Kaisar Dewa

Putra Dewa dan Saintess



Putra Dewa dan Saintess

3Man Ye mengelus tangannya yang seperti pilar besi, sambil menyeringai. "Jika mereka ingin menjadi Banner Lord, mana di antara mereka yang bukan sosok bertalenta? Tapi, berapa banyak di antara mereka yang mampu menembus Alam Biksu?"     
2

Zhao Wuliang berkata, "Banner Lord di Istana Nether Heavenly penuh dengan sosok bertalenta, namun tidak ada satupun dari mereka yang memiliki Fisik Saint."     

"Hari ini, apa ada salah satu pemilik Fisik Saint yang mengikuti ujian Banner Lord?"     

Man Ye merasa terkejut. Jadi, ia membuka matanya lebar-lebar seperti dua buah lonceng perunggu.     

Zhang Wuliang mengangguk, "Putra murid Discipline King Chengxu, Bai Yu, memiliki Fisik Saint Flying Fairy. Dia bukan hanya memiliki pencapaian yang tinggi dalam hal Tao Pedang, melainkan juga progres yang cepat di dalam latihannya, karena memiliki fisik spesial."     

Setelah itu, Zhao Wuliang merentangkan salah satu jarinya untuk menuding seorang pemuda tampan di antara kerumunan. "Itu dia."     

Bai Yu berkulit putih dan mempunyai sepasang sayap putih di punggungnya, seperti namanya di dalam tradisi China [Bai berarti bulu putih Yu]. Yang jelas, dia bukan manusia, tapi berasal dari Klan Setengah Manusia.     

Bai Yu sedang berdiri di tengah kerumunan Setengah-Biksu, sambil membawa pedang putih di punggungnya, yang terlihat cukup mencolok dibandingkan yang lain.     

"Kecepatan yang tinggi, dengan kemampuan Tao Pedang yang tak tertandingi. Kalau begitu, maka pria ini pasti mampu mencapai banyak hal di kemudian hari." Kedua mata Man Ye terlihat berbinar, "Aku akan menjadikannya sebagai murid. Jangan berkompetisi denganku."     

"Terserah kau saja."     

Zhao Wuliang hanya tersenyum, dan sama sekali tidak tertarik untuk berkompetisi dengan Man Ye.     

Namun, Man Ye segera menatap Zhao Wuliang, dan merasakan sesuatu yang aneh. "Zhao Wuliang, sejak kapan kau bersikap baik dan dermawan seperti ini? Apa kau punya kandidat lain yang lebih baik daripada Bai Yu?"     

"Hanya sedikit lebih baik daripada Bai Yu. Tapi, aku memang sudah menentukan pilihanku sendiri," kata Zhao Wuliang.     

Man Ye berkata, "Siapa yang berhasil menarik perhatianmu?"     

"Baiklah, tidak ada salahnya memberitahumu. Dia adalah putra murid Discipline King Diyuan, Ning Guihai. Dia telah mempelajari teknik dan trik-trik membunuh, meracun, menggunakan cacing darah, menghilang, dan sebagainya. Bahkan, dia telah mempelajari semuanya sejak muda. Belum lama ini, dia berhasil membunuh salah seorang Setengah-Biksu di level kelima. Selain itu, aku punya relasi khusus dengan Discipline King Diyuan. Jadi, secara natural, aku akan membantunya bila dia berhasil masuk ke dalam Istana Nether Heavenly."     

Bagaimanapun juga, ketika Setengah-Biksu di level ketiga berhasil membunuh Setengah-Biksu di level kelima, maka itu adalah sesuatu yang mengerikan.     

Bahkan, pemilik Fisik Saint tidak akan bisa menyeberang dua tingkatan alam seperti itu.     

Kala itu, terdapat figur lain yang berjalan tegak dari kaki Gunung Poluo.     

Orang itu berusia 30 tahunan, dan terlihat seperti seorang cendekiawan yang pintar.     

