuhnya yang berubah menjadi dingin.     

Tapi, Cahaya Biksu-nya masih sempat terbang dari dahinya, dan masuk ke dalam tengkorak merah darah tersebut.     

Setelah itu, jiwa yang berada di mata tengkorak itu menjadi jauh lebih kuat, hingga mampu melepaskan diri dari tekanan Buku Suci Ruzu. Setelah itu, tengkorak tersebut melarikan diri ke arah cahaya merah yang penuh dengan anomali di ujung horizon.     

Zhang Ruochen mendarat di samping mayat King Xianlan, sambil terengah-engah.     

Lelaki itu masih sangat terkejut. Sebab, kalau ia belum mampu menguasai Teknik Pedang Waktu di level kedua, mungkin mereka berdua pasti telah mati.     

Setelah mengambil Buku Suci-nya, maka Lady Saint mulai mengamati arah kepergian tengkorak tersebut. "Jiwa Suci King Xianlan telah menyatu dengan tengkoraknya."     

"Karena tengkorak itu sepertinya hidup, maka kurasa kita baru saja melahirkan lawan yang sangat mengerikan. Sebenarnya, tengkorak siapa itu?"     

Zhang Ruochen sama sekali tidak merasa gembira setelah berhasil membunuh Biksu Vampir. Sebab, ia tahu bahwa hal itu hanya akan membuatnya masuk ke dalam masalah yang lebih besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.