Kaisar Dewa

Kenangan Malam Tahun Baru



Kenangan Malam Tahun Baru

0Sambil mengamati situasi di sekitarnya, Zhang Ruochen menatap tiga Tu bersaudara. Tadinya, Zhang Ruochen menggunakan kaki kiri dewa, karena dia memang ingin mengalahkan mereka secara telak, agar mereka bersedia tunduk di depannya.      1

Tentu saja, setelah memenangkan pertempuran itu, dia tidak berubah menjadi arogan. Sebaliknya, dia berkata sambil tersenyum. "Kalian tidak perlu sesopan itu. Sebaliknya, karena aku masih belum mengetahui detil-detil di kamp, maka aku memerlukan bantuan kalian."     

"Komandan, Anda sangat baik. Padahal tadinya kami bertiga sangat sombong. Pada akhirnya, kami mempermalukan diri sendiri di depan Anda. Bodoh sekali," kata Tu Tian sambil menahan malu.     

Mereka adalah para kultivator yang sangat percaya diri. Mereka pikir dapat menghancurkan Zhang Ruochen dan mengambil posisinya dengan sangat mudah. Namun, mereka tidak pernah menyangka bila semuanya akan berakhir seperti ini.     

Sejak pertama kali mereka berkultivasi, mereka tidak pernah dikalahkan telah seperti itu, apalagi dikalahkan oleh kultivator yang terpaut dua level di bawah mereka.     

Akan tetapi, mereka tidak terlalu keberatan dengan hasilnya. Sebaliknya, mereka malah semakin takjub dengan Zhang Ruochen. Lagipula, Zhang Ruochen tidak menggunakan trik-trik kotor untuk mengalahkan mereka.     

Sosok kultivator sejati memang harus menghormati musuhnya.     

"Tidak ada salahnya belajar dari orang lain. Karena kalian berdua berani menantangku, akhirnya aku punya kesempatan untuk membuktikan diri. Maka dari itu, kalian tidak perlu menyesal," kata Zhang Ruochen.     

"Komandan, kebaikan Anda membuat kami merasa malu. Kalau begitu, kami bertiga akan mengadakan pesta untuk Anda, dan semoga Anda tidak menolaknya." Tu Tian menatap Zhang Ruochen dengan tulus.     

Zhang Ruochen tersenyum dan berkata, "Aku tidak akan menolaknya, terutama setelah kalian menunjukkan itikad baik."     

Zhang Ruochen hanya ingin mengendalikan situasinya. Maka dari itu, dia tidak perlu bermusuhan dengan mereka bertiga. Lagipula, apabila dia punya terlalu banyak musuh, maka itu tidak cukup bijak.     

Seketika itu juga, formasi taktis di arenanya dinonaktifkan, sebagaimana tiga Tu bersaudara keluar dari arena dan mengantar Zhang Ruochen.     

Tidak lama kemudian, makanan dan wine-wine disajikan di dalam kamp. Para Saint King di level sembilan sedang berkumpul di sana.     

Karena itu adalah pesta penyambutan Zhang Ruochen dan Ji Fanxin, maka semakin banyak yang datang, itu akan semakin meriah.     

Selama pesta berlangsung, sekelompok elit mulai memperkenalkan diri kepada Zhang Ruochen dan Ji Fanxin dengan diantar oleh tiga Tu bersaudara.     

Pada mulanya, Xiang Chunan membenci mereka bertiga, tapi setelah beberapa kali meminum wine bersama mereka, akhirnya dia pun memanggil mereka sebagai saudara. Hubungan mereka mirip seperti kawan kecil yang sudah lama tak bertemu.     

Setelah pestanya usai, saat itu hari sudah malam.     

Zhang Ruochen keluar dari kamp sendirian dan menemukan tempat duduk di luar sana. Dia mendongak dan menatap bulan di angkasa. Tiba-tiba, hatinya terasa kompleks.     

Ini adalah malam Tahun Baru. Bunga-bunga salju berguguran dan pemandangannya sangat cantik.     

Bagi penduduk biasa, mereka akan berkumpul dengan keluarga masing-masing di malam seperti ini. Mereka akan menghabiskan makan malam bersama dan berbincang mengenai kehidupan sehari-hari.     

Gambaran Selir Lin muncul di benaknya. Selama beberapa tahun belakangan, dia pergi ke Dunia Langit demi menempa diri. Dia belum bertemu dengan Selir Lin selama bertahun-tahun.     

Kini, walau dia sudah kembali ke Daratan Kunlun, tapi dia masih belum sempat menghabiskan malam tahun baru bersama Selir Lin.     

