Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KECELAKAAN



KECELAKAAN

0"Saya sudah siap, Nyonya. Apakah kita berangkat sekarang?" tanya Susi sambil menyangklong tas bayi, sambil menggendong Rajata yang masih pulas tertidur.     
0

Lina yang merasa pusing dengan permasalahan dalam keluarganya dengan mengucapkan sepatah kata pun termasuk menjawab. Jadi dia hanya mengangguk lalu berjalan keluar menemui Pak Supri, dan memintanya agar mengantarkan dirinya ke rumah kakek Hardi Wijaya.     

"Halo, Xel. Bagaiamana keadaanmu, sekarang?" tanya Lina khawatir.     

"Aku baik-baik saja sayang. Kamu tidak perlu khawatir. Bagaimana dengan putra kita Rajata? Apakah dia sudah bangun?" Bahkan sedikitpun Axel nampak tidak mempedulikan keadaan dirinya. Dia sangat memikirkan keluarga dan putranya.     

"Dia masih tidur dalam pangkuan Susi. Aku lagi dalam perjalanan ke rumah kakek. Aku tidak tenang jika hanya meninggalkan mereka berdua saja di rumah meskipun ada banyak bibi, tapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Mama juga masih belum kembali," jawab Lina.     

"Apakah kau mau datang ke rumah sakit untuk menemaniku?" tanya Axel.     

"Kenapa kau masih bertanya seperti itu? Apa sebenarnya yang ada dipikiranmu aku jadi mengkhawatirkan kondisi kepalamu," jawab Lina.     

"Tidak masalah aku hanya sedikit terbentur saja tapi aman kok karena aku menggunakan sabuk pengaman."     

"Bodoh! Lagian aku mau pergi kemana kalau bukan ke rumah sakit untuk menemuimu?" umpat Lina. Dia benar khawatir. Namun mendengar Bagaimana cara Axel berbicara dia Jadi sedikit geram sekaligus pengen tertawa.     

***     

"Tante Elizbath, apa yang membawamu datang ke mari? Mari, Tante, silahkan masuk!" ucap Chaliya dengan ramah memperlakukan tamunya.     

"Terimakasih," ucap wanita itu sambil tersenyum simpul. Namun, tetap saja. Wajahnya tidak dapat menyembunyikan bahwa dia saat ini sedang berada dalam masalah yang cukup berat, terlebih sorot matanya yang nampak sayur dan sedikit kosong ketika memandang ke sebuah sudut.     

"Tante mau minum apa karena di sini dingin, biar aku buatin minuman hangat saja, ya?" ucap Chaliya ramah.     

Elizbath hanya mengangguk pelan. Sambil duduk dengan manis layaknya seorang tamu.     

"Tante jika kau merasa bosan di ruang tamu sendiri, aku tidak keberatan loh jika tante ikut aku ke dapur. Ayo, Tante!" ajak Chaliya bersikap netral seperti, ketika dia masih menjalin hubungan palsu bersama putra wanita tersebut.     

"Karena kau mempersilahkan, maka tante tidak akan sungkan lagi," jawab Elizabeth sambil tersenyum, kemudian ia beranjak dan mengikuti Chaliya menuju ke dapur.     

"Silakan duduk di situ saja Tante," ucap Chaliya seraya menunjuk ke kursi mini bar miliknya.     

"Nyonya, apakah anda butuh bantuan kami?" tanya Christie dan Dwi datang bersamaan, entah dari mana saja. Sejsk tadi, Chaliya juga sendirian.     

"Tidak perlu. Kalian lakukan saja hal lain. Aku masih ada tamu," ucap Chaliya. Sengaja Dia meminta 2 bodyguard-nya untuk pergi ke ruangan lain. Karena dia yakin kedatangan Elizabeth secara tiba-tiba dan mendadak kesini pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan yang bersifat rahasia.     

"Baik kalau begitu nyonya. Panggil salah satu dari kami jika Anda membutuhkan bantuan," jawab Dwi. Kemudian meninggal tempat tersebut.     

"Siapa mereka berdua, Cha?" tanya Elizabeth penasaran.     

"Mereka adalah 2 bodyguard yang dipekerjakan oleh suamiku untuk menjagaku. Karena beberapa bulan ini, aku merasa seperti ada yang mengancam ku, Tante," jawab Chaliya. Tidak sepenuhnya dia berbohong. Memang jiwa dan nyawanya terancam tapi bukan oleh seseorang melainkan oleh seorang arwah yang raganya dia tempati.     

