Kaisar Dewa

Di Bawah Altar



Di Bawah Altar

1Pemilihan Putra Dewa di suatu sekte kuno merupakan sebuah perhelatan besar. Selain itu, mereka harus ekstra hati-hati dalam menentukannya. Sebab, hal itu akan mempengaruhi kelangsungan hidup sekte selama 100 tahun mendatang.      3

Jadi, sebelum memilih salah seorang Ahli Waris, biasanya mereka akan menyembah Dewa Darah terlebih dahulu. Sementara itu, Altar Dewa Darah berlokasi di jantung Sekte Dewa Darah itu sendiri. Tempat itu berada pada jarak ratusan mil dari Gunung Qianyuan. Altar itu memiliki sembilan lantai dan berasal dari tumpukan tulang-belulang putih.     

Setelah seorang murid dari Sekte Dewa Darah mati, maka mayat mereka akan dibiarkan menjadi tulang-belulang dan diletakkan pada altar tersebut. Layaknya batu bata bangunan, maka tulang-belulang itu lama kelamaan tersusun rapi, hingga membuat Altar-nya semakin bertumbuh tinggi dan agung.     

Zhang Ruochen sedang berdiri di bawah altar tersebut. Ketika ia mendongak, maka ia langsung merasa takjub.     

Altar Dewa Darah sama sekali tidak terlihat seperti altar biasanya. Sebab, altar itu bahkan jauh lebih tinggi dan agung daripada Gunung Qianyuan. Maka dari itu, seseorang sudah bisa merasakan tekanan yang besar darinya, meski masih berada pada jarak puluhan mil jauhnya.     

Kabut darah tampak menyelimuti altar tersebut. Kadangkala, terdapat bayangan Biksu yang muncul di sana. Mereka adalah jiwa-jiwa para Biksu di era kuno. Bayangan-bayangan ini memiliki ukuran yang berbeda-beda. Beberapa di antara mereka hanya setinggi puluhan meter, sementara yang lain bisa sampai ratusan meter.     

"Tulang-belulang dari para leluhur dan Biksu di Sekte Dewa Darah telah menjadi satu dengan altar ini," kata Ji Shui. "Jadi, semua murid pasti akan merasa kecil ketika mereka datang kemari."     

Ji Shui berlutut di tanah. Wanita itu meletakkan tangannya di tanah dan mulai menyembah Altar Dewa Darah dengan penuh kehormatan. Zhang Ruochen mengamati sekitar dan menyaksikan para murid lain juga melakukan hal yang sama sesaat setelah mereka tiba di sana.     

Bagi mereka, Altar Dewa Darah adalah tempat yang paling keramat.     

Ada banyak pertapa yang sedang berkumpul di bawahnya. Setidaknya, mereka semua berjumlah ribuan. Terdengar suara-suara teriakan dari berbagai macam penjuru. Mereka semua terlihat seperti lautan manusia.     

Murid-murid dari Sekte Dewa Darah bukan satu-satunya kelompok yang hadir di tempat ini. Sebab, para keluarga dan klan-klan di bawah naungan sekte juga telah mengirimkan perwakilannya masing-masing. Yang pasti, mereka semua ingin menjadi saksi atas kelahiran Putra Dewa yang baru.     

Beberapa murid membawa bendera pertempuran bertuliskan nama kandidat Putra Dewa masing-masing. Hal ini ditujukan untuk memberikan dukungan.     

"Talenta Kakak Saudara Wei tidak lebih lemah daripada Putra Dewa yang sebelumnya, Mei Lanzhu. Selain itu, dia sudah dikenal baik di dalam Sekte Dewa Darah. Jadi, dia pasti akan menjadi Putra Dewa yang selanjutnya."     

Seorang murid Setengah-Biksu sedang menggelar benderanya di atas tanah. Bendera itu dihiasi dengan tinta emas dan bertuliskan "Wei", yang mewakili Wei Longxing.     

Para pertapa yang mendukung Wei Longxing sedang berkumpul di dekat bendera hitam tersebut dan membentuk kampnya sendiri.     

"Hai Lingyin baru saja pulih dan mendapatkan pencapaian luar biasa setelah pulang dari Wilayah Savage Barren. Jadi, dia kembali pulang untuk menjadi raja. Dia akan mengharumkan nama generasi muda Sekte Dewa Darah di mata dunia. 70 tahun silam, Paman Hai adalah jenius utama di dalam sekte. Sampai sekarang pun, dia masih menjadi figur unggulan di dalam Sekte Dewa Darah."     

