Kaisar Dewa

Tujuh Kehidupan dan Tujuh Kematian



Tujuh Kehidupan dan Tujuh Kematian

0Sang pertapa berjubah hijau dan Beauty Shi sedang membicarakan misteri-misteri yang pernah terjadi di masa silam mereka.      2

Zhang Ruochen duduk di sebelah mereka, dan mendengarkan cerita itu dengan seksama.     

"Terima kasih, kakak seperguruan Luo."     

Luo Shuihan baru saja memberikan secangkir teh Zizhu kepadanya. Zhang Ruochen pun segera meneguknya.     

Teh itu terasa manis. Setelah meneguknya, maka aliran darahnya pun menjadi lebih cepat, hingga membuat sekujur tubuhnya menjadi fresh.     

Ini bukan jenis teh biasa.     

Rasa kelelahan di dalam tubuh Zhang Ruochen seakan baru saja diangkat oleh sesuatu. Sehingga, luka-luka di tubuhnya mulai membaik dengan cepat.     

Setidaknya, Zhang Ruochen akan berada di situasi yang melelahkan semacam itu hingga 3 atau 4 hari ke depan, dengan tingkat kultivasi yang akan berada di level terendah. Namun, setelah Zhang Ruochen meneguk teh tersebut, maka ia percaya bahwa rasa lelah itu akan segera sirna setelah beristirahat selama 1 hari.     

Pria tua berambut putih dan hitam sedang mengamati Zhang Ruochen, sebelum akhirnya mencibir, "Teh Kuno Saintly Way diambil dari sebuah pohon teh kuno, yang pernah ditanam langsung oleh Ruzu. Aku memberikan teh ini kepada Leluhur Luo sebagai sebuah hadiah. Tapi, aku tidak pernah menyangka bahwa dirimu, seorang bocah muda, ternyata juga layak meminumnya!"     

Zhang Ruochen berpikir bahwa pria berjubah cendekiawan ini adalah sosok yang congkak, yang terlalu meninggikan derajatnya sendiri di dalam hierarki generasinya. Selain itu, pria tua ini juga gemar membual dan memamerkan dirinya.     

Apa itu benar-benar perlu?     

Namun, kata-katanya itu mengejutkan Zhang Ruochen.     

Sebab, Zhang Ruochen pernah mendengar mengenai pohon teh kuno di masa 800 tahun silam. Pohon-pohon itu ditanam oleh empat orang Elder Confucianism, dan mereka dikenal sebagai Ruzu. Mereka pernah hidup selama ribuan tahun dan usianya sudah sangat tua.     

Namun, bencana yang terjadi pada Abad Pertengahan telah berhasil membunuh mereka bertiga, dan mengubah mereka menjadi debu. Hanya satu orang di antara mereka yang masih selamat sampai dengan hari ini.     

Selain itu, beberapa daun teh tersebut baru bisa dipetik setelah ribuan tahun lamanya.     

Jadi, hanya para Biksu Confucianism yang layak untuk meminum teh tersebut.     

Pria tua berjubah cendekiawan itu mengklaim bahwa dirinya adalah orang yang langsung memetik daun teh itu dari pohonnya, yang membuat Zhang Ruochen sulit untuk mempercayainya. Lelaki itu meyakini bahwa semua ini hanyalah semacam bualan belaka, karena dianggap sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk melambungkan derajat dan mendapatkan kehormatan secara universal.     

Pria tua berjubah cendekiawan itu menggelengkan kepalanya dan menghela nafas. "Pohon tua Saintly Way dapat membantu para pertapa dalam memahami prinsip-prinsip Saintly Way, meningkatkan Kekuatan Batin mereka, menstabilkan pikiran dan Jiwa Suci, bahkan juga dapat memurnikan Holy Source di dalam tubuh para Biksu. Jadi, bila seorang bocah muda meneguknya, maka dia akan menjadi seorang jenius dalam hitungan detik. Teh Kuno Saintly Way memiliki khasiat yang sangat baik bagi para pertapa Kekuatan Batin. Kupikir, bila kau sampai meminum teh ini, maka itu benar-benar mubazir..."     

