Kaisar Dewa

Blood God Map



Blood God Map

1Semakin tinggi mereka mendaki Gunung Qianyuan, maka semakin besar pula Energi Chi di sekitarnya. Bahkan, energi itu sampai berubah bentuk menjadi awan Chi ungu yang melayang di udara bagaikan lautan awan sungguhan.      1

Energi Chi di sekitar puncak sedang mengalir turun ke bawah.     

Gunung ini benar-benar memiliki ketinggian yang tidak lazim dan sangat luas. Kira-kira, gunung ini mirip seperti dua Gunung Dewa Kuno di Sekte Yin Yang. Jadi, seandainya gunung semacam ini ditempatkan di laut, maka gunung ini bisa menjadi sebuah pulau. Gunung itu tidak akan sesak meski telah ditempati oleh 100.000 orang di dalamnya.     

Perjalanan menuju ke gunung berkelok-kelok. Ada pohon pinus tua berusia ribuan tahun dan tanaman merambat spiritual di kedua sisinya. Selain itu, ada banyak obat-obatan spiritual yang juga dapat ditemukan di mana-mana. Sebagaimana misal, di sana terdapat anggur berbentuk manusia dan ubi sebesar kipas.     

Semua itu milik orang lain. Jika tanaman milik para elder Sekte Dewa Darah dipetik oleh orang lain, maka nyawa orang itu akan terancam.     

Sekitar 6.000 meter di Gunung Qianyuan, saat itu mereka sudah dekat dengan awan ungu tersebut. Di sana, ada sebuah residen yang kaya dengan Chi Suci.     

Banyak pertapa yang sedang berkumpul di luarnya. Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda dengan kepribadian yang mengagumkan. Setiap mereka adalah para figur tangguh, dengan derajat tinggi di Sekte Dewa Darah.     

Itu adalah Residen Lin Lang milik sang Saintess. Residen itu berada di tempat yang sangat tinggi, hingga dapat disejajarkan dengan beberapa tempat milik Biksu.     

Seorang pria berjubah merah darah sedang berdiri di luar. Ia melihat Zhang Ruochen di kejauhan. "Seseorang baru saja datang ke pesta."     

"Siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya."     

"Lingyun, kau selalu berada di Wilayah Savage Barren, jadi kau pasti tidak mengenalnya. Dia adalah figur tangguh yang baru saja dilantik oleh sekte. Dia berhasil membunuh Ning Guihai, mengalahkan Bai Yu dan Yan Kongming. Namanya adalah Gu Linfeng."     

Semua kandidat Putra Dewa mulai menoleh kepada Bai Yu.     

Karena merasa malu, saat itu Bai Yu mendengus. "Dia mampu memenangkan pertarungan karena meminjam Blood God Venomous Worm. Teknik yang dipelajari hanya berasal dari Kitab Naga Darah. Sebuah teknik kelas superior dari Tingkatan Hantu."     

"Oh, jadi dia di dalam tubuhnya terdapat Blood God Venomous Worm."     

"Kalau begitu, bagaimana mungkin sosok yang berkultivasi dengan teknik Tingkatan Hantu pantas menjadi salah seorang kandidat?"     

Semua orang pun langsung kehilangan minat terhadap lelaki tersebut.     

Semua yang menjadi kandidat Putra Dewa adalah orang-orang yang bangga terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang dengan kualitas fisik yang tangguh dan selalu berkultivasi dengan teknik-teknik unggulan. Tidak ada satupun di antara mereka yang dapat dianggap sebagai sosok rata-rata.     

Mereka semua telah memutuskan untuk mengusir Gu Linfeng. Sebab, pesta di tempat Saintess tidak untuk sembarangan orang.     

Namun, di luar dugaan, Gu Linfeng tidak berhenti di sana. Lelaki itu hanya berjalan lurus menuju ke puncak gunung.     

"Apa maksudnya? Apa dia tidak mendapatkan undangan Saintess?"     

Seseorang sudah tidak tahan lagi dan mulai mencibirnya. "Saintess pasti tidak memberikan undangannya kepada semua orang. Tampaknya, Gu Linfeng adalah orang yang tidak layak mendapatkan undangan tersebut."     

Bai Yu mengernyitkan dahinya karena ia sendiri juga paham, sang Saintess telah mengirimkan undangannya kepada Gu Linfeng.     

"Dasar pria arogan. Dia benar-benar berani tidak datang ke pesta. Apa dia berani membuat sang Saintess marah? Lihat saja, hari-harinya di dalam Sekte Dewa Darah pasti akan sulit." Batin Bai Yu.     

Secara natural, sang Saintess juga melihat Gu Linfeng pergi. Saat itu, kedua matanya menyiratkan kebingungan. Wanita itu tidak habis pikir kepada Gu Linfeng – sosok yang telah menggodanya – ternyata tidak menghadiri pesta.     