Salah satu junior Hai Lingyin mulai menggelar bendera biru gelap bertuliskan "Hai" dari sebuah puncak bukit. Itu melambangkan Hai Lingyin.     

Para kerumunan segera mendekat ke arah bendera biru gelap tersebut.     

Hai Lingyin pernah kalah melawan Chen Wutian dan mengalami luka-luka parah. Jadi, selama beberapa dekade belakangan, maka tingkat kultivasinya sempat tersendat. Tapi, dia masih merupakan sosok yang sangat berpengaruh di dalam Sekte Dewa Darah.     

Maka dari itu, ada banyak orang yang menaruh harapan kepadanya. Sebab, mereka berpikir bahwa sosok yang sudah sering mengalami asam-garam kehidupan akan jauh lebih kuat daripada mereka yang tidak. Sehingga, Hai Lingyin pasti mampu mengungguli semua kandidat dan menjadi sosok raja yang tak terkalahkan.     

Hari ini, Wei Longxing dan Hai Lingxin sama-sama menjadi superstar. Mereka berdua memiliki pendukung yang luar biasa banyak. Bahkan, pendukung mereka terus mengibarkan bendera dan meneriakkan nama jagoannya masing-masing.     

Mereka berdua masih belum muncul di sana, tapi para pendukung mereka sudah saling bersitegang satu sama lain. Sehingga, hampir terjadi kekisruhan di sana. Untungnya, seorang elder Biksu dari pihak sekte berhasil meredakan situasi panas tersebut.     

Zhang Ruochen terkekeh. "Ini hanya kompetisi pemilihan Putra Dewa. Seharusnya tidak perlu rusuh seperti itu, kan?"     

"Aturan di dalam Sekte Dewa Darah sangat ketat," kata Ji Shui. "Orang-orang kuat akan mendapatkan penghormatan, hingga berhasil menjadi raja. Sebaliknya, orang-orang lemah hanya bisa dijadikan sebagai budak. Semua orang yang berhasil menjadi kandidat Putra Dewa adalah sosok yang tangguh. Jadi, mereka memang layak untuk dihormati."     

Para pendukung kandidat itu sebagian besar adalah murid-murid perempuan. Sementara itu, pihak pendukung laki-laki adalah barisan yang paling mampu menenangkan diri. Tapi tentu saja, kalau ini adalah pemilihan Saintess, maka situasinya juga bisa terbalik.     

Sun Dadi – entah datang dari mana – tiba-tiba sudah berada di sisi kiri Zhang Ruochen. Saat itu, ia menghela nafasnya. "Wei Longxing dan Hai Lingxin sama-sama memiliki banyak pendukung. Selain itu, di kamp mereka berdua, ada beberapa wanita cantik dari pihak sekte. Sial, ini benar-benar tidak adil."     

Sun Dadi terlihat penasaran sekaligus cabul. Pemuda itu terus mengamati kedua kamp tersebut, sembari memasang ekspresi lapar saat ia sedang menatap gadis-gadis cantik mereka.     

Kemudian, ia menyentuh Zhang Ruochen dengan menggunakan ekor merahnya dan menuding salah seorang gadis bergaun biru di kamp Wei Longxing. "Gadis itu adalah Bei Haiying. Dia pernah berkompetisi untuk memperebutkan posisi Saintess. Meski sekarang ini dia sedang mengenakan penutup kepala, tapi percayalah, gadis itu benar-benar mampu mengimbangi kecantikan Saintess."     

Setelah itu, ia kembali menuding gadis seksi lainnya di kamp Hai Lingyin. "Dia adalah Ning Xi, yang dikenal sebagai gadis terseksi di Sekte Dewa Darah. Aku sudah mengejarnya sedari dulu. Tapi siapa sangka kalau ternyata dia suka dengan Hai Lingyin?"     

Zhang Ruochen masih bersikap tenang. Lelaki itu cukup terhibur dengan Sun Dadi yang banyak bicara. "Tapi, bukankah kau juga memiliki banyak pendukung?"     

