Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MEMBUKA RAHASIA



MEMBUKA RAHASIA

0"Nak Chaliya, Apakah barusan yang berbicara itu kamu?" tanya bu Yulita. Dia tidak mau terjadi salah paham. Jadi, dia bertanya langsung.     
0

"Iya ini suaraku," jawab wanita itu tersenyum dalam tangis. Tangisan hari, karena akhirnya dia bisa dengan mudah membuka jati dirinya di depan kedua orangtuanya.     

Dua orang dewasa itu saling pandang. Mereka masih belum mengerti, Bagaimana bisa, Chaliya yang memiliki suara cempreng dengan logat khas orang negeri gajah putih menirukan suara putrinya yang memiliki logat khas Indonesia banget, datar tenang dan tak pernah heboh.     

"Ayah, ibu... sebenarnya aku ini adalah Alea. Allea Putri kalian yang kalian kira sudah lama meninggal masih hidup dia sudah berdiri di depanmu hanya saja identitasnya tertukar oleh orang lain," ucap Chaliya.     

"Bagaimana bisa? Apakah mungkin?" tanya bu Yulita dengan tubuh bergetar. Ingin sekali berkata jika Chaliya mengada-ngada. Tapi, hati kecilnya berkata tidak. Dia senang dengan itu. Ada kedamaian dan rasa lega di sana.     

"Sebenarnya aku tidak mati, Bu. Yang mati itu adalah orang lain. Itu rekayasa Andra saja."     

"Andra? Jangan-jangan suamimu itu.... " ucap pak Rafi, ragu.     

"Tidak, Ayah. Dia adalah Dicky. Akupun terkejut ketika pertama bertemu dengannya dulu."     

"Coba, katakan sesuatu yang membuat kami yakin bahwa kau benar-benar Chaliya!" seru Yulita.     

"Disaat aku masih kecil, ayah sering memberiku coklat. Ibu melarang karena aku sering sakit gigi. Ayah tidak melarang selama makan tidak berlebihan. Sehabis makan coklat, harus gosok gigi. Jadi, coklat itu aku sembunyikan di bawah bantal."     

"Kau benar-benar Alea putriku... " ucap Yulita dan Radi bersamaan.     

Mereka berdua berlari menghampiri Chaliya Putri nya dan saling berpelukan. Beberapa kali Yulita menciumi Chaliya.     

"Kau benar-benar Alea, rupanya. Bagaimana, ceritanya, Nak? Apakah mama Thassane orang yang menolongmu, untuk menyempurnakan penyamaranmu selama ini?" tanya Yulita sambil menangis haru.     

"Tidak. Dia juga mengira aku ini adalah Chaliya putrinya. Panjang, Bu ceritanya," jawab Chaliya.     

"Bagaimana ceritanya coba ceritakan pada kami!" ucap Rafi.     

"Kita duduk saja bercerita sambil berdiri juga tidak baik," tukas Yulita.     

Alea menoleh memandang suaminya, memberi isyarat pada suaminya, agar dia juga ikut bergabung bersama orangtuanya.     

Akhirnya Dicky Raffi Alea dan ibunya duduk bersama di sebuah ruang keluarga menceritakan awal mula Alya bisa memiliki identitas lain menjadi Chaliya putri Thassane. Orang Thailand pula.     

"Jadi dulu awalnya ketika aku menjadi buronan, Andra menolongku untuk kabur dari negeri ini secara diam-diam menjadi penumpang gelap atas bantuan salah satu rekannya yang juga bekerja di maskapai internasional. Aku berhasil pergi ke negeri gajah putih. Sesampainya di bandara Thumpet, seseorang memberiku panduan untuk lewat pintu belakang supaya aman dari para petugas imigrasi. Karena aku penumpang gelap.     

Kala itu, kebetulan hujan deras. Aku ingat aku disambar petir. Setelah itu, aku terjaga sudah menjadi Chaliya dengan seseorang menangisiku takut aku mati. Dia adalah Thassane. Katanya, aku terbawa arus laut dan 4 jam baru ditemukan. Begitulah," ujaujar Chaliya panjang lebar.     

Setelah semua orang terdiam ketika mendengarkan cerita dari Alea, Yulita pun mengeluarkan suara.     

"Jadi itu artinya Tuhan masih memberi mu satu kesempatan lagi sebagai orang yang baik. Seperti seorang bayi, dia terlahir baik suci dan murni Hanya saja karena pengaruh dari pola asuh orang tua yang kurang tepat serta anak yang tidak memiliki arahan dia bisa menjadi jahat. Sekarang, kamu sudah berubah, jadilah anak ibu dan ayah kembali, Nak. Rahasia ini biar cukup kita saja yang tahu. Kami memanggilmu tetap Alea.     

