Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PAGI YANG INDAH



PAGI YANG INDAH

0Usai makan malam semua langsung mengantarkan Arabella pulang. Sengaja kali ini dia tidak mampir karena waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih.     
0

"Terima kasih ya? Daah... hati-hati, di jalan," ucap arabella sambil melambaikan tangan kepada Samuel yang ada di dalam mobil.     

Begitu mobil lenyap dari pandangan, Arabella pun masuk ke dalam rumah. Hari ini dia benar-benar bahagia sekali. Dipandanginya cincin berlian yang diberikan Samuel yang katanya itu adalah milik mendiang ibunya.     

'sekarang sudah tidak ada lagi alasan yang membuat aku ragu padamu Samuel. Kau memberikan benda berharga ini yang merupakan peninggalan dari mendiang ibumu padaku, artinya kau benar-benar telah serius padaku. Terimakasih," gumam Arabella, sambil memperhatikan cincin yang dipakainya lalu mengecupnya dan ia pun terlelap.     

***     

Begitupun dengan Samuel, hari ini dia merasa sangat bahagia dan merasa lega karena sudah bisa memberikan cincin itu kepada wanita yang tepat dan dianggap pantas untuk menerimanya.     

Sebelum dia tidur ia meraih benda pipih yang ia letakkan diatas nakas, awalnya sih dia berniat mau menghubungi arabella dan memberikan ucapan selamat malam pada wanita yang baru saja dilamar. Tapi rupanya ia harus mengurungkan niatnya itu, karena begitu ponsel berada di tangannya, masuk sebuah panggilan dari teman satu profesi yang tadi diam-diam menguntit, ya Prita.     

Pasti gadis itu ingin menanyakan kebenaran tentang Arabella. Dia merasa enggan dan bad mood duluan akhirnya lebih memilih mematikan ponsel dan mengurungkan niatnya untuk memberikan ucapan selamat tidur untuk calon istrinya.     

***     

Di sebuah rumah sakit, di mana para keluarga pasien nampak lalu lalang, ke kantin, untuk membeli makan. Mengajak jalan-jalan pasien supaya tidak jenuh jika berada di kamar terus terusan, serta beberapa perawat yang sibuk menyiapkan obat dan para staf yang bekerja di bagian administrasi.     

Samuel tiba pukul enam lewat duapuluh menit. Dia berjalan cepat dan sedikit tergesa-gesa. Padahal dia tidak sedang terlambat.     

"Samuel!" teriak seorang wanita dari belakang sana.     

Pria itu menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke belakang. Ia melihat seorang gadis muda berpakaian formal dan sedikit ketat sehingga dapat menunjukkan lekuk tubuhnya yang seksi dengan jelas berlari ke arahnya.     

"Semalam aku meneleponmu kenapa kau tidak mengangkatnya? Aku tahu kamu belum tidur malam itu karena di panggilan kedua kamu matikan ponsel mu kenapa kamu hindari ku?" tanya Prita.     

Samuel diam, ia enggan menjawab. Justru ia malah mengedarkan pandangan matanya ke objek lain seolah-olah mencari celah untuk bisa dijadikan alasan supaya dapat menghindari Prita.     

"Kenapa kamu diam? Apakah yang dikatakan oleh gadis bersamamu malam tadi itu benar dia adalah calon istrimu?" tanya Prita lagi.     

"Iya," jawab Samuel singkat.     

"Kamu bohong, kan?" tanya Prita sambil tertawa. Tawa yang menipu, karena itu sangat bertolak belakang dengan suasana hatinya saat ini. Dia lebih memilih tertawa dan terlihat bodoh ketimbang harus menunjukkan sisi galaunya.     

"Untuk apa?"     

"Untuk apa kamu bilang? Pasti kamu berbohong hanya supaya bisa menghindari ku iya, kan?" tanya Prita dengan nada tinggi. Entah sadar atau tidak dia berada di keramaian lobby rumah sakit. Banyak orang yang mendengarnya teriakannya dan memandang kearah mereka berdua.     

"Aku memang harus menghindari mu demi menjaga perasaan tunanganku," jawab Samuel titik lalu ia pun segera pergi meninggalkan gadis itu tak peduli apa yang dilakukan oleh perintah menangis atau tidak itu bukanlah urusannya.     

