Kaisar Dewa

Jiuyou Merasa Frustasi



Jiuyou Merasa Frustasi

2Cahaya dari Sarang Phoenix semakin meredup.     3

Di Fire Ocean, Middle Divine Fire Jingmie telah menyebar dan berhamburan. Sehingga, hawa panasnya telah menurun drastis. Maka dari itu, Zhang Ruochen langsung melompat ke lautan, namun dia tidak terbakar.     

Sizzle, sizzle.     

Zhang Ruochen berubah menjadi cahaya darah dan melesat keluar dari lautan api tersebut. Hundred Saint Blood Armor-nya berwarna merah akibat terkena panas. Armornya bahkan sampai melepaskan berkas-berkas api. Dia menoleh ke belakang. Sarang Phoenix berukuran besar telah dibakar oleh Divine Fire Jingmie. Api membumbung ke langit, hingga membuatnya semakin indah dan menakjubkan.     

Kobaran apinya mirip seperti phoenix.     

"Setelah Sarang Phoenix berubah menjadi debu, maka era kejayaan Ice and Fire Phoenix telah runtuh. Daratan Zuling pernah melahirkan jutaan pertapa tangguh di masa lalu. Sebentar lagi, dunia ini akan hilang dari semesta dan menjadi catatan sejarah."     

"Para Dewa telah mati. Supreme Saint berubah menjadi debu. Siapa lagi yang masih tersisa di dunia ini?"     

"Berapa banyak pahlawan yang pantas dipuji selama mereka menjaga tanah ini? Berapa banyak cinta dan kebencian, berapa banyak pria dan wanita-wanita bertalenta... tapi sekarang, yang tersisa dari mereka hanyalah tragedi dan puing-puing."     

Zhang Ruochen diliputi oleh berbagai macam emosi. Dia merasa agak depresi, hingga membuatnya bertanya, "Kapan era pertumpahan darah dan kehancuran ini akan berakhir?"     

Tidak ada seorangpun yang menjawabnya, tidak juga Dewa.     

Zhang Ruochen menatap kejauhan dan menemukan 99 gunung saint di sekitarnya telah hancur akibat pertempuran. Suara-suara pertempuran terus menggema, dengan gelombang energi yang memancar di udara.     

"Pertempuran di antara Tujuh Dunia Shatuo dan Ras Luosha pasti telah dimulai, tepat setelah aku masuk ke Sarang Phoenix." Zhang Ruochen menghirup nafas dalam-dalam. Setelah membuang semua energi negatif, dia pun kembali mengangkat Pedang Kuno Abyss-nya.     

Zhang Ruochen tidak suka membunuh orang lain. Tapi jika dia tidak mengangkat pedangnya dan membunuh mereka, maka dia sendiri yang akan terbunuh.     

Chi Suci sedang bersirkulasi di dalam tubuhnya. Lantas, sepasang sayap naga terbuka dari punggungnya. Dia terbang dari lautan api dan melepaskan Kekuatan Batin-nya, sambil berusaha mencari Demonic Sound.     

Demonic Sound sedang bersembunyi di dekat lautan api. Dia membawa 12 Jimat Buddha, dan berhasil menyembunyikan auranya.     

"Master."     

Demonic Sound melepaskan 12 Jimat Buddha dan mengembalikannya pada Zhang Ruochen.     

Pria itu kembali mengenakan jimatnya di pergelangan tangan. Setelah melihat Dinding Catatan Merit-nya masih ada di sana, dia pun menghembuskan nafas lega. "Putri Luosha, Lord Lingquan, Chu Siyuan, Biksu Pedang Jiuyou... apa mereka telah keluar dari Sarang Phoenix?"     

"Mereka keluar satu persatu sejak satu jam yang lalu."     

Keragu-raguan memancar dari mata cantik Demonic Sound. "Sepertinya Biksu Pedang Jiuyou baru saja mendapatkan harta karun yang langka. Sebab, Lord Lingquan dan sekelompok Marquis Pertama sedang mengejarnya."     

"Oh, benarkah?"     

Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya. "Mungkin dia tidak mendapatkan harta apapun. Lord Lingquan mengejarnya karena dia ingin mengambil kembali batu ungunya."     

Walau Biksu Pedang Jiuyou telah memberikan batu ungunya kepada Zhang Ruochen, tapi Lord Lingquan tidak mengetahui hal tersebut.     

Mungkin karena banyak pertapa Luosha sedang mengejar Biksu Pedang Jiuyou, maka tepi lautan apinya menjadi relatif sepi. Memang sempat ada beberapa Marquis Luosha yang terbang di sekitar sana, tapi Zhang Ruochen segera membunuhnya.     

