Kaisar Dewa

Blood Spirit Fae



Blood Spirit Fae

3Zhang Ruochen sama sekali tidak tertekan. Kalau lelaki itu bisa memilih, maka ia akan selalu memilih cara yang paling mudah.      2

Lelaki itu belum menantang siapa-siapa karena ia masih mengamati jalannya ujian kedua. Yang jelas, ia ingin melihat penampilan para kandidat lain dan hasil pertandingan mereka terlebih dahulu, sebelum akhirnya ia dapat menjawab kepada dirinya sendiri – seberapa besar ia harus mengerahkan kemampuannya.     

Jadi, lelaki itu perlu memperhitungkan kemampuannya sendiri. Yang jelas, situasi ini telah membantunya untuk mencapai hal tersebut.     

"Kalau aku memilih Putra Dewa yang lebih lemah, maka aku hanya perlu mengerahkan 10% kemampuan agar dapat memenangkan pertandingan dengan mudah," pikir Zhang Ruochen.     

Tanpa perlu berlama-lama lagi, maka ia segera mengaktifkan Chi Suci-nya. Lalu, sembari menempelkan tangan kanannya pada sebuah tulang berwarna putih, saat itu ia mulai menyuntikkan Chi Suci-nya ke dalam sana.     

Whoosh.     

Terdengar suara teriakan yang mengiris telinga dari salah satu sudut Altar Blood God. Seketika itu juga, semua Chi Darah di sekitarnya mulai berputar-putar, dengan altar tersebut sebagai titik pusatnya. Setelah itu, gumpalan Chi Darah segera berubah menjadi pusaran raksasa dengan suara yang berisik.     

"Gu Linfeng hanya seorang Setengah-Biksu di level keempat. Bagaimana mungkin dia mampu menciptakan fenomena Chi Darah semacam itu?"     

Para kandidat Putra Dewa sama-sama merasa kebingungan. Garis-garis Chi Darah mulai berkumpul di sekitar lantai keenam altar, hingga membentuk awan Chi selebar 300 kaki.     

Segaris cahaya perak tampak bersinar di tengah-tengahnya. Zhang Ruochen sedang memfokuskan pandangan matanya dan mengamati awan perak tersebut. Ternyata, di tengah cahaya perak tersebut, di sana ada seorang pria dengan rambut panjang bertubuh ular.     

Zhang Ruochen tidak terlalu mengenal para Putra Dewa di sepanjang sejarah Sekte Dewa Darah. Secara natural, lelaki itu tidak mengenal siapa lawannya. Bahkan, ia juga tidak tahu seperti apa kemampuannya.     

Pria bertubuh ular itu menghela nafas dalam-dalam, sembari menyerap semua Chi Darah di sekitar ke dalam tubuhnya. Sambil melayang di angkasa, maka ia menatap Zhang Ruochen yang berada di bawahnya. Pria itu adalah Setengah-Biksu di level keempat, tapi ia memancarkan Chi kuno yang sangat melimpah. Akibatnya, siapapun yang bertemu dengan sosok ini pasti akan merasa tertekan, seakan terdapat gunung suci yang berdiri di hadapan mereka.     

"Hanya satu orang?" Zhang Ruochen merasa terkejut.     

"Hanya ada satu orang Putra Dewa di sepanjang sejarah sekte yang berada di Alam Setengah-Biksu level keempat," kata pria bertubuh ular dengan ekspresi datar. "Jadi, aku adalah satu-satunya lawan yang bisa kau tantang."     

Mendengar itu, maka Zhang Ruochen mulai memahaminya dan langsung mengangguk. "Aku mengerti."     

Pria itu menatap Zhang Ruochen dan menggelengkan kepalanya. "Potensimu pasti sangat tinggi, sebab kau telah berhasil mendaki di lantai keenam Altar Dewa Darah. Oleh karena itu, lebih baik kau menyerah sekarang juga, karena aku benar-benar tidak ingin membunuhmu."     