Baik Bai Yu dan Ning Guihai sama-sama memandangnya ketika figur itu muncul, dan mereka berdua tiba-tiba ingin mengalahkannya.     

Pria itu adalah putra murid Discipline King Tianji, Yan Kongming, sosok yang dikenal sebagai Thousand-calculation Sorcerer. Yang jelas, reputasinya berdiri sama tinggi dengan Bai Yu dan Ning Guihai.     

Saat ketiga figur tangguh itu sedang berkumpul bersama, maka suasana di sekitar telah berkembang menjadi semakin intens, bahkan sebelum ujian itu dimulai.     

"Menarik sekali, Yan Kongming sampai harus mengikuti ujian ini. Tiga di antara empat perwakilan Discipline King telah berada di tempat ini. Tapi kenapa Discipline King Haiming tidak mengirimkan perwakilannya?" Man Ye mengernyitkan dahi dan merasa penasaran.     

Zhao Wuliang tertawa dengan cara yang aneh, "Mungkin para figur andalannya, yang telah berada di Alam Setengah-Biksu, sudah mati."     

Man Ye menatap kejauhan. Kemudian, ia tertawa ketika menyaksikan tiga pilar cahaya yang sedang bergerak mendekat, "Itu tidak benar. Lihat, bukankah itu perwakilan mereka?"     

"Benarkah?"     

Zhao Wuliang merasa terkejut dan sulit mempercayai hal tersebut.     

Perlu diketahui, bahwa Zhao Wuliang sendiri yang telah membunuh tujuh putra murid Discipline King Haiming.     

Jadi, meski Discipline King Haiming adalah sosok yang kuat, tapi berapa banyak Setengah-Biksu yang mampu dilatihnya?     

Menurut Zhao Wuliang, tidak ada satupun putra murid di kubu Discipline King Haiming yang punya kualifikasi untuk memperebutkan posisi Banner Lord.     

Sementara itu, ketika tiga pilar cahaya itu mendarat, maka seketika itu pula mereka segera memperlihatkan diri masing-masing – Blue Night, Ji Shui dan Zhang Ruochen.     

Di tempat itu, banyak orang mengenal Blue Night dan Ji Shui. Namun, keduanya sudah terlampau tangguh dan tidak dapat ikut serta di dalam kompetisi memperebutkan posisi Banner Lord.     

Pada akhirnya, mereka pun mulai mengamati Zhang Ruochen.     

"Dia perwakilan yang dikirimkan oleh Discipline King Haiming?" Bai Yu menggelengkan kepalanya sesaat setelah melihat Zhang Ruochen.     

"Terlalu lemah. Dia hanya berada di Alam Setengah-Biksu level kedua. Apa Discipline King Haiming benar-benar sudah kehabisan figur tangguh?"     

…     

Mereka pun segera memalingkan muka dan tidak terlalu ambil pusing mengenai Zhang Ruochen. Kala itu, Bai Yu, Yan Kongming dan Ning Guihai, semua orang menganggap bahwa ketiga orang tersebut adalah kandidat terkuat.     

Beberapa Setengah-Biksu yang lebih lemah bahkan telah berencana untuk bekerja sama dengan yang lain. Kalau mereka mampu mengalahkan salah satu di antara ketiganya, mereka akan memiliki kesempatan untuk menjadi Banner Lord.     

Bai Yue, Yan Kongming, dan Ning Guihai, ketiganya terlihat sangat rileks, karena mereka yakin bahwa posisi Banner Lord telah ditetapkan, dan ujian ini hanyalah semacam formalitas bagi mereka bertiga. Jadi, mereka pasti dapat melaluinya dengan mudah.     

Blue Night menatap Zhang Ruochen dengan ekspresi datar. "Pergilah! Kau harus berhasil menjadi seorang Banner Lord di Istana Nether Heavenly, meski harus dengan mempertaruhkan nyawamu sendiri. Jika kau gagal, maka Blood God Venomous Worm itu akan menggerogoti tubuhmu dalam kurun waktu satu bulan, meski Master tidak membunuhmu secara langsung."     