Sebelum pria tua berjubah cendekiawan itu sempat menyelesaikan perkataannya, saat itu terdengar suara bergemeretak dari dalam tubuh Zhang Ruochen.     

Kemudian, segaris Kekuatan Batin – yang kuat – mengalir keluar dari dalam tubuhnya.     

Ternyata, dengan meminum Teh Kuno Saintly Way, maka teh itu telah membantu meningkatkan Kekuatan Batin Zhang Ruochen, hingga kini berada di level 47.     

Tepat pada saat itu, sang pria tua berjubah cendekiawan juga dapat merasakan gelombang Kekuatan Batin yang intens. Sehingga, hal itu membuatnya sempat mematung selama beberapa detik. Kemudian, ia merasa terkejut – karena seorang pemuda yang mempelajari Seni Bela Diri – ternyata juga melatih Kekuatan Batin-nya sampai di level yang setinggi itu.     

Ketika ia berada di kisaran usia Zhang Ruochen, saat itu ia telah menjadi seorang Setengah-Biksu Kekuatan Batin, namun ia belum mencapai level 47.     

Akan tetapi, pria tua berjubah cendekiawan itu segera tersadar dari keterkejutannya. Kemudian, ia berpura-pura bersikap tenang, sebelum akhirnya berkata, "Ternyata Kekuatan Batin-mu cuma seperti itu. Kau sama sekali tidak bisa disejajarkan dengan muridnya muridku. Dia sudah berada di level 49, dan sebentar lagi akan menjadi seorang Sage."     

"Apa dia adalah sosok kedua yang akan menggantikan orang lain dan bertugas di istana pemeriksaan?"     

"Ya."     

Pria tua berjubah cendekiawan itu mengangkat pipinya dan mengelus jenggotnya, yang membuatnya terlihat arogan dan penuh kebanggaan.     

"Dia bukan yang pertama," gumam Zhang Ruochen.     

Pria tua berjubah kerajaan itu dapat melihat bahwa Zhang Ruochen sama sekali tidak paham mengenai derajat yang dimiliki oleh petugas istana kekaisaran, hingga kedua matanya terlihat marah dan ia segera berpaling dari lelaki tersebut. Yang jelas, pria tua ini tidak ingin bicara lagi dengan sosok pemuda yang sama sekali tidak sopan.     

Seorang pemuda berusia 20 tahunan, ternyata sama sekali tidak mau membungkuk kepadanya dan tidak menunjukkan ekspresi yang ramah. Sialnya, pemuda itu sedang duduk di satu meja bersamanya. Yang pasti, pria tua ini sedang merasa sangat kesal.     

Pria tua itu langsung memberi peringatan kepada Zhang Ruochen – bahwa lelaki itu setidaknya harus bersikap sopan di hadapannya – namun lelaki itu masih duduk dengan tenang di sana dengan angkuh.     

Alhasil, itu membuat sang pria tua berjubah cendekiawan ingin memberikan pelajaran kepada pemuda tersebut, selain dianggap tidak sopan, maka sang pria tua juga tidak ingin bila pemuda ini sampai tersesat dan menapaki jalan yang salah.     

Zhang Ruochen sama sekali tidak paham, kenapa pria tua itu bisa-bisanya sangat memperhatikan detil tentang dirinya. Namun, lelaki itu hanya merenunginya dalam diam.     

Ketika pria tua berjubah cendekiawan itu memanggil sang pertapa berjubah hijau dengan sebutan "Leluhur Luo," maka hal itu semakin menegaskan dugaan Zhang Ruochen.     

Yang jelas, pertapa berjubah hijau pasti merupakan salah seorang pemimpin – di antara 10 orang pemimpin – di Akademi Saint Wilayah Timur. Dia adalah Luo Xu.     

Dia adalah sosok bertalenta langka di Daratan Kunlun pada masa 200 tahun silam, dan pria itu pernah mencapai Tingkatan Tertinggi dari Alam Surga. Selain itu, dia juga dikenal sebagai salah seorang Biksu yang pernah lahir di Omen Ridge.     

Dari hasil pembicaraan Beauty Shi dan Luo Xu, maka Zhang Ruochen pun telah mengetahui beberapa kisah mereka.     

Itu berkaitan dengan peristiwa yang pernah terjadi di masa 200 tahun silam.     

