Kaisar Dewa

Sekte Dewa Darah, Spiritual Void Sea



Sekte Dewa Darah, Spiritual Void Sea

0Sekte Dewa Darah berada di wilayah yang gelap. Wilayah itu memanjang di sisi utara Tanah Suci Zhouwan. Di belakangnya, di sana terdapat Gunung Salju Kuno. Tempat itu adalah wilayah tundra dan tempat yang dipenuhi oleh es sepanjang tahunnya.      2

Spritual Void Sea adalah danau dingin dengan lebar mencapai lebih dari 1.000 mil. Danau itu berada di bawah Gunung Salju Kuno dan merupakan tempat di mana Discipline King Haiming berkultivasi.     

Meski tempat itu sangat dingin, namun Spiritual Void Sea tidak pernah membeku. Sehingga, airnya terlihat berwarna biru gelap. Jadi, kalau diamati dari langit, maka itu akan tampak seperti batu safir yang diletakkan di atas selembar kertas putih.     

Di malam hari, terdapat Energi Chi lima warna yang membumbung dari sungai tersebut. Akibatnya, itu membuat banyak wilayah di sekitarnya tampak seperti tanah suci.     

Pada saat ini, seorang pria berjubah hitam sedang di Pulau Kongcheng – di jantung Spiritual Void Sea tersebut. Pria itu sedang membawa peti mati dengan salah satu tangannya, sementara ia juga sedang berjalan di atas jembatan. Pria itu berjalan lurus menuju ke Aula Discipline King.     

Dua wanita muda sedang berjaga di sisi kiri dan kanan Aula Discipline King, mereka segera berlutut dengan satu kaki untuk menyambut kedatangan pria berjubah hitam tersebut. Tampaknya, mereka terlihat sangat menghormatinya.     

Kedua wanita itu sangat cantik. Mereka juga telah berada di Perubahan Kesembilan dari Alam Fish-dragon. Mereka berdua adalah budak Discipline King Haiming dan memiliki derajat yang tinggi di Spiritual Void Sea. Akan tetapi, mereka masih harus membungkuk di hadapan seorang pria berjubah hitam ini. Maka dari itu, hal ini menegaskan bahwa sosok berjubah hitam itu pasti memiliki derajat yang tinggi.     

Di dalam Aula Discipline King, di sana tidak ada siapa-siapa kecuali sang pria berjubah hitam. Namun, di dalamnya terdapat 36 lentera darah suci yang masih menyala. Semua lentera itu menyala terang, hingga memperlihatkan wujud pria itu dengan lebih jelas.     

Pria itu bernama Blue Night. Dia merupakan salah satu murid Discipline King Haiming, dan salah satu elder di Sekte Dewa Darah.     

Pria itu terlihat berusia 30 tahunan. Hidungnya besar dengan kedua mata yang tajam, hingga membuatnya terlihat tampan, tapi memancarkan aura yang keji.     

Blue Night mulai mendorong sesuatu ke arah depan. Layaknya sedang mendorong kertas, maka peti mati logam itu sempat terbang sebentar, sebelum akhirnya mendarat di tengah-tengah aula tanpa suara.     

"Master, ini adalah mayat Sun Chengyi," Blue Night melapor dengan ekspresi datar. "Saya menemukannya di Thousand Burial Valley. Tubuhnya telah dipotong menjadi delapan bagian, dan saya baru saja menyatukan semuanya."     

Api yang terdapat pada 36 lentera darah suci itu mulai bergoyang-goyang. Kemudian, terdengar suara tua, namun cukup tegas, yang berasal dari entah. "Sun Chengyi adalah sosok kebanggaan murid keenam. Dia belum genap berusia 100 tahun, tapi sudah berada di Alam Setengah-Biksu. Mestinya dia adalah kandidat terbaik. Aku tidak menyangka kalau ternyata dia lebih dulu mati sebelum tinggal di Istana Nether Heavenly.'     

Setelah itu, terdengar hembusan nafas panjang.     