15 menit kemudian, Zhang Ruochen dan Demonic Sound telah berada di puncak Gunung Saint Xifeng. Mereka sedang menatap sisi gunung yang lain.     

Seketika itu juga, hati mereka terasa getir. Pemandangan di depannya membuat mereka terperangah.     

Pemandangan itu sangat tragis dan menakjubkan.     

Tanah di sekitar sana telah menjadi puing-puing. Ada banyak pertapa Luosha dan pertapa dari Tujuh Dunia Shatuo yang saling membunuh satu sama lain. Suara-suara pertempuran sampai menembus awan, sedangkan tanahnya dipenuhi oleh mayat.     

Mayat-mayat Marquis Luosha, binatang buas, manusia...     

Sungai dan gunung-gunung telah dipenuhi dengan darah mereka. Inskripsi-inskripsi formasi di gunung itu telah hancur. Jiwa-jiwa dan amarah para Biksu memenuhi langit, hingga membuat awannya menjadi gelap.     

Mereka adalah para pertapa tangguh dari dunia-dunia besar, tapi mereka meregang nyawa di tempat ini, dengan daging dan darah yang berhamburan.     

Roar!     

Sosok pertapa yang hampir menembus Alam Saint King – dari Daratan Great Demon Ten Square – baru saja berteriak kencang. Chi Demonic menyeruak dari tubuhnya, hingga berubah menjadi awan demonic. Tubuhnya terus membesar, sampai akhirnya setinggi ratusan kaki.     

Kaboom.     

Dia punya dua tanduk di kepalanya, dengan tubuh yang mirip seperti sapi. Dia melesat ke depan dan mulai membunuh kelompok Luosha. Ada banyak Marquis Luosha yang mati setelah diinjak olehnya.     

Sayangnya, jumlah lawannya begitu banyak. Ada lebih dari 1.000 senjata saint yang menyerangnya sekaligus, hingga membuatnya terluka parah. Pada akhirnya, raksasa itu tumbang dan tersungkur ke tanah.     

Salah satu Marquis Pertama berambut merah sedang menebaskan pedangnya, hingga berhasil membelah kepala sang pertapa.     

Marquis lainnya bergegas mendekat seperti ulat, dan mengepung pertapa yang hampir menembus Alam Saint King tersebut.     

Beberapa saat kemudian, hanya tulang-belulang yang tersisa dari pertapa itu.     

Sosok yang hampir menembus Alam Saint King, baru saja menjadi makanan Ras Luosha.     

Pemandangan semacam itu sangat umum terjadi di 99 gunung saint. Tidak peduli betapa kuatnya mereka, tapi hanya ajal yang akan menjemput mereka jikalau sampai terkepung oleh banyak musuh.     

"Tampaknya pertempuran ini baru berlangsung selama satu hari," Zhang Ruochen berusaha menganalisis situasinya, dengan menilai dari kondisi medan pertempuran dan jumlah mayat yang tumbang.     

Medan pertempuran – yang tidak jauh dari Gunung Saint Xifeng – rupanya cukup intens. Sosok elder berhasil menarik perhatian Zhang Ruochen.     

Dia adalah Biksu Pedang Jiuyou.     

Sekitar 7 atau delapan Marquis Luosha sedang mengejar sang elder. Masing-masing dari mereka adalah para pertapa tangguh. Di antara mereka, puluhan pertapa yang berada di barisan depan merupakan pertapa yang paling kuat. Chi Sha tebal menyeruak dari tubuh mereka masing-masing, hingga membuat mereka mirip seperti Lord Demonic.     

"Biksu Pedang Jiuyou benar-benar dikejar oleh puluhan Marquis Pertama," kata Demonic Sound. "Selain itu, masih ada lebih banyak lagi Luosha yang bergerak ke arahnya. Tampaknya, mereka bukan hanya ingin mengambil kembali batu ungunya."     

Biksu Pedang Jiuyou telah bersimbah darah, hingga membuatnya sangat frustasi.     

Sebelum-sebelumnya, dia telah dilukai oleh Zhang Ruochen di Sarang Phoenix. Dia baru saja menyembuhkan dirinya dengan susah payah, tapi saat ingin keluar dari sarang tersebut, tiba-tiba ada banyak pasukan Luosha mengejarnya.     

Sembilan Dewi Empryan dan Chu Siyuan juga bersamanya.     

Tapi, para Luosha itu masih terus mengincarnya. Pertapa yang menyerangnya adalah para pertapa tangguh. Sedangkan Marquis yang lebih lemah akan menyerang Sembilan Dewi Empryan dan Chu Siyuan.     

"Apa kau pikir aku ini lemah dan mudah dikalahkan?"     