"Menyerah?" Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya. Kemudian, dengan ketegasan di dalam tatapan matanya, maka ia berkata, "Aku tidak akan pernah menyerah. Hari ini, tidak ada satupun yang dapat menghalangiku demi memenangkan posisi Putra Dewa."     

Pada saat itu, semua pertapa di bawah altar sedang merasa kebingungan mengenai identitas bertubuh ular tersebut. Sebab, tidak pernah ada deskripsi apa-apa mengenai sosok tersebut di dalam buku sejarah Putra Dewa sekte. Jadi, bukan hanya mereka, tetapi para Biksu di atas Altar juga merasa kebingungan. Alhasil, mereka semua terlihat sedang berpikir keras.     

"Buku-buku sejarah tidak pernah mencatatkan namanya. Siapa dia?"     

Semua orang sedang merasa kebingungan.     

Pemimpin Istana Heaven Heavenly adalah sosok yang pernah membaca semua buku sejarah sekte. Tepat pada saat itu, kedua matanya langsung bersinar aneh. "Hanya ada satu Putra Dewa yang tidak dituliskan di dalam buku sejarah."     

"Siapa?"     

Sang pemimpin istana terlihat ragu-ragu, namun ingin mengatakan sesuatu. "Sang Putra Dewa pertama di Sekte Dewa Darah, Blood Spirit Fae."     

Mendengar itu, maka semua orang langsung merasa terkejut. Beberapa di antara mereka bahkan mulai kebingungan. Karena sosok itu adalah sang Putra Dewa pertama, lalu bagaimana mungkin detilnya tidak dituliskan di dalam buku sejarah?     

"Blood Spirit Fae adalah murid pertama Leluhur Dewa Darah," pemimpin istana menambahkan. "Dia bersama sang Leluhur Dewa Darah ketika beliau pertama kali mendirikan sekte ini. Di masa itu, talentanya sangat mengejutkan. Ketika dia berpartisipasi di dalam kompetisi memperebutkan Putra Dewa, saat itu dia berhasil mendaki sampai ke lantai kedelapan altar."     

"Sepanjang hidupnya, dia juga memiliki pencapaian yang tinggi. Dia pernah menjadi sosok Supreme Saint dan hampir menembus Alam Dewa. Akan tetapi, ketika ia telah berkembang menjadi semakin kuat, saat itu dia menghianati Sekte Dewa Darah dan ingin membangun sektenya sendiri. Pada akhirnya, dia dibunuh oleh sang Leluhur Dewa Darah dan dikeluarkan dari sekte."     

Mendengar kata-kata sang pemimpin istana, maka semua orang langsung merasa tercengang, seakan mereka baru saja mendengar cerita-cerita mitos. Akan tetapi, kini sosok legendaris itu nyata dan sedang berada di hadapan mereka.     

"Ini adalah Putra Dewa yang pertama?"     

"Bukankah ini adalah bayangan milik sang keturunan dewa? Siapa yang mampu menandinginya?"     

"Blood Spirit Fae hanya satu langkah lagi sebelum menembus Alam Dewa. Sampai sekarang pun, pencapaiannya masih akan dianggap sebagai figur terkuat di Daratan Kunlun. Yang jelas, untuk mampu bertahan dari satu serangannya, maka itu pasti sangat sulit."     

Pada saat ini, Huo Xin mulai tersenyum samar. Karena lawan Gu Linfeng adalah Blood Spirit Fae – sang Putra Dewa pertama – maka lelaki itu pasti akan kalah. Yang jelas, posisi Putra Dewa itu akan dimenangkan olehnya.     

"Takdir. Semua ini pasti sudah ditakdirkan. Huo Xin tidak pernah punya kesempatan untuk menjadi Putra Dewa, tapi siapa sangka jika ternyata Gu Linfeng harus bertarung melawan satu orang? Sialnya, orang itu adalah sosok Putra Dewa yang paling kuat di sepanjang sejarah sekte? Jadi, apa lagi namanya jika bukan takdir?"     

Bahkan, Hai Lingyin dan Wei Longxing sama-sama merasa pesimis. Mereka harus mengaku bahwa Huo Xin memang beruntung.     

