Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PRANK



PRANK

0Diam-diam Dwi mengikuti Dicky dan Chaliya. Hanya saja, gara-gara tanpa sengaja dia menabrak seseorang, dan membuat barang belanjaannya berantakan, ia harus membantu memunguti barang-barang tersebut.     
0

Inginnya hanya meminta maaf saja lalu pergi terus menguntit target. karena keadaan di sekitar ramai mana yang ditabrak adalah ibu hamil yang perutnya sudah besar, terpaksa pencitraan pun harus dilakukan.     

"Aduh Ibu maaf saya tidak sengaja," ucapnya sambil memunguti benda-benda yang terjatuh berserakan di lantai minimarket tersebut dengan cepat dan memasukkannya kembali ke dalam ranjang.     

"Tidak apa-apa, Dek. Terima kasih lho ya udah dibantuin," ucap wanita itu. Dia tidak membantu Dwi memunguti barang belanjaannya sendiri. Karena perutnya yang besar dia kesulitan untuk duduk.     

"Ini belanjanya banyak sekali Kenapa tidak menggunakan troli? Apakah tidak bahaya jika angkat angkat berat, Bu?" tanya Dwi berlagak simpati dan baik. Padahal, jauh di dalam hatinya yang terdalam, dia tidak sebaik itu. Dia mengumpat tiada habis.     

Hingga ketika dia menyelesaikan mengambil barang-barang itu dan memasukkannya kembali ke dalam keranjang, dia harus kehilangan Chaliya dan Dicky yang sudah sejak tadi dia ikuti secara diam-diam.     

"Hah! Sial! Harusnya aku sudah bisa membunuhnya saat ini juga!"     

***     

"Halo ibu kami sudah kembali," ucap Alea sambil membawa barang belanjaan yang cukup banyak.     

"Oh rupanya kalian sudah kembali! Ya sudah, letakkan saja di sini," ucap Yulita.     

Tadi, dia memasakkan makanan kesukaan putrinya. Hanya saja, persediaan kayu manis dan pala bubuk ternyata habis. Jadi, Dicky dan Alea tadi ke mini market hanya membeli dua benda itu saja.     

Usai sarapan, mereka bertiga pergi ke panti. Sementara pak Rafi sudah ke kantor sejak pukul setengah delapan tadi.     

"Sayang, kamu ikut ke panti, kan?" tanya Chaliya.     

"Untuk hari ini aku akan menemanimu ke manapun kamu pergi termasuk bermain dengan anak-anak di panti asuhan. Tapi mulai besok aku akan kembali aktif bekerja. Apakah tidak apa-apa?"     

"Iya tidak apa-apa. Terima kasih ya atas waktumu hari ini Aku merasa senang sekali," jawab Chaliya. Secara sembunyi-sembunyi, wanita itu berjinjit untuk mengecup pipi suaminya.     

"Hey, kamu nakal sekali bagaimana nanti kalau Ibu menoleh kebelakang dan melihat apa yang kamu lakukan? Mau taruh di mana muka kita?" bisik Dicky.     

"Ya tetap ditaruh pada tempatnya kotor di mana lagi emangnya kamu bisa merubah muka mu di tempat lain?"     

"Dasar nakal!" Dicky mencubit hidung Chaliya dengan gemas.     

***     

Dengan wajah yang cerah sumringah, Raffi berangkat bekerja, karena hari ini suasana hatinya sangat baik sekali.     

"Selamat pagi Pak Rafi!"     

"Iya, selamat pagi juga," jawabnya bahkan tidak seperti biasanya dia juga menyebut nama staf yang menyapanya satu persatu.     

Emang jabatannya tidaklah begitu elite. Namun setidaknya di bawahnya masih ada orang yang jabatannya lebih rendah darinya.     

Namun entah kenapa, hari ini dia merasa aneh dengan orang-orang kantor. Seperti ada yang berbeda dan tidak sama seperti biasanya.     

Namun dia berusaha acuh tak acuh, mungkin keanehan ini terpancar dari hatinya yang sedang merasa bahagia karena bisa bertemu kembali dengan satu-satunya Putri yang dia miliki Dan yang sudah dia kira meninggal.     

"Pak Rafi, Anda diminta datang ke ruang HRD sekarang juga," ucap salah satu karyawan an-naba dalam satu ruangan bersamanya.     