Biksu Pedang Jiuyou adalah sosok yang bangga dengan dirinya sendiri. Pada mulanya, dia bangga bertempur melawan ratusan Marquis sendirian dengan menggunakan sembilan pedangnya. Akan tetapi, para Marquis itu sama sekali tidak mengenal takut. Ketika pertapa di barisan depan telah terbunuh, maka Marquis yang ada di belakangnya akan langsung menggantikan.     

Dan ketika ada semakin banyak Marquis Luosha yang bergerak ke arahnya, maka pertahanan Biksu Pedang Jiuyou pun mulai goyah, tidak peduli seberapa tangguh dirinya. Dia hanya bisa menyabetkan pedangnya sambil berlari. Jika dia sampai terkepung, maka dia akan mati terbunuh.     

"Bunuh! Kata putri, siapapun yang berhasil membunuhnya akan menjadi Lord."     

"Aku ingin menjadi Lord! Siapa yang mau membantuku mengaktifkan Second Yao pada Thousand-blade Sword?"     

"Gunakan Extreme Blood Map dan bunuh dia."     

…     

Puluhan Marquis Pertama itu benar-benar menggila. Mereka sangat ingin menjadi Lord. Mereka terus berteriak-teriak ke arah Biksu Pedang Jiuyou yang sedang berlari, seakan sang elder adalah gadis yang sedang telanjang.     

Selain itu, Marquis Kedua dan Ketiga juga berteriak-teriak dan melesat ke arah lain.     

Mereka tidak bisa menahannya, karena menjadi Lord sangat menarik bagi mereka. Kalau mereka berhasil mendapatkan status itu, maka mereka akan mendapatkan lebih banyak wilayah, kitab kultivasi, kehormatan yang tinggi, dan lain-lain.     

Poof!     

Biksu Pedang Jiuyou menggunakan Red Sun Sword Technique dan menusuk salah satu Marquis Pertama.     

Tapi, sebelum dia sempat menarik nafas, sebuah peta darah mendarat ke arahnya.     

Di kejauhan, lima Marquis Pertama sedang mengalirkan energi masing-masing ke dalam pedang saint. Ada lebih dari 20.000 ribu inskripsi pada pedang tersebut, hingga berubah menjadi dua lapisan Chi Suci. Energi pedang yang mengerikan terlepas darinya.     

Biksu Pedang Jiuyou berteriak kencang dan menggunakan kecepatan tertinggi untuk bergerak maju.     

Kaboom!     

Extreme Blood Map dan Thousand-blade Sword mendarat bersamaan, hingga menghancurkan separuh gunung. Area dalam radius seribu mil di sekitarnya penuh dengan energi chaotic.     

Biksu Pedang Jiuyou keluar dari balik debu. Rambutnya berwarna merah, dengan pakaian yang compang-camping. Dia terus memuntahkan darah, dan masih tetap bergerak maju.     

"Dia masih belum mati? Tetap alirkan energi kalian kepadaku. Aku menginginkannya, dalam kondisi hidup atau mati."     

"Dia tidak akan bisa melarikan diri. Aku ingin menjadi Lord."     

"Kita sudah memasang Thousand-star Formation di sekitar 99 gunung saint. Tidak ada Biksu manapun yang bisa melarikan diri."     

…     

Banyak pertapa Luosha yang terus mengejar Biksu Pedang Jiuyou, bagaikan banjir bandang.     

Para Biksu dari Ketujuh Dunia Shatuo saling bersitatap. Mereka tidak tahu kenapa itu bisa terjadi, tapi saat Biksu Pedang Jiuyou berlari ke arah mereka, maka mereka akan hancur.     

Sekarang ini, elder itu telah menjadi pembawa sial. Siapapun yang berada di dekatnya pasti akan diserang oleh sekelompok Marquis Luosha.     

"Sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh Biksu Pedang Jiuyou, sampai-sampai dia berhasil membuat mereka geram?"     

"Pertapa pedang dari Daratan Kunlun itu pasti telah mendapatkan warisan Ice and Fire Phoenix. Aku benar-benar iri dengannya."     

Di puncak Gunung Saint Xifeng, Zhang Ruochen juga merasa terkejut. Tanpa disadari, dia menyentuh pipinya sendiri. "Mereka mengejarnya bukan karena batu ungu. Apa Biksu Pedang Jiuyou benar-benar telah menemukan sesuatu yang berharga di Sarang Phoenix? Apa pria tua itu begitu beruntung?"     

Zhang Ruochen menduga hal itu, karena jika batu ungunya memang sangat penting, maka Lord Lingquan tidak akan pernah meninggalkannya saat dia melarikan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.