"Tunggu sebentar."     

Ji Shui menghentikan Zhang Ruochen. Kemudian, wanita itu mengeluarkan sarung tangan merah keunguan yang terbuat dari besi, lalu memberikan itu kepadanya. "Saint Raven Fistgloves. Kupinjamkan ini kepadamu. Semoga ini dapat membantumu."     

Zhang Ruochen merasa sedikit terkejut saat menemukan kebaikan di tengah suasana dingin di Sekte Dewa Darah, tempat yang hanya memikirkan tentang nilai individu.     

Zhang Ruochen tidak perlu banyak basi-basi. Jadi, ia segera mengambil Saint Raven Fistgloves tersebut dan memasang ekspresi ramah ke arah Ji Shui, "Terima kasih, Bibi Ji."     

Blue Night hanya melirik Ji Shui sejenak, tanpa mengatakan apa-apa.     

Saint Raven Fistgloves adalah sebuah senjata saint, dengan 536 inskripsi di dalamnya. Meski tanpa dialiri Chi Suci, namun setiap sarung tangan itu akan seberat 250 kilogram, dengan hawa panas yang tinggi.     

Sambil mengenakan sarung tangan tersebut, maka tangan Zhang Ruochen pun akhirnya diselimuti oleh besi berwarna merah keunguan. Setelah itu, ia berjalan maju dan mendekati kerumunan Setengah-Biksu lainnya.     

Zhao Wuliang menatap matahari, yang saat itu sudah naik lumayan tinggi, sebelum akhirnya berkata, "Waktunya telah tiba. Ayo kita mulai ujiannya."     

Man Ye mengangguk. Kemudian, ia menatap para Setengah-Biksu yang berada di bawahnya dan memperkenalkan dirinya dengan suara yang kencang. Setelah itu, ia menambahkan, "Karena kalian sudah berada di Gunung Poluo, maka kalian semua pasti sudah paham mengenai ujian di Istana Nether Heavenly. Tapi sekarang, aku akan menjelaskan kepada kalian sekali lagi."     

Man Ye memutar tubuhnya dan menuding awan di belakangnya. "Apa kalian bisa melihat tiga bendera hitam di puncak gunung tersebut? Peraturan ujian ini sangat sederhana: siapapun yang bisa mendaki di puncak gunung dan mencabut bendera hitam itu lebih dulu, maka mereka akan menjadi Banner Lord di Istana Nether Heavenly."     

Semua orang menatap ke arah yang dituding Man Ye.     

Gunung Poluo setinggi 13 kilometer dan menjulang tinggi menembus awan. Gunung itu terlihat agung, hingga mampu menembus langit.     

Para Setengah-Biksu dengan penglihatan tajam dapat melihat dengan jelas ketiga bendera pertempuran berwarna hitam di balik awan tersebut.     

"Ada sesuatu yang aneh dengan gunung ini," Zhang Ruochen bergumam pada dirinya sendiri.     

Hanya sedikit Setengah-Biksu yang paham mengenai Gunung Poluo. Sehingga, mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mudah mencapai puncaknya.     

Sebelum orang-orang naik ke atas sana, saat itu terdapat dua orang yang mendarat di kaki Gunung Poluo.     

Seorang pria dan wanita.     

Semua Setengah-Biksu yang berkumpul di sana menjadi terkejut dengan kemunculan dua orang tersebut, hingga mereka pun cepat-cepat membungkuk ke arahnya.     

"Salam Yang Mulia, Putra Dewa dan Saintess."     

Zhang Ruochen juga ikut membungkuk bersama para kerumunan.     

Namun, diam-diam ia juga sedang mengamati Putra Dewa dan Saintess.     