"Baik, terimakasih, ya?" jawab pak Rafi.     

Dia merasa tidak melakukan kesalahan ataupun pelanggaran apapun. Tapi kenapa tiba-tiba HRD meminta dirinya supaya datang ke ruangannya saat ini juga? Bingung panik penasaran dan bertanya-tanya dalam hati, jelas ada. Tapi, sudah menjadi prinsipnya akan menghadapi apapun dengan tenang selama dirinya tidak bersalah.     

"Tok tok tok!" dengan penuh percaya diri, pria itu mengetuk pintu ruangan HRD, setelahnya dia membetulkan posisi dasinya supaya rapi.     

"Masuk!" jawab seorang wanita dari dalam sana.     

"Selamat pagi Bu. Apakah Bu Ayu memanggil saya?" tanya Rafi dengan santun.     

"Iya Pak benar Saya memanggil anda silakan duduk!" ucap bu Ayu dengan ramah.     

Pria itupun mematuhi perintah wanita tersebut duduk di depan kursi yang telah disediakan dengan baik kemudian dengan tenang dia mulai bertanya,"ada apa, Bu kiranya sepagi ini anda sudah memanggil saya untuk datang ke ruangan anda?"     

"Karena memang ada hal penting yang perlu saya sampaikan kepada anda Pak Rafi," jawab wanita itu dengan raut wajah yang tak kalah semringah dengan wajahnya tadi ketika tiba di kantor.     

Melihat ekspresi yang tidak biasa bu Ayu, Pak Rafi jadi semakin bingung dan bertanya-tanya dalam hati. 'hal penting apa yang akan disampaikan kira-kira? Bukankah biasanya dia selalu memasang muka datar masam dan menakutkan?'     

"Jadi begini Pak Rafi, sekarang ada bereskan barang-barang ada dari kantor mulai besok anda tidak perlu bekerja di kantor itu lagi," ucap bu Ayu sambil tersenyum.     

Tapi, Raffi yang Mendengar hal itu langsung melotot terkejut. "Apakah saya akan diberhentikan bekerja, Bu? Tapi salah saya apa? Bukankah selama ini, saya selalu disiplin mengerjakan tugas dan datang pun juga tidak pernah telat?" tanya pak Rafi.     

Sebisa mungkin dia akan tetap mempertahankan dirinya sebagai karyawan di perusahaan ini. Karena ada banyak perut anak kecil yang dia pikirkan isinya supaya tetap kenyang dan tidak kelaparan. Meskipun panti asuhannya sudah terbilang cukup besar dan diakui oleh pemerintah, tetap saja dia tidak akan menggantungkan diri dari sumbangan para dermawan dan pemerintah setempat untuk menghidupi anak-anak yatim piatu yang tinggal di sana.     

Melihat ekspresi Pak Rafi yang terkejut dan bingung serta ingin marah itu Bu Ayu tertawa.     

"Pak... andaak tenang, dulu Pak. Tenang, oke?" ucapnya berusaha meredam kemarahan pak Rafi yang biasa selalu terlihat sabar dan baik.     

"Bagaimana saya bisa tenang jika hari ini adalah hari terakhir saya bekerja. Kecuali memang ada pelanggaran atau kesalahan yang saya lakukan selama bekerja, mungkin saya masih bisa menerima. Tapi nyatanya selama saya bekerja disini sedikitpun saya merasa tidak pernah melakukan kesalahan apalagi hal yang fatal sampai tidak ada peringatan langsung dipecat seperti ini."     

"Maaf Pak saya bicaranya masih belum selesai. Anda mulai besok memang sudah tidak bekerja di ruangan tersebut lagi. Karena, anda sudah memiliki ruangan sendiri, mulai besok," ucap bu Ayu.     

Wanita itu bicara pun masih tetap dengan tertawa. sepertinya memang sengaja ingin mengerjai atau mengeprint pria tersebut.     

"Apa Anda bilang ke ruangan khusus untuk bekerja? Bagaimana, Bu? Saya tidak mengerti?"     

"Begini saja, supaya Anda bisa mudah mengerti. kemasi barang anda dan bekas-bekas anda serahkan pada Julia. dia yang akan menggantikan posisi anda saat ini. Lalu posisi anda sekarang berpindah menjadi prosedur perusahaan," ucap bu Ayu masih dengan senyuman lebar dan tulus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.