Blue Night menatap singgasana hitam yang berada di sudut aula. Layaknya orang yang sedang bicara sendirian, saat itu ia berkata, "Bahkan Sun Chengyi mati dengan cara yang mengenaskan. Jadi, kalau kita mengirimkan para junior, maka nasib mereka tidak akan jauh berbeda."     

Aula Discipline King itu pun berubah menjadi hening.     

Beberapa saat kemudian, suara tua itu terdengar kembali. "Bottomless Abyss menyimpan rahasia yang mengejutkan. Namun, sang Leluhur telah mengutus Istana Nether Heavenly untuk menjaganya. Jadi, tidak ada satupun yang bisa mendekati tempat tersebut, bahkan para anggota sekte sekalipun."     

"Tiga ratus tahun silam, kami berempat – para Discipline King – hanya sedikit lebih lemah daripada sang Leluhur, tapi tingkat kultivasinya tiba-tiba berkembang pesat dalam 300 tahun belakangan ini. Kini, sang Leluhur telah jauh mengguli kami, hingga menjadi sosok yang paling kuat di Sekte Dewa Darah. Sejak saat itu, tidak ada satupun yang berani menentangnya."     

Blue Night mengangkat kedua alisnya. Saat itu, terdapat sinar aneh di kedua matanya. "Master, apa maksud Anda pencapaian sang Leluhur selama ini berkaitan dengan Bottomless Abyss?"     

"Ya. Istana Nether Heavenly telah berada di luar Bottomless Abyss sejak 300 tahun silam, dan menyegel tempat tersebut. Sejak saat itu, tidak ada satupun yang dapat mendekatinya, selain sang Leluhur sendiri. Jadi, apa kau pikir semua itu hanya kebetulan belaka?"     

Setelah itu, suara tua tersebut terdengar tajam, seakan sedang membenci sesuatu. "Tidak peduli apa, aku harus menemukan rahasia yang tersimpan di balik Bottomless Abyss. Kalau aku berhasil menemukan rahasia itu, maka aku bisa menjadi pemimpin di antara empat Discipline King."     

"Tapi, bila Sun Chengyi juga dihitung, maka kita telah kehilangan 12 elit Setengah-Biksu," kata Blue Night. "Selain itu, sekarang ini, hampir tidak ada kandidat yang sesuai di generasi ketiga. Namun, kalau kita mengutus Setengah-Biksu lain untuk masuk ke dalam Istana Nether Heavenly, maka dia tidak akan bisa dipercaya. Sebab, kalau dia sampai membongkar rencana Anda, dan sang Leluhur sampai mendengarnya, maka kita akan terseret ke dalam masalah yang lebih besar."     

Blue Night mengatakan sesuatu yang paling ditakuti oleh Discipline King Haiming.     

Sang King memiliki 14 orang murid. Selain mereka, maka ia juga memiliki banyak murid lain di generasi ketiga, keempat dan kelima. Jadi, seharusnya masih terdapat banyak elit di antara mereka. Bahkan, meski mereka masih sangat muda, tapi mereka sudah menjadi figur-figur tangguh.     

Sebagaimana misal, pria yang berada di dalam peti mati tersebut – Sun Chengyi – adalah muridnya Li Shigong, sementara Li Shigong adalah murid keenamnya Discipline King Haiming. Selain itu, Sun Chengyi adalah pria yang menjadi pemimpin murid di generasi ketiga.     

Enam tahun silam, Discipline King Haiming mulai mengutus para elit di generasi ketiganya untuk pergi ke Istana Nether Heavenly untuk membongkar rahasia yang tersimpan di balik Bottomless Abyss. Akan tetapi, sejak saat itu, mereka semua tidak pernah kembali lagi, atau mungkin sudah mati. Yang jelas, tidak ada satupun dari mereka yang berhasil selamat.     

Jadi, secara teknis, maka semua murid di generasi ketiga – yang telah menembus Alam Setengah-Biksu – kini telah mati. Sehingga, ia sudah tidak punya kandidat lain yang sesuai.     