Sekte Setan ingin mengembangkan pengaruhnya dan masuk ke dalam Wilayah Timur, sebagai upaya untuk mengimbangi kekuatan Bank Pasar Bela Diri, Pasar Gelap dan istana kekaisaran di tempat tersebut.     

Lalu, Sekte Setan mulai memilih keluarga Qi, salah satu keluarga kuno yang terkenal, sebagai pemberhentian pertama sebelum menduduki Wilayah Timur.     

Jadi, Leluhur Sekte Setan pernah mengeluarkan perintah kepada salah seorang Biksuni di masa itu, Lin Suxian, agar wanita itu menikah dengan putra pertama sang Pemimpin di Keluarga Qi, Qi Xiangtian.     

Namun, Luo Xu dan Lin Suxian telah saling jatuh cinta.     

Saat itu, Luo Xu pun pergi menuju ke kantor pusat Sekte Setan untuk memperjuangkan cintanya seorang diri. Di sana, pria itu sempat membunuh beberapa figur tangguh Sekte Setan. Pada peristiwa itu, di sana terjadi pertumpahan darah, hingga darah-darahnya sampai menggenangi area sepanjang lebih dari 6 kilometer. Bahkan, Luo Xu sempat membunuh seorang Biksu ketika ia masih berada di Alam Setengah-Biksu.     

Namun, saat itu Luo Xu sedang berjuang sendirian, dan ia pun gagal membawa wanitanya pergi dari sana. Yang jelas, pria itu menyaksikan sendiri bagaimana wanita yang dicintainya tiba-tiba menikah dengan Keluarga Qi di Wilayah Timur.     

Saat itu, Ling Feiyu, yang menjabat sebagai seorang Biksuni pertama, adalah sosok yang mengalahkan Luo Xu.     

Setelah mendengar cerita itu, maka Zhang Ruochen pun kembali teringat mengenai sosok wanita berpakaian kerajaan yang ditemuinya kemarin. Ternyata, wanita itu adalah sosok wanita tercantik di dunia pada masa 200 tahun silam, yakni Lin Suxian.     

Tapi sekarang, Lin Suxian telah menjadi salah satu Wakil Pemimpin Istana Saintess di Sekte Setan. Jadi, wanita itu memiliki derajat yang tinggi di Istana Saintess, dan hanya berada di bawah Ling Feiyu.     

Zhang Ruochen pun langsung menghela nafasnya. Yang jelas, Zhang Ruochen masih kesulitan untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah.     

Lagipula, Ling Feiyu telah berusaha keras untuk menyelamatkan hidup Luo Xu selama pertempuran tersebut.     

Sebab, bila itu adalah sosok tangguh lain dari Sekte Setan, mungkin Luo Xu pasti akan terbunuh di kantor pusat Sekte Setan pada masa 200 tahun silam.     

Jika dilihat dari sudut pandang orang ketiga, maka sebenarnya Ling Feiyu tidak bersalah. Sebaliknya, wanita itu telah berbuat baik kepada Luo Xu dan Lin Suxian.     

Apalagi, Luo Xu dan Lin Suxian di masa itu sama sekali tidak punya kekuatan untuk berhadapan dengan Sekte Setan. Jadi, bila Luo Xu sampai dibunuh, mungkin Lin Suxian juga akan bunuh diri.     

Setidaknya, itu adalah akhir cerita yang baik bagi mereka berdua.     

Akan tetapi, ketika menyadari bahwa Luo Xu masih hidup, maka Lin Suxian pun segera mengurungkan niatnya. Jadi, wanita itu melampiaskan segala dendamnya kepada Ling Feiyu.     

Wanita itu memberi nama putrinya dengan sebutan "Feiyu". Bukankah itu adalah cara yang baik untuk memelihara dendamnya?     

Meski begitu, tingkat kultivasi Ling Feiyu masih teramat tinggi bagi Lin Suxian. Jadi, selama ini ia masih harus menunggu. Lalu, setelah Ling Feiyu menderita kekalahan dari Kaisar Darah Qingtian, maka seketika itu pula Lin Suxian menggunakan kesempatan tersebut untuk membalaskan dendamnya.     

