Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MAWAR MERAH



MAWAR MERAH

0Tidak dipungkiri, ini adalah hari yang bersejarah bagi Arabella dan kebahagiaan bagi pasangan lain yang sudah lebih dulu menikah. Termasuk Livia dan Elizabeth. Meskipun tidak bahagia dengan pasangan, karena suami mereka sudah lebih dulu menghadap Tuhan.     
0

Di sebuah sudut halaman rumah Arabella, Axel menemui Lina dan memberikan sebuah bunga mawar merah yang ia dapatkan dari dekorasi pelaminan adik tirinya itu.     

Terkesan sangat membagongkan, mungkin. Tapi, dari situ justru tercipta sebuah kelucuan dan sesuatu yang sangat memberi kesan mendalam tersendiri di hati Lina yang sudah 3 tahun menjadi istrinya     

"Ini sayang buat kamu dengan bunga ini Aku menyatakan perasaanku bahwa aku sangat mencintaimu," ucap Axel sambil berjongkok dan memberikan bunga mawar merah itu kepada Lina. Istrinya.     

Lina yang seharusnya menunjukkan ekspresi penuh sukacita karena selama mereka menikah baru kali ini Axel pemberinya bunga... Tapi, ini lain. Ekspresi dia jauh berbeda malah menatap sang suami dengan tatapan penuh selidik seolah-olah.     

Lelah terus berada di posisi seperti itu apalagi dia berdiri di atas bebatuan koral lututnya terasa sakit Axel pun berdiri.     

"Kamu mau ini nggak ini buat kamu? itu buat nyatain cintanya aku ke kamu loh! Mau nggak, sih?" tanya pria itu kesal. Tapi, tidak diiringi dengan emosi.     

Sementara Lina, dia sudah tidak bisa lagi menahan tawanya. "Kamu mendapatkan bunga ini dari mana?" tanyanya.     

"Ini, ya?" Mendadak ekspresi Axel jadi berubah. Yang semula sangat percaya diri, berubah panik dan salah tingkah. "Aku memberikannya tulus untuk menyatakan perasaanku ke kamu. Kenapa kamu masih bertanya dari mana aku mendapatkan bunga, ini?" tanya Axel gugup sambil sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

"Iya... aku tahu kamu ikhlas dan tulus menyatakan perasaanmu melalui bunga mawar merah ini. Terus, apakah aku salah menanyakan dari mana kamu mendapatkan dalam keadaan dan suasana yang begini?" tanya Lina sambil memicingkan mata dan tersenyum tertahan.     

"Ini ya? Apakah penting aku mendapatkan bunga nya dari mana?"     

"Tentu saja. Aku tidak mau, jika nanti setelah senang menerima bunga pemberian darimu tiba-tiba ada orang yang merasa kehilangan atau bunga yang dimilikinya berkurang," jawab Lina.     

"Hehehe Kenapa kamu peka sekali sih sayang dia memang aku mengambil itu dari dekorasi pelaminan nya Arabella dan Samuel," jawab pria itu sambil tertawa konyol.     

"Apa?" tanya Lina terkejut.     

"Cuma satu saja Kak sayang di sana kan ada banyak. 2 pengantin itu tidak akan menghitung ada ada berapa tangkai bunga mawar. Pasti juga tidak akan ketahuan."     

***     

"Cha, Tanto merasa kalau Axel sudah mulai sadar dan merasa bersalah atas apa yang dilakukan pada Alea dulu," ucap Elizabeth, ketika mereka berdua mengobrol di tempat yang terbilang sepi jauh dari keramaian pesta.     

"Kenapa Tante bisa begitu, yakin?"     

"Ya beberapa hari yang lalu Lina mengatakan bahwa Axel bertingkat terlalu aneh dia mendatangi tempat mana saja yang pernah didatangi dengan Alea dulu."     

"Kenapa?" tanya Chaliya kaget. Sungguh demi apapun, Wanita itu sama sekali tidak berharap bahwa pria yang dibacakan tante Elizabeth merasa jatuh cinta lagi dan merasa berhutang perasaan setelah menyadari betapa sadisnya dia dulu.     

"Dia merasa bersalah dan diteror saja dan satu lagi yang perlu kamu tahu Dia merasa bahwa Alya masih hidup dekat dengan dirinya dan mengawasi dia selalu dia ingin bertemu untuk meminta maaf supaya hidupnya menjadi tentram dan tenang," jawab Elizabeth.     