"Apa-apaan. Dia benar-benar beruntung," Sun Dadi meludah. Yang jelas, pemuda monyet itu sedang merasa kesal, namun ia terpaksa harus mengaku bahwa Huo Xin sebentar lagi akan menjadi Putra Dewa.     

Setelah mengetahui identitas Blood Spirit Fae, maka semua orang mulai berpikir bahwa Gu Linfeng akan menyerah. Sebab, jika ia tidak menyerah, mungkin nyawanya akan terancam,     

Blood Spirit Fae mendarat dan berdiri di hadapan Zhang Ruochen. Tubuh bagian bawahnya diselimuti oleh sisik-sisik berwarna perak. "Sekali lagi, aku akan memperingatkanmu. Kau masih bisa menyerah sekarang juga. Sebab, ketika aku sudah melancarkan serangan, maka kau tidak akan pernah punya kesempatan untuk berkata menyerah."     

Sebenarnya, Zhang Ruochen juga sedang merasa tertegun. Sebab, ia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa ternyata ia akan berhadapan dengan Putra Dewa terkuat dari Sekte Dewa Darah.     

Lelaki itu sama sekali tidak beruntung! Namun, karena ia sudah sampai di tahap ini, maka tidak akan pernah ada kata untuk mundur.     

Blood Spirit Fae memang merupakan sosok legendaris, tapi kalau menilai dari pencapaian Zhang Ruochen selama ini, bahkan sosok dewa muda sekalipun masih akan kesulitan untuk mengalahkan lelaki tersebut. Jika demikian, kenapa ia harus takut?     

Kedua mata Zhang Ruochen mulai terlihat tegas. Sambil merentangkan tangannya – yang telah mengenakan Seven Kill Boxing Glove – saat itu ia memperlihatkan gestur mengundang lawannya agar segera maju. "Ayo bertarung! Sejujurnya, aku pun penasaran terhadap kemampuan para jenius sebelum Abad Pertengahan."     

Mendengar itu, maka semua pertapa di bawah altar mulai bersemangat, bahkan jauh lebih bersemangat daripada saat pertama kali mereka mendengar tentang identitas Blood Spirit Fae.     

Huo Xin merasa terkejut. Tapi setelah itu, ia langsung menyeringai. "Gu Linfeng, apa kau benar-benar tidak rela memberikan posisi Putra Dewa itu kepadaku, hingga sampai mempertaruhkan nyawamu?"     

Bahkan Wei Longxing dan Hai Lingyin sama-sama menggelengkan kepalanya. Mereka merasa bahwa Gu Linfeng sedang menyia-nyiakan hidupnya sendiri. Lagipula, orang-orang arogan seperti mereka masih tidak berani bertarung melawan Blood Spirit Fae. Sebab, ketika mereka melakukannya, mungkin mereka akan mati.     

Sun Dadi sedang mematung. Ketika ia sudah berhasil memproses segala sesuatunya, saat itu ia berteriak kencang, "Kakak Gu, impulsif adalah iblis! Tenanglah. Kau harus bersikap tenang!"     

Kedua mata Saintess mulai kehilangan sinarnya. Wanita itu sedang menghela nafas. "Kukira kau adalah sosok pria yang paham bagaimana cara berjudi dengan sesuatu. Tapi ternyata, tak kusangka jika kau telah berubah menjadi gila hanya demi menduduki posisi Putra Dewa. Lagipula, siapa yang mampu bertahan setelah menerima serangan Blood Spirit Fae?"     

Ji Shui menggigit bibirnya sendiri. Saat itu, kedua matanya terlihat dingin, sembari bergumam pada diri sendiri, "Dia benar-benar terlalu arogan."     

Semua orang berpikir bahwa Gu Linfeng pasti akan mati setelah menantang Blood Spirit Fae.     

"Mari kita menebak berapa banyak serangan yang mampu ditangkis oleh Gu Linfeng," kata seseorang dengan bersemangat.     