Akan tetapi, ia tidak akan puas jikalau hanya membunuh Ling Feiyu.     

Maka dari itu, ia akan menyiksa Ling Feiyu dan membuatnya gila.     

Ada banyak dendam yang terjadi di dunia ini, dan semua itu berasal dari satu kata, "cinta".     

Alasan kenapa Luo Xu dapat memaafkan Ling Feiyu karena saat itu ia merasa terbantu, selain karena pria itu juga berpikiran terbuka. Pria itu tidak akan menjadi gila hanya karena diselimuti oleh dendam, sehingga ia masih mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.     

Tampaknya, ungkapan rela yang diucapkan oleh Luo Xu telah sedikit membantu pemulihan Ling Feiyu. Sehingga, sinar tajam dapat terlihat lagi di kedua mata wanita tersebut.     

Luo Shuihan telah memberikan secangkir Teh Kuno Saintly Way kepada Ling Feiyu. Wanita itu juga menerimanya dan meneguknya.     

Luo Xu berkata, "Dengan bantuan Teh Kuno Saintly Way, serta Peta Tujuh Kehidupan dan Tujuh Kematian, maka Pemimpin Istana Ling pasti akan kembali sembuh. Saya harap, semoga Anda tidak membencinya. Sebab, semua ini adalah salah saya. Jadi, saya sendiri yang akan memberinya penjelasan, bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah hal yang salah."     

Pria tua berjubah cendekiawan itu mengamati sebuah scroll di atas meja, lalu mulai menggulungnya, hingga itu membuatnya teringat akan sesuatu. Kemudian, ia berkata, "Luo Xu, Luo Xu, ternyata kau telah membodohiku. Sial, kau adalah seorang pembohong. Katamu kau ingin mempelajari Peta Tujuh Kehidupan dan Tujuh Kematian bersamaku, tapi nyatanya kau malah berniat untuk menyelamatkan hidup orang lain! Apa kau tidak tahu bahwa Peta Tujuh Kehidupan dan Tujuh Kematian ini adalah harta karun milik Sekte Painting? Bahkan, aku harus mempertaruhkan banyak hal untuk membawanya keluar!"     

Luo Xu tertawa, "Saudara Ju.."     

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Meski aku adalah salah satu di antara empat orang Biksu, "Mei Lan Zhu Ju", tapi aku juga pernah dipecundangi oleh ketiga Biksu lainnya!"     

Pria berjubah cendekiawan itu mulai menggertakkan giginya sambil menahan amarah.     

"Pria tua ini adalah salah seorang di antara empat Biksu Pelukis?" Zhang Ruochen pun langsung merasa terkejut.     

Ada lebih dari satu orang pelukis yang mencapai Alam Biksu karena lukisan dan gambarannya. Namun, hanya ada satu orang pelukis yang dikenal sebagai Biksu Pelukis.     

Pria itu adalah sang Pemimpin Sekte di Sekte Painting, Chu Siyuan, yang juga dikenal sebagai Tuan Ju. Lalu, bersama dengan Biksu Guqin – sosok yang memainkan alat musik dengan tujuh senar, alat musik yang mirip sitar – dan Biksu Catur, serta Biksu Buku, maka mereka pun dikenal sebagai empat Biksu "Mei Lan Zhu Ju".     

Mei, Lan, Zhu, Ju adalah perlambangan dari kebajikan dan kebijaksanaan. Biasanya, para Biksu tangguh dan sage kuno di Sekte Confucius sering menggunakan nama mereka untuk mengidentifikasi kelompok masing-masing.     

Namun, Chu Siyuan sendiri tidak berpikir demikian. Meski begitu, ketika pria itu menyadari bahwa gelar Empat Biksu cukup bermanfaat bagi dirinya, maka ia pun tidak terlalu keberatan atas panggilan tersebut.     

Setelah kembali ke Sekte Painting, maka ia menyadari bahwa ternyata gelar itu sedikit lucu.     

Meski demikian, sejak saat itu ia tidak bisa lagi mengubah gelarnya.     