Discipline King Haiming sendiri telah berusia 600 tahun. Bahkan, vitalitasnya sudah hampir habis. Jadi, jika dia ingin memperpanjang rentang hidupnya, maka pria tua itu harus segera menembus ke alam baru. Maka dari itu, ia benar-benar gelisah dan ingin segera menemukan rahasia tersebut.     

Jadi, apakah dia harus mempertaruhkan nyawanya sendiri dan pergi ke sana seorang diri?     

Whoosh!     

Tepat setelah itu, terdapat gumpalan kabut merah yang mendekat dari arah pintu. Gumpalan kabut itu segera mendekati Blue Night dan berubah menjadi figur manusia berjubah merah darah. Figur ini bertubuh tinggi dan kurus, namun wajahnya masih tersembunyi di balik penutup kepala. Jadi, baik wajah, usia, dan jenis kelaminnya, sama-sama tersembunyi, hingga membuatnya terlihat semakin misterius.     

"Master, putra Kakak Saudara Gu Yan ingin bertemu dengan Anda." Suara figur berjubah itu masih terdengar insubstansial. Jadi, sangat sulit untuk mengidentifikasi usia dan jenis kelaminnya.     

Setelah mengatakan itu, maka figur berjubah merah itu segera membuka dekrit biksu di hadapannya. Di waktu yang bersamaan, Chi Suci mengalir keluar dari balik lengan bajunya dan langsung menyelimuti dekrit biksu tersebut. Lalu, ia menerbangkannya ke arah meja perunggu.     

Poof!     

Terdapat garis-garis darah yang bermunculan di udara. Garis-garis itu memenuhi Aula Discipline King, sebelum akhirnya terkondensasi dan berubah bentuk menjadi seorang elder dengan jubah biru panjang.     

Ini adalah Jiwa Suci milik sang Discipline King Haiming. "Putranya Gu Yan?"     

Pria itu mengamati dekrit biksu di atas meja, lalu ekspresi wajahnya terlihat menimbang-nimbang. Setelah beberapa lama, akhirnya ia teringat tentang Gu Yan – murid kesembilannya – yang pernah datang ke Spiritual Void Sea untuk meminta sebuah dekrit biksu demi putranya.     

Pada saat itu, Discipline King Haiming langsung menyetujuinya, karena Aula Naga Darah telah membawa banyak Kristal Suci dan obat-obatan kepadanya.     

Selain itu, ia juga masih mengingat putranya Gu Yan. Pria itu memang cukup bertalenta. Discipline King Haiming pernah mengizinkannya untuk tinggal di Spiritual Void Sea selama beberapa saat dan melatihnya secara langsung. Jadi, mungkin sekarang ini kemampuan pemuda itu telah meningkat.     

Namun, pemuda itu benar-benar bernyali tinggi. Bagaimana tidak, dia baru saja tinggal di Spiritual Void Sea selama tiga hari, namun pemuda itu sudah berani meniduri budak terdekatnya Discipline King Haiming.     

Maka dari itu, King Haiming pun menjadi sangat marah, namun saat teringat bahwa Gu Yan – dengan Aula Naga Darahnya – yang masih bisa memberinya banyak kekayaan, maka ia pun mengurungkan niatnya untuk menghukum Pangeran Naga Darah. Akan tetapi, setelah peristiwa memalukan tersebut, maka ia juga menemukan alasan yang sesuai untuk mengeluarkan pemuda itu dari Spiritual Void Sea dan mengirimnya pulang ke Yuan Mansion.     

Tentu saja, sang King akhirnya membunuh budak tersebut.     

"Kenapa dia datang kemari?"     

Discipline King Haiming sedang merasa tidak senang. Namun, ketika terpikirkan bahwa murid kesembilannya masih bisa memberinya banyak keuntungan, ia pun akhirnya memanggil Pangeran Naga Darah untuk masuk ke dalam.     

Zhang Ruochen – yang sedang menyamar sebagai Pangeran Naga Darah – masuk ke dalam Aula Discipline King. Lelaki itu cepat-cepat membungkuk di hadapan Jiwa Suci King Haiming dan menangis, "Grandmaster, tolong balaskan dendam saya! Murid-murid dari Aula Naga Darah tidak boleh mati begitu saja, ayah saya tidak boleh mati begitu saja. Hanya Anda yang bisa membalaskan dendam kami... cough..."     