Tentu saja, wanita itu tidak terlalu peduli. Menurutnya, Gu Linfeng hanya sedikit lebih tangguh daripada Bai Yu dan Yan Kongming, namun ia sama sekali tidak dapat disejajarkan dengan Hai Lingyin dan Wei Longxing. Yang pasti, lelaki itu tidak akan bisa menjadi Putra Dewa.     

Berdasarkan pada kepribadian Gu Linfeng, maka pria itu dapat dengan mudah dimanfaatkan. Jadi, tidak akan terlalu sulit bagi sang Saintess untuk memperbudaknya.     

Zhang Ruochen terus mengikuti Ji Shui ke arah awan ungu. Mereka mendaki lebih dari 20.000 meter dan akhirnya sampai di puncak gunung. Puncak Gunung Qianyuan berada di antara lautan awan.     

Ada satu pilar cahaya ungu di tengah-tengahnya. Pilar itu menghubungkan langit dan bumi.     

Blood God Map telah diukir di dalam dinding batu setinggi 190 meter.     

Seorang elder dengan pakaian abu-abu sedang duduk bersila di bawah Blood God Map. Pria itu tampak seperti patung tanah liat. Selain itu, auranya benar-benar tersembunyi. Jadi, seseorang tidak akan bisa merasakan auranya sama sekali.     

Zhang Ruochen melihat sang elder yang diselimuti oleh pasir. Terdapat lumut yang bertumbuh pada bagian bahu dan kepalanya. Rasa-rasanya, sang elder sama sekali tidak pernah bergerak selama bertahun-tahun.     

"Elder ini sudah mati," kata Zhang Ruochen." Kenapa tidak dimakamkan?"     

Elder itu tidak memberikan tanda-tanda kehidupan. Jadi, ia pasti sudah mati.     

"Omong kosong. Elder Taishang sedang duduk di sini untuk menjaga Blood God Map. Beliau memiliki derajat yang sangat tinggi di dalam sekte, bahkan jauh lebih tinggi daripada sang Leluhur."     

Meski ia mengatakan itu, sebenarnya Ji Shui sendiri juga tidak yakin. Sebab, ini bukan pertama kalinya ia mengunjungi Blood God Map, tapi selama itu ia tidak pernah melihat Elder Taishang bergerak. Jadi, sang elder memang tidak ada bedanya dengan mayat.     

Tapi, karena ia sedang berada di wilayah kekuasaan Elder Taishang, maka tidak penting lagi apakah dia masih hidup atau tidak. Selain itu, Zhang Ruochen juga tidak berani mengusiknya. Jadi, setelah menahan keinginannya untuk memindai sang Elder dengan Kekuatan Batin, maka lelaki itu segera menatap Blood God Map.     

Sejujurnya, Blood God Map hanyalah sebuah tebing yang kasar. Lelaki itu tidak bisa melihat gambaran apa-apa. Sebab, itu tidak ada bedanya dengan bebatuan alam lainnya.     

Zhang Ruochen mengernyitkan dahinya. Lelaki itu bertanya-tanya apakah batu ini benar-benar magis seperti yang diceritakan oleh Ji Shui atau tidak.     

"Ini palsu." Terdengar suara dari bawah dinding. "Ini pasti palsu. Ini hanya sebuah dinding batu biasa. Kau tidak akan bisa mendapatkan apa-apa setelah mempelajarinya."     

Zhang Ruochen menoleh ke sumber suara. Saat itu, ia melihat seekor monyet merah sedang duduk di bawah Blood God Map sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian, monyet itu bangkit berdiri dan tidak ingin lagi membuang-buang waktunya di sana. Setelah itu, ia bergerak menuruni gunung.     

Akhirnya, Zhang Ruochen menyadari bahwa itu bukanlah monyet. Itu adalah manusia. Namun, ia diselimuti oleh rambut monyet berwarna merah di sekujur tubuhnya, dengan satu ekor panjang di belakangnya.     

"Klan Manusia Setengah-Monyet," gumam Zhang Ruochen.     

Klan Manusia Setengah-Monyet memiliki rentang hidup yang paling lama di antara para klan setengah manusia lain. Mereka bisa disejajarkan dengan ras binatang buas. Mereka hidup di suatu pulau yang sangat jauh - di wilayah Laut Timur - hingga sangat jarang muncul di Daratan Kunlun. Secara natural, Zhang Ruochen merasa aneh kalau sosok setengah monyet ini muncul di Sekte Dewa Darah.     

Tampaknya, sosok setengah monyet ini masih remaja – seorang pemuda yang mirip seperti Hai Lingyin. Namun, Zhang Ruochen paham bahwa monyet itu pasti sudah hidup sangat lama. Jadi, ia tidak bisa menilai umurnya berdasarkan pada penilaian standar.     

Ketika sosok setengah monyet itu hendak turun dari gunung, saat itu ia sempat melirik ke arah Zhang Ruochen dan berkata, "Jangan buang-buang waktu demi mempelajari Blood God Map bodoh ini. Dinding batu itu cuma sampah."     