Namun, Selir Lin sedang bersama Mu Lingxi. Bukankah ibunya akan bahagia?     

Di waktu yang sama, Zhang Ruochen teringat mengenai Chi Kunlun dan Chi Kongyue. Setelah mengucapkan salam perpisahan di Istana Dewa Kebenaran, sejak saat itu dia tidak pernah bertemu dengan mereka lagi. Dia tidak tahu bagaimana kondisi mereka sekarang ini.     

Entah sebagai putra atau ayah, dia sama-sama merasa payah. Dia belum bisa menjadi sosok yang bertanggung jawab sebagai keduanya.     

Akan tetapi, dia memang tidak punya pilihan lain. Zhang Ruochen harus menanggung beban banyak orang. Jika dia memang punya pilihan itu, bukankah dia akan memilih berkumpul dengan orang tua, istri dan anak-anaknya, sambil menikmati kehidupan?     

Lambat laun, gambaran Mu Lingxi menjadi semakin jelas di benaknya.     

Sambil membayangkan Mu Lingxi, tanpa disadari tiba-tiba senyuman muncul di wajah Zhang Ruochen. Selama bertahun-tahun, situasi macam apapun yang dihadapinya, ternyata Mu Lingxi selalu berada di sampingnya. Mungkin wanita itu adalah berkah Dewa yang paling berharga untuknya.     

Lantas, dia menuliskan pesan pada Signal Flare dan mengirimkannya kepada Mu Lingxi.     

Pesannya tidak terlalu penting. Dia hanya sedang mengekspresikan rindunya terhadap wanita tersebut. Lagipula, mereka sudah terpisah cukup lama.     

Tidak lama kemudian, Signal Flare terbang dari ufuk langit dan mendarat di tangan Zhang Ruochen.     

Secara natural, itu adalah Signal Flare balasan Mu Lingxi. Tidak ada banyak pesan di dalamnya. Isinya sama. Mu Lingxi juga rindu kepadanya.     

Sebelum Zhang Ruochen sempat tersenyum, Signal Flare lain terbang ke arahnya, dan juga berasal dari Mu Lingxi.     

Setelah melihat isi pesannya, ekspresi Zhang Ruochen mendadak berubah.     

"Ada hal penting yang harus kusampaikan padamu. Orang tua Kakak Chen baru saja dibunuh oleh Blackslaughter Ghost Lord beberapa hari yang lalu."     

Yang jelas, Mu Lingxi sempat ragu-ragu dalam menyampaikan kabar tersebut. Namun, setelah memikirkannya dengan seksama, wanita itu memutuskan untuk memberitahunya. Lagipula, mereka berdua pernah menjadi mertua Zhang Ruochen.     

Kabar itu sangat mendadak. Bahkan Zhang Ruochen tidak tahu harus seperti apa meresponnya.     

Dia sempat bertemu dengan Chen Liuli di East Region Saint Mansion. Tak disangka, ternyata wanita itu akan terbunuh setelahnya.     

Tidak bisa tidak, Zhang Ruochen tiba-tiba mulai memikirkan Huang Yanchen. Rentetan kenangan mulai membanjiri pikirannya.     

Selama ini, dia pikir sudah bisa melupakan kenangannya bersama Huang Yanchen. Tapi ternyata, semua kenangan itu masih melekat jelas di benaknya.     

Lagipula, Zhang Ruochen masih punya hati. Tidak mungkin dia melupakan Huang Yanchen begitu saja. Apalagi, Huang Yanchen adalah wanita pertama yang dicintainya setelah hatinya dipatahkan oleh Chi Yao.     

Ketika Huang Yanchen menghianatinya dan memilih berada di sisi Chi Yao, maka itu benar-benar mematahkan hatinya, dan nyaris membuatnya kembali hancur.     

Seharusnya dia membenci Huang Yanchen. Tapi sejujurnya, dia tidak pernah membenci wanita tersebut.     

Dulu, Immortal Vampir pernah menyerang Kota Kerajaan Qianshui dan membantai keluarga Huang Yanchen demi memaksanya keluar dari persembunyiannya. Bahkan Komandan Pangeran Qianshui dan Chen Liuli sampai diculik oleh mereka. Artinya, Zhang Ruochen berhutang besar kepada Huang Yanchen.     

Di samping itu, Lady Saint pernah berkata sebelumnya kalau Huang Yanchen sudah mati. Dia sudah mati dan tak bisa dihidupkan lagi. Oleh karena itu, Zhang Ruochen sama sekali tidak bisa membencinya.     

Toh, baik Zhang Ruochen maupunHuang Yanchen sama-sama tidak bisa kembali ke masa lalu.     