"Entahlah Tante aku juga tidak tahu titik tapi sepertinya setiap kebenaran dan keburukan akan terungkap dengan sendirinya mungkin juga termasuk tentang jati diriku yang sebenarnya," jawab Chaliya seperti prustasi saja.     

Pandangan wanita itu menoleh ke sebelah kanan di sana dia melihat adegan romantis dari pasangan yang sudah lebih dulu menikah dari dirinya. Axel dan Lina. Keduanya bercanda dan saling bermanja hingga tanpa sadar Chaliya tersenyum karena ikut merasakan bahagia yang dirasakan oleh pasangan tersebut.     

"Kamu lihat, apa?" tanya Elizabeth samb melihat ke arah mana Chaliya mengedarkan pandangannya.     

Wanita itu diam tidak menjawab. Nanti, tente Elizabeth juga pasti akan tahu apa yang dia lihat dan yang membuat dirinya tersenyum.     

Tanpa sadar Elizabeth juga ikut tersenyum ketika melihat apa yang juga dilihat oleh Chaliya, setelah memandang lagi ke wajah Chaliya yang masih tersenyum.     

Dalam hari ia mengakui, bawah wanita di depannya memang tidak memiliki perasaan dendam lagi yang diharapkan adalah setiap orang yang dia kenal harus hidup bahagia dan damai bersama pasangan masing-masing.     

"Tante aku cari Dicky dulu, ya?" ucap wanita itu sebelum memohon diri ketika dia menyadari Dan teringat bahwa sejak tadi dia tidak bersama dengan suaminya entah kemana dia.     

Cukup lama Alea mencari suaminya ke mana pun tetapi juga tidak ketemu bahkan beberapa kali dia menelpon panggilannya memang terhubung hanya saja dikit tidak mengangkatnya.     

"Ke mana dia, ya?" gumamnya lirih. Hingga tanpa sadar ia melangkah sampai hampir belakang rumah tante Livia. Dia mendengar seperti orang yang telah berbicara Ia pun menghentikan langkahnya dan mempertajam.     

Tahu itu seperti suara di gigi dan seorang wanita, Chaliya melangkah perlahan mendekat untuk mengintip kira-kira dengan siapa suaminya berbicara. Hingga tepat di belakang dapur, terlihat olehnya Dicky berbicara dengan seorang perempuan mengenakan pakain serba hitam yang nampak berbicara.     

Tapi, tunggu dulu. Keduanya memang berbicara secara sembunyi-sembunyi hanya saja sepertinya mereka telah bertengkar. Chaliya berusaha lebih dekat lagi, agar bisa menangkap suara obrolan mereka dengan jelas.     

"Yah sudah lama sekali aku berpikir dan memutuskan emang ini yang harus aku lakukan karena sangat tidak adil bagiku apabila orang lain memilikimu apabila aku tidak," ucap gadis itu penuh emosi.     

"Dwi... Kamu haru sadar. Menghalalkan segala cara demi apa yang kau inginkan itu tidaklah baik itu bisa membahayakan dirimu sendiri kelak. Kau akan menerima karmanya. Oke, Baiklah apabila kau tidak menerima dengan karma tapi apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai," ucap Dicky. Sepertinya sudah banyak membuang waktu demi memberi pengertian pada gadis berpakaian serba hitam tersebut.     

"Iya aku tahu dengan aku membunuh istrimu tidak akan menjamin kau akan mencintaiku. Bisa saja kelak kau akan move on dan mencintai wanita lain bukan lah aku. Aku tidak kau merasakan sakit. Jadi, alangkah lebih baiknya... "     

Mendengar ucapan itu kedua mata terbelalak ia segera berlari menghentikan ulah gadis yang dia yakini itu adalah Dwi.     

"Dwi! Hentikan!" teriak Chaliya. Dengan cepat dia memeluk Dicky sehingga tusukan yang ditujukan pada Dicky malah mengenai punggungnya.     

"Chaliya!" teriak Dicky. Terkejut.     

Begitupun Dwi. Saking terkejutnya gadis itu sempat diam terpaku dan nyaris tidak mempercayai bahwa dia salah sasaran. Karena, dia tidak merasakan kedatangan seseorang dan tau-tau Chaliya bisa langsung melindungi Dikcy di waktu yang tepat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.