"Berapa banyak serangan? Kau kira Blood Spirit Fae adalah sosok yang seperti apa? Dia adalah sang Supreme Saint dari Abad Pertengahan. Dia mampu menantang sang Leluhur Dewa Darah. Jadi, dia pasti mampu menghancurkan Gu Linfeng hanya dengan satu jari, seperti ketika sedang menghancurkan seekor semut."     

Zhang Ruochen berdiri tegak. Lelaki itu memancarkan aura kepercayaan diri yang tinggi.     

"Bagus! Aku tidak menyangka bahwa ternyata Sekte Dewa Darah mampu melahirkan sosok junior sepertimu. Baiklah, kalau begitu, aku akan membiarkan mayatmu utuh."     

Blood Spirit Fae mengayunkan tangannya. Seketika itu juga, terdengar suara gemeretak di seluruh Altar Dewa Darah. Kemudian, skeleton merah darah mulai keluar dari persemayamannya. Skeleton itu pun mulai menjadi satu dengan penjelmaan Blood Spirit Fae.     

Ia merentangkan satu jari. Di waktu yang bersamaan, terdapat cahaya yang menyebar di ujung jarinya. Gelombang kekuatan yang kuat mulai terbentuk.     

Di bawah altar, para pertapa dari Sekte Dewa Darah sedang mengamati lantai keenam. Mereka melihat pilar cahaya perak yang lama kelamaan menjadi semakin terang. Rasa-rasanya, Blood Spirit Fae seakan sedang menggenggam bintang.     

"Sesuai dugaan, ternyata seperti ini kemampuan sosok Supreme Saint ketika ia masih berusia muda. Serangan yang sederhana sampai terlihat sangat mengerikan. Bahkan, seorang Setengah-Biksu di level ketujuh tidak akan mampu bertahan dari serangannya, apalagi Setengah-Biksu di level keempat."     

Blood Spirit Fae menuding ke depan. Saat itu, gumpalan cahaya perak langsung menukik turun menuju kepala Zhang Ruochen layaknya meteor yang sedang membelah langit.     

Di waktu yang bersamaan, banyak pertapa yang mulai membayangkan tubuh Gu Linfeng akan hancur berkeping-keping dan berubah menjadi kabut darah.     

Akan tetapi, Zhang Ruochen malah menghadapi serangan tersebut. Ia menyuntikkan Chi Suci ke dalam Seven Kill Boxing Glove. Setelah itu, terdapat inskripsi-inskripsi yang bermunculan seperti jaring laba-laba. Kemudian, sebuah pukulan yang keras dilayangkan ke arah depan, hingga berbenturan dengan jari Blood Spirit Fae.     

Kaboom.     

Terdengar suara ledakan yang kencang di lantai keenam Altar Dewa Darah. Tubuh Gu Linfeng ternyata tidak hancur berkeping-keping. Sebaliknya, lelaki itu cuma terhempas ke belakang sampai beberapa ratus kaki jauhnya. Setelah itu, ia cepat-cepat mendarat dan menyeimbangkan dirinya sendiri.     

Yang lebih mengejutkan, Blood Spirit Fae harus mengambil satu langkah mundur demi meredam kekuatan pukulan Zhang Ruochen.     

Apa Gu Linfeng benar-benar berhasil memaksa Blood Spirit Fae bergerak mundur? Sebagian besar penonton mengira bahwa itu tidak nyata. Sebab, jika Blood Spirit Fae memang benar-benar mampu menghancurkan Gu Linfeng, maka ia tidak perlu bergerak mundur.     

"Apa Gu Linfeng benar-benar mampu bertahan dari serangan tersebut?" kedua mata Saintess – yang basah – sedang menatapnya dengan terkejut. Tubuh cantiknya mulai gemetar. Tepat di waktu itu, kesan Gu Linfeng di dalam kepalanya benar-benar telah berubah total.     

Tampaknya, kemampuan Gu Linfeng tidak lemah seperti yang pernah dibayangkan orang-orang. Yang jelas, lelaki itu cukup mengerikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.