"Blackslaughter Ghost Lord harus mati."     

Intensitas membunuh memancar dari mata Zhang Ruochen.     

Karena Huang Yanchen sudah tidak ada, maka hanya dia yang bisa membalaskan dendam mertuanya.     

Tidak ada alasan lain. Dia hanya merasa perlu untuk melakukannya.     

Zhang Ruochen ingin pergi ke Wilayah Timur sendirian dan membantai Blackslaughter Ghost Lord, tapi dia tidak bisa melakukannya. Sebentar lagi, pertempuran besar-besaran di Wilayah Utara akan dimulai. Dia tidak bisa pergi dari sana dalam kondisi seperti ini.     

Kemudian, dia buru-buru mengirimkan Signal Flare kepada Le.     

Blackslaughter Ghost Lord adalah Ghost Lord di level enam. Kemampuannya setara dengan kultivator di level puncak. Dia telah menduduki salah satu kota di Wilayah Timur. Entah berapa banyak manusia yang sudah dibunuh olehnya. Maka dari itu, diperlukan sosok tangguh untuk menghabisinya.     

Walau dia belum bertemu dengan Le selama beberapa tahun belakangan, tapi Zhang Ruochen percaya bahwa Le sanggup menyelesaikan tugas tersebut.     

Di samping itu, Le adalah kultivator terbaik di Daratan Kunlun yang dapat menyelesaikan tugasnya.     

Beberapa saat kemudian, Le membalas pesannya dalam satu kalimat. "Esok hari, Blackslaughter Ghost Lord tidak akan sempat menikmati matahari terbit."     

Selama mereka masih berada di Daratan Kunlun, maka mereka bisa pergi kemanapun dengan menggunakan lubang cacing di Terminal Merit.     

Sebelum-sebelumnya, karena Zhang Ruochen tidak ingin diketahui keberadaanya oleh orang lain, maka dia menggunakan formasi teleportasi untuk berpindah tempat.     

Kemunculannya di Wilayah Utara telah membuat banyak orang terkejut. Hal itu semakin menegaskan pilihannya.     

Setelah menyerahkan tugasnya kepada Le, Zhang Ruochen mendadak terdiam. Banyak hal sedang melintas di benaknya.     

"Kakak, kenapa kau sendirian di tempat ini?"     

Feng Yan tiba-tiba muncul di belakang Zhang Ruochen, bahkan tanpa disadari olehnya.     

Mendengar suara Feng Yan, Zhang Ruochen seakan kembali ditarik ke dalam realita.     

Sambil mendesah pelan, Zhang Ruochen berkata, "Tidak ada. Aku hanya ingin menikmati salju sendirian."     

Bagaimana mungkin Feng Yan tidak bisa menemukan keganjilan pada suasana hati Zhang Ruochen? Dengan begitu, maka dia berkata, "Kakak, apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa tidak menceritakannya kepadaku?     

Zhang Ruochen mendongak dan tidak berkata apapun, sambil mengamati bulan purnama di angkasa dan salju-salju yang berguguran. Pikirannya kembali menyusuri peristiwa Malam Tahun Baru sepuluh tahun silam. Ketika itu, dia dan Huang Yanchen sama-sama berjalan ke arah yang berlawanan. Lambat laun, mereka berdua menjadi orang asing.     

Jika peristiwa itu tidak pernah terjadi, mungkin dia dan Huang Yanchen telah memiliki keluarga yang bahagia. Mungkin anak mereka sudah berusia remaja.     

Setelah terdiam cukup lama, Zhang Ruochen berkata, "Adik kedua, aku akan menceritakan sesuatu kepadamu."     

"Baiklah, kak. Ceritakan saja," Feng Yan meresponnya, lantas duduk di samping Zhang Ruochen.     

Entah apa yang terjadi pada Zhang Ruochen. Dia pun tidak tahu bagaimana cara menghiburnya. Jadi, dia hanya duduk di sampingnya dan menjadi pendengar yang baik.     

Di momen-momen seperti ini, maka persaudaraan mereka akan semakin kental.     

Zhang Ruochen berusaha menenangkan diri dan berkata, "Dulu, pernah ada seorang pangeran yang berasal dari commandery lemah. Demi menyelesaikan masalahnya, maka dia ikut bersama ayahnya untuk meminta bantuan dari commandery yang lebih kuat. Ternyata, pada saat itu, mereka sedang mencari pangeran untuk dinikahkan dengan putrinya. Pangeran itu berhasil mengejutkan semua orang dan memenangkan kompetisi bela diri, sampai akhirnya dia boleh meminang putri commandery. Namun, rupanya takdir berkata lain. Ternyata, pangeran itu malah menikah dengan kakak sang putri commandery. Di waktu yang sama, kakak sang putri commandery adalah juga kakak seniornya di sekolah bela diri...     