Besok ayah dan ibu akan mengatakan pada publik bahwa, kau kuanggap putriku sendiri, dan kupanggil dirimu Alea, nama putriku yang sudah mati. Biarlah orang berkata apa. Yang penting, kami bisa memanggilmu dengan nama yang kami berikan, namun rahasiamu tetap aman kau tidak akan jadi buronan polisi."     

Alea tersenyum senang. Dia menoleh ke arah Dicky. Suaminya membalas senyumannya tipis sekali nyaris tak terlihat. Kemudian mengangguk pelan.     

"Iya, Bu. Aku setuju. Ini hanya sebuah panggilan namun identitas ku tetap seperti pemilik raga ini. tidak akan ada yang curiga. Sekalipun mereka curiga polisi tidak akan mempercayai hal yang tidak masuk nalar.     

Jangankan polisi, tante Elizabeth yang terkenal sebagai ketua mafia di negeri barat sana menyelidiki tentang identitasku saja tidak mendapatkan hasil yang memuaskan."     

"Apa kamu bilang? Apakah yang kau maksud itu Nona Elizabeth ibunya Axel?"     

"Iya dia. Sebelum menantunya bulan meninggal aku sempat mengerjain nya mengaku bahwa diriku ini adalah Alya datang ke sini untuk membalas dendam. Dia gila karena perkataanku, sebab di depan orang lain Aku pura-pura tidak mengerti dengan apa yang dia katakan."     

Alea tertunduk lesu. Iya seperti menyimpan sebuah kesedihan dan penyesalan yang begitu mendalam.     

"Kamu bisa mengerti kau, Nak. Apapun yang menimpamu, itu sungguh menyakitkan. Orang-orang sedikitpun Tidak ada yang simpati, hanya memandang dari sisi buruk mu tidak menyalahkan Apa yang dilakukan Axel. Padahal, dia juga sangat tidak manusiawi. Mengungkapkan kata cinta hanya demi kepentingan pribadi, supaya bisa naik pangkat dan diakui sebagai ketua intelijen terbaik di Indonesia."     

Mendengar kalimat yang diucapkan oleh ibunya perlahan, Alea mendongak. Bibirnya melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman.     

Memang benar apa yang dikatakan oleh pepatah, di dunia, setiap anak masing-masing diberikan 1 malaikat penjaga oleh Tuhan, yaitu seorang ibu. Dia rela sayapnya terluka dan patah demi melindungi anak-anaknya, apabila anaknya terluka dialah yang lebih dulu menangis sebelum anak itu menitikkan air mata. Apabila anak berada dalam masalah, tanpa diberitahu seorang ibu sudah mengerti Seperti apa perasaan putrinya bersalah atau tidak mereka juga akan lebih mengerti daripada orang lain yang hanya bisa main hakim sendiri.     

Yulita seperti mengingat sesuatu. Kemudian membawa putrinya menjauh dari suami dan menantunya, setelah cukup jauh, dan kira-kira dua pria itu tidak mendengarkan obrolannya, Yulita berkata lirih dan pelan sekali.     

"Tunggu dulu, sebelumnya, kau memiliki hubungan dengan Axel, dan hampir menikah, bukan? Tapi, di hari pernikahan mu juga kau pergi dengan pria yang mirip tunangan mu Andra, dia Dicky?"     

"Iya Bu benar pria itu adalah Dicky yang sekarang menjadi menantumu," jawab Alea.     

"Bukan itu yang Ibu maksud. Kita semua tahu kalau kau sangat mencintai Andra, kamu tahan dari godaan Axel yang tampan juga karena cintamu kepada Andra kan? Kembali mengingat Kau adalah Alea, yang dulu berteman dengan Andra, Ibu sungguh bingung. Bagaimana kamu bisa mencintai orang yang tidak kamu sukai bahkan kau bisa tahan dari godaan dari pria yang benar-benar mencintai di masa lalu."     

"Aku masih memiliki hati dan perasaan, Bu. Aku juga bisa berpikir. Mengetahui pengorbanan Andra yang begitu besar tahu apakah susu masalahku dia masih bersedia mencintaiku dengan tulus bahkan membantuku. Saat aku pergi ke negeri gajah putih dia juga memberikan sejumlah uang, supaya aku bisa melakukan operasi yang membuat diriku sepenuhnya berubah. Tapi, sepandai apapun merubah fisik dengan operasi, namanya identitas diri akan bisa ditelusuri. Namun, dengan raga yang tertukar, polisi bisa apa?"     

"Baiklah sekarang ada yang mau Ibu tanyakan lagi. Kok sangat cinta mati pada Andra, kamu menikahi Dicky bukan karena dia memiliki wajah yang mirip dengan tunanganmu itu kan?"     