Zhang Ruochen terkekeh. "Aku sudah terlanjur datang kemari, setidaknya aku akan mencobanya."     

Pemuda setengah monyet itu mengamati Zhang Ruochen. "Tidak! Kau pasti salah seorang kandidat Putra Dewa, benarkan?"     

"Benar." Lalu, Zhang Ruochen bertanya, "Ada apa?"     

"Saintess telah mengundang semua kandidat untuk menghadiri pesta. Tapi kenapa kau malah menghabiskan waktu di tempat ini, dan bukannya pergi ke sana?" tanya pemuda monyet tersebut.     

"Kau juga tidak datang ke sana," kata Zhang Ruochen.     

Pemuda itu mendengus. "Aku tidak akan pernah dianggap dan hanya ikut meramaikan pesta itu. Sebab, hanya Hai Lingyin dan Wei Longxing yang benar-benar menjadi tamu utama. Yang jelas, Putra Dewa yang selanjutnya pasti berasal dari salah satu di antara mereka berdua. Sungguh aneh bila sang Saintess sampai tertarik kepada orang lain, selain mereka."     

"Itulah yang juga kupikirkan." Setelah itu, Zhang Ruochen berjalan menuju ke Blood God Map. Lelaki itu duduk bersila, lalu mengatur isi kepalanya, dan mulai mendongak untuk mengamati dinding batu.     

"Sulit dipercaya kalau ternyata masih ada orang lain yang tidak tertarik dengan sang Saintess. Menarik."     

Pemuda monyet itu terlihat penasaran. Jadi, bukannya pergi dari sana, saat itu ia segera menyentuh punggung Ji Shui dengan menggunakan ekornya, "Sis, siapa dia?"     

"Menjauhlah dariku," kata Ji Shui.     

Pemuda itu menatapnya, sambil merasa sedikit bingung. Kemudian, ia kembali menyentuh wanita itu dengan ekornya. "Kenapa?"     

Ji Shui melirik ekor pemuda tersebut. Di waktu yang bersamaan, kabut darah mulai bergemuruh dari dalam dirinya, dengan dua pilar cahaya hitam yang keluar dari balik penutup kepalanya.     

Pemuda itu melesat dan menghindari dua pilar cahaya tersebut. Lalu, dengan suara "boom", maka dua pilar itu menghantam tanah dan melelehkan bebatuan di sekitarnya.     

"Aku hanya bertanya. Kenapa kau menyerangku?" pemuda itu bergerak secara horizontal – sembari berubah menjadi cahaya merah – dan kembali muncul di samping Ji Shui.     

"Sejak kapan ada sosok tangguh yang muncul di Sekte Dewa Darah?" Ji Shui benar-benar terkejut. Wanita itu tidak berani meremehkan pemuda ini. Sebab, kecepatan yang diperagakan setidaknya berada di level wanita tersebut. Yang jelas, pemuda monyet ini bukan sosok rata-rata.     

"Ternyata kau sulit diajak bicara baik-baik, sis."     

Pemuda monyet itu menggelengkan kepalanya. Lalu, bukannya kembali bertanya kepada Ji Shui, pemuda itu malah berjalan ke arah Elder Taishang yang sedang duduk di kejauhan.     

Setelah itu, ekornya kembali terayun dan mendarat pada bahu kanan sang elder. "Hey, pria tua," katanya. "Blood God Map itu palsu, kan?"     

Elder Taishang masih duduk di sana seperti patung batu.     

"Oh, ternyata dia sudah wafat." Pemuda itu mengernyitkan dahi dan akhirnya mulai menghela nafas panjang. "Murid-murid dari Sekte Dewa Darah sama sekali tidak pernah menghargai elder mereka. Semenjak beliau sudah wafat, mestinya beliau harus dikuburkan."     

Tidak lama kemudian, pemuda itu sudah berada di salah satu sudut dinding batu, lalu mulai menggali sebuah lubang dengan kedalaman sekitar 2 meter. Setelah itu, ia menggendong "mayat" Elder Taishang di pundaknya, dan melesat cepat ke arah lubang tersebut.     

Sampai sekarang ini, Elder Taishang masih terduduk seperti itu. Bahkan, baik otot dan tulang-tulangnya sangat kaku, dengan kedua matanya yang tertutup rapat. Pria tua itu masih belum bangun.     

Pemuda itu memasukkan Elder Taishang ke dalam lubang. Setelah itu, ia mulai mengisi lubangnya dengan pasir.     

Di tempat lain, Ji Shui sedang menahan nafasnya sendiri. Wanita itu mengamati segala sesuatunya dengan perasaan gelisah, karena takut kalau Elder Taishang tiba-tiba terbangun dan membunuh mereka semua.     

Namun, ketika ia menyaksikan bahwa sang elder masih belum terbangun, maka seketika itu pula ia segera menghembuskan nafas lega. Mungkin, sang elder memang telah wafat sejak lama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.