"Jadi selama ini kamu bersikap dingin pada semua gadis termasuk aku karena memang diam-diam sudah memiliki wanita? Kenapa, sih Sam... kamu gak mau jujur saja sejak awal? Aku sudah terlanjur banyak berharap padamu selama ini. Jika saja aku tahu lebih awal mungkin rasa sakit yang aku rasakan tidak akan sedalam ini," gumam Prita sambil berlinangan air mata.     

"Dokter Prita Apakah anda tidak apa-apa?" tanya salah satu perawat yang kebetulan melihat dirinya menangis pilu di tengah-tengah lobby rumah sakit.     

"Aku baik-baik saja." Secepat kilat gadis itu menghapus air mata di kedua pipinya kemudian ia mengedarkan pandangannya ke seluruh lobby, banyak pengunjung rumah sakit dan para perawat serta dokter yang lalu-lalang memperhatikan dirinya. Iya pun jadi merasa malu kemudian buru-buru dia bergegas pergi karena tak ingin jadi tontonan gratis untuk mereka semua.     

***     

"Selamat pagi Arabella.... senang sekali aku melihat wajahmu yang terlihat begitu cerah. Ini, satu cup kopi susu untukmu, supaya tidak mengantuk ketika bekerja," ucap Pak Steven, selaku direktur perusahaan tempat dia bekerja.     

"Terimakasih, Pak. Wah sampai kapan anda terus memberikan satu kap kopi susu gratis setiap paginya pada saya? Kok sepertinya enggak ada bosan-bosannya," timbal arabella sambil menerima pemberian dari atasannya tersebut.     

"Sampai kapan ya nggak tahu bagaimana kalau saya tidak pernah bosan?" jawab pria tampan tersebut. Yang tak lain, dia adalah saudara sepupu Axel, kakak tirinya. Hanya saja, dia keluarga dari pihak ibu. Jadi, misal mereka menjalin hubungan asmara, harusnya tidak ada masalah. Hanya saja Steven bukanlah tipe Arabella. Gadis berdarah Indonesia Jerman tersebut lebih menyukai wajah wajah wajah pria Indonesia asli, seperti Samuel misalnya, meskipun katanya dia memiliki campuran Meksiko, tapi sangat tidak terlihat. Wajahnya benar-benar identik khas Indonesia banget pokoknya. Tapi, cakep.     

"Bagaimana kalau aku tidak pernah bosan? Apakah kiranya kau akan bosan menerima pemberian kecilku ini setiap pagi?"     

"Oh tidak kok pak Saya justru senang setidaknya saya bisa menghemat uang Rp.20.000 setiap paginya Karena untuk kopi susu sudah diberikan oleh anda," jawab Arabella.     

Walaupun arabella tidak menyukai Stephen dia tidak pernah memperlakukan pria itu dengan buruk dan semena-mena apalagi manfaatnya Kanya karena semua juga tahu kalau Steven adalah seorang manajer di perusahaan tersebut. Jadi dia tetap sopan dan tahu batasan.     

"Kamu lihat si Galang itu dasar centil banget, sih!" ucap Sisiel pada teman satu geng nya. Dia di kantor bisa disebut sebagai musuh oleh arabella karena gadis itu selalu mencari saja masalah dan celah supaya dapat menjatuhkan posisi Arab ila yang selalu menjadi kepercayaan Pak Steven.     

Sisil pula lah, yang mendapat julukan macan kantor oleh Arabella.     

"Ya sudah kita pura-pura aja diam sebentar lagi dia juga pasti lewat sini, kan? Kita pura-pura aja cuek, terus kita jika dia biar jatuh ke tumpahan kopi panas biar tahu rasa tuh!" umpat Debora, teman satu geng Sisil, yang hanya terdiri dari tiga orang saja.     

"Iya siapa tahu dengan tersiram kopi panas muka jalannya bisa hancur dan Pak Steven tidak akan mau deket-deket nya lagi karena jijik, hahaha," sahut Intan.     

"Sudah, diam-diam... dia sudah makin dekat. Lebih baik, kita pura-pura aja sibuk dengan HP," ucap Sisil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.