"Ah tentu saja bukan, Bu. Ketika aku kabur dari pernikahanku bersama Axel statusku dengan Dicky itu masih berteman. Dia memang mengatakan kalau menyukaiku, hanya saja aku menolak Aku masih belum bisa melupakan Andra dari hidupku. Hingga pada suatu saat tuhan menunjukkan kepadaku, bahwa tiki tidak hanya memiliki wajah mirip dengan mendiang Andra tapi dia juga memiliki hati yang tulus ikhlas bisa menerima aku apa adanya seperti yang dilakukan andra.     

Perlahan cintaku padanya pun tumbuh. Dan 1 tahun yang lalu kami memutuskan untuk menikah. Bukankah itu waktu yang cukup lama? Sementara kami sering menghabiskan waktu bersama. Aku bekerjasa menjadi model di perusahaan miliknya yang bergerak di bidang kecantikan."     

"Syukurlah kalau begitu, Ibu lega mendengarnya. Pesan Ibu jangan pernah mencintai seseorang yang hanya karena seseorang itu memiliki kesamaan dengan orang di masa lalu kita. Menjadikan orang lain sebagai pelampiasan cinta itu juga tidak bagus, Nak. Ya sudah, semoga kalian berdua bahagia selamanya. Ibu memberkati kalian."     

"Terimakasih, Bu. Oh, iya Ibu. Tante Elizabeth tahu tentang jati diriku," ucap Chaliya.     

"Dia mengetahui bahwa kau adalah Alea? Bagaimana ceritanya siapa yang memberitahunya apakah dia terus mengawasi dan mencari informasi melalui anak buahnya?"     

"Tidak. Tapi, aku yang mengatakan padanya. Karena dia bertanya kenapa aku terus menerus menyakiti keluarganya tidak puas membikin malu Axel kabur dari pernikahan kami dengan pria lain, gini malah menculik anak Axel yang baru berusia 2 hari.     

Aku benar-benar marah dan emosi jadi aku katakan bahwa Alea adalah aku. Tapi tenang saja dia bisa dipercaya. Buktinya sudah 1 tahun ini rahasia kami tetap aman di tangannya."     

"Ya sudahlah. Lalu untuk kegemarannya apa rencanamu apakah Kau juga akan mengatakan hal ini kepada Axel?" tanya Yulita.     

"Aku tidak tahu ibu aku belum memikirkan tentang itu kalau mengatakan tentang rencana Aku ingin kembali menulis lagi hanya saja dengan pria yang berbeda," jawab Alea.     

Yulita tersenyum. Kemudian memeluk putrinya dan berkata, "menulislah lagi apa saja yang penting jika ada adegan kejahatan di sana kau jangan melakukan hal itu sebagai riset. Tulis pengalamanmu sebagai karya fiksi atau fantasi, ibu yakin tidak akan ada yang curiga."     

"Terimakasih, dukungannya, Ibu." Alea tersenyum dan membalas pelukan ibunya erat.     

****     

"Axel, ini sudah pukul tujuh. Apakah kau tidak pergi ke kantor?" tanya Lina sambil sibuk mengganti pakaian Rajatha putra mereka.     

"Eeeem? Iyaaaaa," jawab pria itu dengan ekspresi malas.     

"Kalau memang bekerja ya cepat bangun kamu nungguin apa aku sibuk," sahut Lina tidak mempedulikan suaminya. Dia memang benar-benar sibuk kali ini karena Susi baby sister Rajatha meminta izin cuti pulang kampung selama 1 minggu.     

Ini baru dua hari, lidah dapat merasakan betapa sibuknya dia menjadi seorang ibu sekaligus istri yang memiliki suami Superman jangalah ngalahin anak bayinya.     

"Kamu minta tolong bibi dong buat ngurus Rajata. Tidak lucu apabila bibit     

yang mengurusku," jawab Axel sambil melihatkan tubuhnya.     

"Ya sudah terserah kamu, kalau kamu mau bangun bangun saja. Jika tidak lanjutkan mimpimu dan terus tertidur sampai besok," cetus Lina, kemudian menggendong Putranya dan membawa keluar.     

"Astaga... Di mana istriku yang manja? Dia lebih sibuk dengan anaknya.., padhal, jika bukan karena aku dia juga tidak mungkin memiliki anak sendiri kan?" Aku memaksa lirih ketika dia sudah duduk.     

Dia berkata seperti itu seolah melupakan bagaimana awal pernikahan mereka berdua dulu.     

Menolak lupa. Dulu, Lina tidak pernah dianggap dan tak pernah disentuh sama sekali kalau bukan karena ulah gila Elizabeth.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.