Sun Dadi merasa sedikit terkejut, sebelum akhirnya terkekeh canggung. "Mereka semua adalah murid-murid dari Istana Earth Heavenly. Tapi, mereka adalah laki-laki. Di sana, sama sekali tidak ada gadis cantik!"     

Tiba-tiba, Sun Dadi mengeluarkan suara terkejut. Lalu, seperti halnya seseorang yang baru menemukan sebuah berlian, maka ia cepat-cepat berteriak, "Kakak Gu, ternyata ada wanita cantik yang benar-benar mirip seperti dewi di kampmu! Bahkan kecantikannya sanggup menandingi Bei Haiying dan Ning Xi!"     

Secara natural, Zhang Ruochen juga memiliki beberapa pendukung. Mereka semua berasal dari Spiritual Void Sea. Meski tidak banyak, tapi mereka adalah para pengikut Discipline King Haiming.     

Zhang Ruochen sendiri tidak terlalu peduli dengan para pendukungnya dan sama sekali tidak pernah melirik mereka. Namun, setelah mendengar kata-kata Sun Dadi, maka ia segera menoleh ke sana – ke arah bendera dengan nama "Gu".     

Setelah itu, ia melihat bahwa memang ada sosok gadis cantik bertubuh tinggi di sana. Wanita itu sedang mengenakan jubah merah darah yang panjang, dengan kulitnya yang putih seperti porselen. Di waktu yang bersamaan, payudaranya benar-benar terbentuk sempurna, dengan postur tubuh yang sangat menggoda. Wanita itu tampak seperti lukisan yang indah. Akan tetapi, terdapat kabut darah tipis yang menyelimuti tubuhnya, hingga membuat kecantikannya semakin misterius.     

Namun, kedua mata wanita itu sangat dingin. Jadi, ketika Zhang Ruochen menatapnya, maka seketika itu pula wanita tersebut langsung mengirimkan tatapan "peringatan". Melihat itu, Zhang Ruochen langsung tersenyum, namun ia juga tidak berani menentang tatapan "peringatan" tersebut. Jadi, ia segera memalingkan muka.     

"Hey! Ke mana perginya kakak perempuan itu?" Sun Dadi sedang mencari Ji Shui di dekatnya, namun wanita itu tiba-tiba menghilang entah kemana. "Dia memang tidak sopan. Bahkan dia pergi tanpa pamit kepada kita. Kakak Gu, kalau kau berhasil menjadi Putra Dewa, maka sesekali kau harus memberinya pelajaran."     

Kedua mata gadis cantik yang mirip seperti dewi di kamp Zhang Ruochen itu terlihat sangat dingin ketika ia mendengar kata-kata Sun Dadi. Sebaliknya, Zhang Ruochen masih tersenyum tanpa menjawab apa-apa.     

Setelah itu, terdengar suara keributan.     

"Kakak Saudara Wei telah berada di sini. Ayo cepat, beri sambutan untuknya."     

"Itu Wei Longxing. Sesuai dengan gelarnya sebagai hero di generasi ini, maka aura yang dipancarkan benar-benar mirip seperti beberapa Biksu."     

Wei Longxing sedang mengenakan armor lima warna dan menunggangi awan warna warni. Pria itu mendarat dari langit dan langsung menggegerkan situasi di sekitarnya. Wanita-wanita yang pernah membayangkan Wei Longxing sebagai kekasihnya mulai bersemangat. Mereka semua segera meneriakkan namanya.     

Setelah itu, Bai Yu, Yan Kongming dan para kandidat lain mulai datang satu persatu, yang juga berhasil menciptakan kegaduhan.     

Sebagai perbandingan, situasi di sekitar Zhang Ruochen dan Sun Dadi sangat hening. Sebab, mereka berdua adalah orang-orang baru di Sekte Dewa Darah. Jadi, hanya segelintir orang yang mengenal mereka.     

Sun Dadi menghela nafasnya. "Sosok lemah seperti Bai Yu bahkan memiliki banyak pendukung. Ini benar-benar tidak adil."     

Bai Yu memiliki Fisik Saint, tapi Sun Dadi sama sekali tidak peduli dengannya. Sebab, sosok yang benar-benar menjadi ancaman baginya adalah Wei Longxing, Hai Lingyin dan Zhang Ruochen. Lalu, untuk kandidat lain, maka mereka bukan apa-apa.     