"Oh, meskipun kau sudah tidak pernah terjun lagi di dunia hiburan, sepertinya masih banyak yang iri dengan kehidupan mu ya? Positif thinking aja, itu artinya kehidupanmu jauh lebih baik daripada dia."     

"Ya, Tante benar," jawab Chaliya sambil mengupas satu rimpang jahe emprit. Kemudian mencucinya dan menggeprek di atas telenan, kemudian ia memasukkan ke dalam air yang sudah mendidih dicampur dengan serai, kunyit, kayu manis, dan juga beberapa butir cengkeh.     

"Kamu membuat minuman apa ini, Cha? Aromanya wangi sekali?" tanya Elizbath.     

"Aku tidak tahu apa namanya. Aku merebus jahe yang dicampur dengan serai kunyit kayu manis dan beberapa butir cengkeh. Harusnya sih ditambah dengan kapulaga juga, tapi karena kapulaga nya habis ya sudah tidak aku kasih," jawab Chaliya sambil tertawa.     

Setelah 5 menit mendidih kalinya memasukkan gula batu dan mengandung anaknya hingga hancur lalu mematikan api dan mencarinya pada wadah besar lalu menuangkannya ke gelas, terakhir, dia menyajikan minuman hangat tersebut untuk tamu, dan dirinya sendiri.     

"Rasanya enak sekali, Cha. Mungkin, jika dinikmati pagi-pagi sebagai pengganti kopi ini enak sekali," komentar Elizabeth setelah mencicipi seperti apa rasa minuman hangat yang dibuat oleh Chaliya.     

"Silakan saja Tante! Jika lupa apa aja bahannya kan bisa langsung chat aku."     

Setelah dirasa cukup berbasa-basi, akhirnya Elizabeth langsung mengutarakan apa maksud kedatangannya ke mari.     

"Begini, Cha. Sebenarnya tante malu menceritakan masalah dalam keluarga tante. Tapi, jika tidak mengatakannya padamu, Tante malah takut, masalah ini tidak akan pernah menemukan jalan keluarnya."     

"Katakan saja Tante. Aku akan menyimpan rahasia itu dengan baik seperti tanpa menyimpan rahasia aku," jawab wanita itu dengan serius.     

"Bisa tidak kita ngobrol di tempat lain? Yang sekiranya tidak ada orang yang bisa menangkap obrolan kita," Elisabeth harus sangat berhati-hati. Karena dia tahu di rumah ini kali ya tidak sendirian. Maksudnya masih ada orang lain selain Dia dan suaminya.     

"Bagaimana kalau di kamarku saja Tante? Di sana sudah aku pasang busa kedap suara. Jadi, tidak perlu khawatir lagi."     

"Apakah tidak masalah?"     

"Tentu saja tidak. Kita, akan membicarakan sesuatu yang sangat rahasia. Jadi, jangan sampai ada orang lain yang mendengarkan kita," jawab Chaliya.     

"Baiklah."     

"Chaliya, tante datang ke sini untuk meminta maaf secara pribadi atas nama Axel. Tante sudah memarahinya dan mungkin, saat ini dia juga datang ke kuburan wanita yang dikira adalah Alea. Karena, Tante sudah mencoba memberi dia pengertian dengan cukup keras hari ini."     

"Emangnya ada masalah apa Tante? Kenapa Axel harus datang ke kuburan Alea? Lalu kedatangan tante kesini, untuk meminta maaf pada diriku yang sekarang, atau aku dengan identitas diriku yang sebenarnya, Alea?"     

"Pada Alea. Alea tante mohon jika memang di masa lalu akan menyakitimu terlalu dalam tolong maafkan dia. Apabila di masa lalu tanpa sadar kau mengucapkan sumpah serapah atau sebuah kutukan sekali lagi tante mohon lepaskan kutukan itu," ucap Elizabeth tiba-tiba dia berlutut di depan Chaliya sambil menangis.     

"Tanpa ada apa ini? Jika memang ada masalah katakan saja dengan baik tidak perlu seperti ini!" Chaliya bahkan juga bingung dan merasa tidak enak. Bagaimana tidak? Seseorang yang usianya jauh lebih tua darinya dan pantas menjadi ibunya, malah duduk berlutut tepat di depannya. Dia berusaha mengangkat tubuh Elizbath agar berdiri, tidak berlutut seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.