Saat sedang berbicara, lelaki itu memuntahkan darah berwarna hitam. Zhang Ruochen masih terus terbatuk-batuk, hingga membuatnya terlihat menyedihkan.     

Ini bukan pura-pura. Zhang Ruochen memang sedang terluka parah. Meski begitu, diam-diam Zhang Ruochen masih dapat mengamati tiga orang yang berada di dalam aula tersebut.     

Discipline King Haiming sedang duduk di singgasananya. Pria itu memiliki rambut yang panjang berwarna biru laut, dengan sepasang mata yang dalam dan wajah keriput. Meski itu cuma bayangannya, namun pria itu masih memancarkan Chi Suci yang melimpah. Yang jelas, ia tampak seperti pegunungan yang menjulang tinggi, serta lautan yang sangat dalam. Akibatnya, sosok yang seperti ini selalu mampu membuat Zhang Ruochen merasa tertekan.     

Selain itu, terdapat pria berjubah hitam dan sosok berjubah merah yang berada di kedua sisinya.     

Pria berjubah hitam itu tampaknya telah berhasil menguasai teknik-teknik kegelapan. Jadi, meski ia hanya berdiri santai di sana, namun ia masih memancarkan Chi Suci es, yang mampu membekukan ruang di sekitarnya. Bahkan, ketika Energi Chi dari langit dan bumi telah berada di dalam radius 10 kaki darinya, maka energi itu akan segera hancur.     

Tidak perlu dipertanyakan lagi, orang semacam ini pasti mengerikan.     

Sementara itu, sosok berjubah merah darah itu malah terlihat seperti gumpalan energi – yang tidak punya bentuk fisik. Bahkan, sosok seperti ini akhirnya menjadi jauh lebih sulit untuk diidentifikasi.     

Melalui pengamatan tersebut, maka Zhang Ruochen akhirnya memahami satu hal; bahwa orang-orang di dalam Aula Discipline King bukanlah sosok sembarangan.     

Lalu, sambil bertahan dari tekanan tersebut, maka Zhang Ruochen masih terus melanjutkan penyamarannya dengan hati-hati. Sebab, jika ia membuat sedikit kesalahan, maka malam ini, nyawanya bisa saja melayang.     

Discipline King Haiming sedang menyipitkan kedua matanya. Ia mengamati Pangeran Naga Darah yang sedang berlutut di hadapannya, sambil bertanya dingin, "Kau bilang apa? Ayahmu mati? Siapa yang berani menyentuh muridku?"     

"Sekte Death Zen!" teriak Zhang Ruochen. "Para biksu jahat dari Sekte Death Zen."     

Alis King Haiming langsung berkedut-kedut. "Sekte Death Zen," gumamnya pada diri sendiri.     

Kalau kelompok lain berani membunuh muridnya, maka pria tua itu pasti akan menghancurkan seluruh kelompok tersebut beserta dengan seluruh isinya, meski semua itu hanya perkara melindungi reputasi. Akan tetapi, Sekte Death Zen bukan kelompok kacangan semacam itu. Bahkan, mereka adalah kelompok yang telah berdiri sejak era kuno, dengan pengaruhnya yang sudah tersebar luas. Terlebih lagi, anggota mereka telah menyebar di seluruh penjuru dunia. Jadi, meski Sekte Dewa Darah juga telah berdiri sejak ribuan tahun silam, namun kalau harus diperbandingkan, maka mereka masih sedikit lebih lemah.     

Apalagi, Elder dari Sekte Death Zen adalah sosok yang sangat tangguh. Bahkan, pria itu mampu bertahan dari satu serangan sang Permaisuri tanpa menderita luka apa-apa. Yang jelas, tidak banyak figur semacam ini di seantero Daratan Kunlun.     

Jadi, tampaknya membalaskan dendam kepada Sekte Death Zen bukanlah tindakan yang bijak, apalagi jika hanya karena membela seorang junior.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.