Hai Lingyin datang terlambat, namun ia masih menciptakan kegaduhan yang paling besar. Semua itu terjadi karena ia datang ke sana bersama dengan sang Saintess. Mereka berdua berjalan bersisian dan tampil sangat percaya diri.     

"Saint Saintess benar-benar mendukung Hai Lingyin."     

"Sangat mungkin bahwa posisi Putra Dewa telah ditentukan dan itu jatuh ke tangan Hai Lingyin."     

Para pertapa dari Sekte Dewa Darah mulai mendiskusikan hal tersebut. Ada banyak pasang mata yang mengamati Hai Lingyin dan Saintess.     

Sebagian besar kandidat menatap mereka dengan tampang tidak senang. Selain itu, mereka semua juga mulai merasa geram. Rasa-rasanya, mereka sudah tidak sabar lagi ingin mengalahkan Hai Lingyin.     

Waktu berlalu, dan perlahan-lahan hari beranjak siang. Ada banyak elder dari Sekte Dewa Darah, para pemimpin Istana di Ten Heavenly Palace, dan empat orang Discipline King yang juga telah tiba di sana. Mereka semua mendarat di atas Altar Dewa Darah, sembari memancarkan aura yang kuat dan maha luas.     

Ada separuh Biksu di Sekte Dewa Darah yang hadir di tempat ini. Bahkan, para Setengah-Biksu tampak menghormati mereka, apalagi para murid biasa. Yang jelas, mereka tidak berani terlalu berisik.     

Jutaan pertapa di bawah altar mulai terdiam. Separuh di antara mereka mulai berlutut di tanah dan menyembah para Biksu yang hadir di atas.     

Pemandangan itu sangat menakjubkan.     

"Selamat datang Leluhur." Terdengar suara tua dan merdu yang menyebar ke berbagai penjuru.     

Semua pertapa langsung berlutut dan membungkuk ke arah Altar Dewa Darah. Pada saat itu, langit di atas altar tiba-tiba berubah menjadi semerah darah, dengan sebuah pusaran raksasa yang juga tercipta di sana.     

Whoosh.     

Terdapat aura misterius yang menyebar dari pusat pusaran tersebut. Aura itu segera mendarat di puncak altar, sebelum akhirnya berubah menjadi sosok figur raksasa. Para pemimpin istana di Ten Heavenly Palace dan keempat Discipline King sama-sama bangkit berdiri dan mulai membungkuk ke arah sang Leluhur dari Sekte Dewa Darah.     

Sang Leluhur sedang berdiri di posisi tertinggi altar tersebut. Aura yang menekan jutaan orang di bawahnya perlahan-lahan mulai sirna, hingga akhirnya menghilang sepenuhnya.     

"Tidak heran kenapa beliau menjadi Leluhur," kata Sun Dadi. "Tingkat kultivasinya mungkin dapat menyentuh bintang di langit." saat itu, ia sedang diselimuti oleh keringat dingin, dengan jantungnya yang berdegup kencang. Selain itu, nafasnya juga tersengal-sengal.     

Zhang Ruochen sedang menggunakan 36 Perubahan Bentuk sampai level tertinggi. Jadi, ia tidak menunjukkan keganjilan apapun. Yang jelas, kemampuan transformasinya telah jauh lebih kuat daripada sebelum-sebelumnya. Jadi, kalau ia berhati-hati, maka sang Leluhur tidak akan sanggup menemukannya.     

"Hari sudah siang. Mari kita mulai upacaranya."     

Pemimpin upacara itu adalah sang King di Istana Heaven Heavenly. Akan tetapi, upacara ini tidak mengorbankan para binatang buas. Sebaliknya, yang dikorbankan adalah para manusia. Mereka baru saja membunuh 3.000 pemuda, 3.000 gadis, dan banyak budak lainnya.     

Darah merah mulai mengalir dari atas altar menuju ke bagian bawahnya. Semua ini benar-benar keji dan keterlaluan.     

Ketika Zhang Ruochen menyaksikan semua itu, maka seketika itu pula hatinya langsung terbakar oleh amarah, namun ia masih berusaha mengendalikan dirinya sendiri. Yang jelas, lelaki itu tidak boleh bersikap impulsif.     

Sekte Dewa Darah memang selalu mengorbankan manusia. Tidak terkecuali hari ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.