Putra Dewa memiliki tiga mata, dengan tubuh yang tinggi dan kuat. Pria itu sedang mengenakan armor pertempuran berwarna emas, dengan tombak panjang berbentuk ular di tangannya, yang membuatnya terlihat sangat bermartabat.     

Saintess sedang berdiri di sebelah kanan Putra Dewa. Wanita itu terlihat anggun, dengan kulit yang lembut dan postur yang ramping. Selain itu, tubuhnya tampak bening seperti kristal, dengan sembilan lapis cahaya biksu di sekujur tubuhnya. Yang pasti, teramat sulit untuk dapat melihat tubuhnya dengan jelas.     

Hanya terdapat satu orang Saintess di Sekte Dewa Darah. Maka dari itu, sang Saintess memiliki derajat yang tinggi di dalam sekte. Lalu, jika sang Saintess mampu mengungguli pencapaian Putra Dewa, maka ia dapat menjadi Leluhur di kemudian hari.     

Tidak ada satupun yang menduga jika ternyata Putra Dewa dan Saintess akan datang kemari. Bahkan, dua orang Banner King – Man Ye dan Zhao Wuliang – masih harus bergegas ke arah dua orang tersebut, sambil mengatupkan kedua tangan ke arah depan dan menyambut mereka berdua.     

"Salam, Yang Mulia, Putra Dewa dan Saintess."     

Mei Lanzhu, sang Putra Dewa dari Sekte Dewa Darah, hanya mengangkat tangannya pelan dan berkata, "Dua Banner King-ku, kalian tidak perlu bersikap terlampau formal. Aku dan Saintess hanya sekedar menjalankan perintah Leluhur dan mengamati jalannya ujian hari ini."     

Man Ye bertanya-tanya, "Jika telah membawa perintah dari sang Leluhur, lalu kenapa Anda berdua masih datang kemari, dan bukannya langsung menuju ke Istana Nether Heavenly?"     

Putra Dewa dari Sekte Dewa Darah itu tersenyum, "Agar kompetisi berjalan dengan adil, maka sang Leluhur meminta kami untuk turut serta ke dalam ujian."     

Semua Setengah-Biksu yang hadir langsung terkesiap.     

Putra Dewa dan Saintess akan ikut serta ke dalam ujian?     

Hanya ada tiga posisi yang diperebutkan. Jika demikian, maka Putra Dewa dan Saintess pasti akan menduduki posisi tersebut. Jadi, hanya tersisa satu tempat yang akan diperebutkan oleh mereka.     

Bahkan Bai Yue, Yang Kongming dan Ning Guihai pun akhirnya mulai gelisah, sambil mengamati satu sama lain.     

Mereka bertiga telah menelan Blood God Venomous Worm, dan mereka semua telah ditugaskan untuk memenangkan posisi Banner Lord oleh para Discipline King masing-masing.     

Jika mereka gagal menyelesaikan tugas itu, maka mereka pasti akan berakhir tragis meskipun akhirnya tidak mati.     

Zhang Ruochen juga merasa sedikit terkejut. Kenapa Putra Dewa dan Saintess harus ikut terlibat? Bukankah itu akan semakin menyulitkan langkahnya?     

Tanpa perlu memberi mereka banyak pertimbangan, saat itu Man Ye tiba-tiba mengeluarkan perintah, "Ujian dalam memperebutkan posisi Banned Lord di Istana Nether Heavenly dimulai sekarang!"     

Sebelum ia selesai berkata "sekarang", saat itu semua Setengah-Biksu sudah menggunakan teknik bergerak masing-masing dan mendaki ke puncak Gunung Poluo dengan kecepatan tinggi.     

Ada banyak sekali hambatan di Gunung Poluo, yang benar-benar akan menguji kemampuan para Setengah-Biksu.     

Sema halnya seperti itu, semakin tinggi mereka mendaki, maka semakin kuat pula tekanan gravitasi yang harus mereka hadapi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.