"Setelah melewati banyak ujian dan cobaan, sang pangeran akhirnya berani keluar dari lubang hitamnya. Perlahan-lahan, dia mulai membuka hatinya, sampai akhirnya dia menikahi wanita tersebut...     

"Setelah pangeran itu membuka hatinya untuk kakak senior, tiba-tiba dia dikhianati oleh kekasihnya. Kekasihnya lebih memilih masternya ketimbang pangeran tersebut. Pada akhirnya, pangeran itu marah dan kembali menutup diri. Dia tidak ingin lagi bertemu dengan kakak seniornya, sampai mereka berdua berjalan ke arah yang berlawanan.     

"Selama ini, pangeran itu mengira kalau dia bakal membenci kakak seniornya sampai kapanpun. Tapi setelah mendengar kabar kematian kakak seniornya, maka segalanya luruh begitu saja. Kebencian dan cintanya mendadak hilang, bagai diterpa angin."     

Pada akhirnya, Zhang Ruochen tidak sanggup menahannya lagi, hingga dia menitikkan air mata.     

Mungkin karena sudah lama menyembunyikan perasaan itu, dan setelah mengungkapkannya, dia pun merasa agak lega.     

Jika semuanya bisa diulang kembali, mungkin dia tidak akan membenci wanita tersebut. Minimal, kematiannya tidak akan terlalu menderita.     

Setelah mendengar cerita Zhang Ruochen, Feng Yan pun mendesah panjang, tapi dia tidak berkomentar apapun.     

Seandainya dia yang berada di posisi semacam itu, apa lagi yang bisa dilakukan olehnya?     

Bagaimana mungkin dia tidak tahu kalau cerita tentang pangeran itu adalah ceritanya Zhang Ruochen sendiri, dan wanita yang disebutkannya adalah Nona Yanchen?     

Sebenarnya, Feng Yan pernah mendengar cerita mereka berdua. Namun, dia tidak menyangka kalau ternyata ceritanya akan sekompleks itu.     

Sambil mengangkat tangannya, Feng Yan mengeluarkan labu wine dan berkata, "Kakak, mari kita minum."     

Zhang Ruochen tidak berkata apapun. Dia merentangkan tangannya dan mengambil labu wine, lantas mendongak dan menenggaknya.     

Dia bukan seorang peminum, tapi sekarang ini, dia benar-benar ingin minum. Mungkin dengan mabuk, maka dia bisa melupakan kegundahannya.     

"Kakak tertua, diam-diam kalian minum wine di sini dan tidak mengajakku. Sungguh tidak adil."     

Setelah itu, Xiang Chunan berlari keluar dari kamp.     

Zhang Ruochen tersenyum tipis dan melemparkan labu winenya kepada Xiang Chunan, sambil berkata, "Kau muncul di waktu yang tepat. Adik kedua baru saja mengeluarkan wine langkanya. Coba saja."     

Xiang Chunan merentangkan tangannya dan menangkap labu wine, lantas berkata bangga. "Kalau begitu, aku tidak akan sungkan-sungkan meminumnya."     

Feng Yan memutar bola matanya kepada Xiang Chunan dan berkata, "Adik ketiga, jangan salah paham dengan kami. Sejak kapan kami lupa denganmu? Tadinya kupikir kau pingsan karena sudah terlalu mabuk. Maka dari itu, aku tidak mengajakmu keluar."     

"Aku? Pingsan karena minum? Kau pasti sedang bercanda. Memang siapa yang bisa mengalahkanku minum? Kakak kedua, keluarkan semua winemu. Aku tidak akan keberatan meminumnya. Menjelang pertempuran seperti ini, lebih baik kita menikmatinya dengan minum-minum." Xiang Chunan mendelik kepadanya.     

Jika bicara tentang minuman, Xiang Chunan memang sangat percaya diri.     

Feng Yan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, hari ini, kau boleh minum sepuasnya. Aku punya bisnis penjualan alkohol, kenapa aku takut kehabisan stok?"     

Mendengar itu, Xiang Chunan tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Ternyata benar, kakak kedua memang terbaik."     

Sambil menatap Feng Yan dan Xiang Chunan di sampingnya, Zhang Ruochen tersenyum tulus. Sembari ditemani dengan dua saudara baik di sampingnya... tampaknya langit masih memperlakukannya dengan baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.