Luo Xu berkata murung, "Saudara Chu, pertempuran yang terjadi di antara Pemimpin Istana Ling dan Kaisar Darah Qingtian telah berkontribusi besar demi kemaslahatan umat manusia. Jika bukan karena beliau, mungkin Kaisar Darah Qingtian telah berhasil melepaskan Pluto. Dan sekarang ini, Pemimpin Istana Ling sedang terluka parah akibat pertempuran tersebut. Jadi, sosok pria terhormat sepertimu, bukankah rela untuk menawarkan bantuan?"     

Pria berjubah cendekiawan itu pun langsung mengangguk setuju. Sebab, menurutnya, panggilan sebagai "pria terhormat" itu cukup benar.     

Pria berjubah cendekiawan itu sedang mengelus janggutnya dan berkata penuh pertimbangan, "Setelah Pemimpin Istana Ling masuk ke dalam Peta Tujuh Kehidupan dan Tujuh Kematian, maka dia harus mengalami tujuh macam kehidupan di dalam sana. Selain itu, dibutuhkan sosok pendamping yang harus mengawaninya, agar dia bisa membantu mengoreksi kesalahan wanita ini dan membawanya kembali ke jalan kultivasi."     

Luo Xu bertanya, "Syarat apa yang harus dimiliki oleh pendamping tersebut?"     

"Pertama, dia adalah sosok yang dipercaya oleh wanita tersebut. Jika tidak, maka pendamping itu hanya akan melukainya di dalam scroll, hingga membuat kondisinya semakin parah."     

"Kedua, Kekuatan Batin-nya harus berada di level 45 atau lebih."     

Pria tua berjubah cendekiawan itu menjelaskan, "Mereka harus mengalami tujuh kehidupan di dalam scroll, dan menghadapi segala macam hambatan. Jika Kekuatan Batin sang pendamping berada di level rendah, lalu ketika dia keluar dari dunia lukisan, maka dia akan kesulitan mencerna semua ingatan di dalam sana. Sehingga, saat keluar nanti, maka dia akan menjadi gila."     

"Ketiga, orang itu harus berada di level Human Sword."     

"Jalan kultivasi Pemimpin Istana Ling selalu berkutat pada prinsip pedang. Jadi, sosok pendamping itu harus memiliki pencapaian yang tinggi terhadap Tao Pedang, agar dia dapat membantu wanita ini mengingat prinsip pedang."     

Pria berjubah cendekiawan itu menghela nafas. "Hanya orang semacam itu yang layak menjadi pendamping dan membimbingnya melewati tujuh kehidupan."     

Mendengar itu, bahkan Luo Xu sempat mengernyitkan dahi. Yang jelas, sangat sulit menemukan orang dengan syarat-syarat tersebut.     

Pada saat itu, langit di atas kapal hijau telah penuh dengan awan darah. Bayangan-bayangan Immortal Vampir terlihat dari balik awan.     

Pasukan Immortal Vampir juga telah mengepung mereka dari tepi sungai. Mereka telah membentuk beberapa Formasi Pertempuran, kalau-kalau Zhang Ruochen berniat untuk melarikan diri.     

Yang jelas, orang-orang di dalam kabin sudah memahami apa yang sedang terjadi di luar kapal. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak peduli terhadap situasi tersebut. Bahkan, mereka masih sempat memikirkan seorang pendamping yang cocok untuk Ling Feiyu.     

Kala itu, tiba-tiba Zhang Ruochen menyadari sesuatu. Lalu, ia mengangkat kepalanya dan menatap Ling Feiyu.     

Wanita itu sedang menatap matanya.     

Apa Ling Feiyu menganggapnya sebagai orang yang paling dipercaya?     

Zhang Ruochen merasa kesulitan untuk mempercayai hal tersebut. Apalagi, lelaki itu belum mengenalnya cukup lama. Jadi, apa Ling Feiyu benar-benar percaya kepadanya?     

Sebelum ia sempat berpikir ulang, terdengar suara kencang dari luar kabin. "Zhang Ruochen, aku datang kemari untuk mengambil Pedang Taotian, seperti yang ditugaskan oleh Kaisar Darah. Cepat keluar dari sana!"     

Chi dingin yang mengerikan, tiba-tiba mendarat dari atas langit, sesaat setelah suara itu terdengar. Akibatnya, Chi dingin itu langsung membekukan area sungai kuno yang cukup luas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.