Cinta seorang gadis psycopath(21+)

hamil



hamil

0"Hahaha. itu menurut kamu. Tapi, seperti apa isi hatinya Apakah kau tahu? Kau harus ingat bro kita ini manusia tidak bisa membaca seperti apa isi hati orang lain. Lain lagi ceritanya jika kau memang titisan seorang dewa yang bisa mengerti seperti apa isi hati istrimu."     
0

Axel berjalan sempoyongan kembali Dia menatap Diki yang memasang ekspresi wajah yang sangat dingin. Sekali lagi dia tertawa terbahak menertawai pria dihadapannya.     

"Apakah kamu tidak tahu bahwa dia pernah cinta mati dengan saudara satu Ayah denganku? Melihat dirimu yang begitu mirip dengannya, Aku ragu sekali bahwa dia benar-benar mencintaimu. Takutnya, wanita itu menikahimu karena pelampiasan saja." Axel tertawa merendahkan. Lalu menepuk pundak Dicky, "Yang sabar ya bro. Kamu harus terima kenyataan, bahwa dirimu hanyalah sebagai pelampiasan," ucap pria itu lagi.     

"Siapa kamu hanya sekedar orang luar yang tidak setiap hari bertemu apalagi mengerti seperti apa kehidupan kami berdua? Bisanya kau menyimpulkan seolah-olah kamu lebih mengerti daripada aku yang menjalani hidupku bersama chalya selama dua tahun lamanya? Kami sudah melalui proses panjang berdua. Namun seperti apa rasanya tidak perlu jika menceritakan pada anda. Anda tidak akan pernah mengerti itu. Oh terkait masalah dia menganggap saya sebagai orang lain atau tidak itu hak dia yang penting Saya mencintainya dengan tulus dan bisa menjadi pria yang dia pilih untuk dijadikan pendamping hidup. Dia juga lebih memilih menyandang sebagai Nyonya Dicky daripadanya Axel," ucap Dicky.     

Chaliya sejak tadi diam bukan dia tidak berani berbicara atau mengatai Axel. Namun entah kenapa tiba-tiba ketika dia melihat Axel perutnya terasa mual. Artinya sejak tadi dia diam hanya menahan diri supaya tidak muntah. Namun sekian lama dia kayak maksa aja jangankan melihat mendengar suaranya saja dia sudah tidak tahan dan akhirnya dia pun berlari menuju toilet.     

"Hoek!" Chaliya pun akhirnya tidak tahan dan terus berlari.     

"Chaliya, kamu kenapa?" ucap Dicky panik. Tanpa mengucapkan sepatah katapun pada aksen Ia pun langsung berlari mengejar istrinya. Mengikuti dan menunggu di depan pintu toilet wanita.     

Setelah istrinya keluar dia langsung memegang kedua pundak istrinya dan memandang wajahnya dengan sangat khawatir. "Kamu kenapa akhir-akhir ini sering banget mual? Bagaimana kalau kita coba saja ke dokter untuk periksa."     

"Aku tidak tahu apa mungkin asam lambungku kambuh ya? Aku memang sedikit stress akhir-akhir ini," jawab Chaliya dengan manja sambil menyandarkan kepalanya pada dada bidang Dicky.     

"Ya sudah kalau begitu kita sepakat pergi ke dokter sekarang ya jangan bandel lagi."     

Axel yang sejak tadi mengawasi mereka bergumam dalam hati, "Jangankan membahagiakan Chaliya, ku. Merawatnya saja tidak bisa. Lihat saja membiarkan istrinya sakit dan membawanya pergi jauh dari rumah. Suami macam apa itu?"     

Tidak puas sampai di situ rupanya Axel terus mengikuti kemana perginya Dicky dan Chaliya. Ternyata mereka berdua pergi ke sebuah rumah sakit.     

Dengan tidak tahu malu Axel langsung menghadang mereka berdua ketika hendak menuju ke mobil yang telah di parkirkan di area rumah sakit tersebut.     

"Suami macam apa kamu ini Dicky? Sudah tahu istrinya sakit masih saja diajak jalan-jalan. Bagaimana kamu bisa membahagiakan dia? Rasanya aku pun tidak yakin."     

"Sayang, perutku tiba-tiba kembali mual setelah melihat dia. Mungkin anak kita juga sangat tidak menyukainya bahkan aku rasanya ingin muntah padahal aku tidak memakannya Hanya melihat dan mendengar suaranya berbicara," bisik Chaliya lirih.     

"Lebih baik kamu pergi ke mobil saja dulu sayang tunggu aku di sana. Biar dia aku yang bereskan," jawab Dicky. Dengan sengaja dia memberi kejutan pada kening Chaliya di depan Axel.     

"Baiklah." Kedua mata Chaliya dan Dicky saling bertemu. keduanya saling tersenyum kemudian Chaliya lebih dulu menuju ke mobil meninggalkan suaminya mengurus parasit yang terus mengganggunya akhir-akhir ini.     

"Akhir-akhir ini dia memang sering mual, apalagi jika di depan makanan yang tidak dia sukai. Sebagai pasangan muda dan belum berpengalaman, tentu saja, kami tidak mengerti. Apalagi akhir-akhir ini Chaliya juga sering makan makanan yang pedas dan asam. Jadi kami berdua berpikir bahwa asam lambungnya sedang kambuh. Tapi ternyata tidak, kondisi lampungnya dalam keadaan baik-baik saja. Dia seperti itu karena telah mengandung benih dariku."     

Axel melotot tidak percaya dengan apa yang dikatakan Dicky. Tapi, dia tidak mau kalah, dan terlihat bego di depan pria yang dia anggap sebagai saingan.     

"Hahaha kamu bisa menghamili nya saja sudah sangat bangga. Apakah kamu tidak tahu siapa yang mengambil keperawanannya? Itu bukan kamu kan aku berani jamin. Karena akulah yang pertama menyentuh dirinya bukan kamu."     

Mendengar ucapan Axel yang begitu tidak pantas diucapkan apalagi di depan umum Dicky benar-benar naik pitam. Dia marah bukan karena ia mendapatkan sisa dari pria itu. Tapi, ucapannya cenderung merendahkan istrinya.     

Tapi, dia cukup berpengalaman. Menghadapi orang yang memiliki temperamen seperti Axel tidak seharusnya dengan emosi yang meluap-luap. Tapi harus tetap tenang agar dia semakin jengkel dan kesal. Sebab, apabila dia menunjukkan sedikit saja emosinya atau amarahnya, pria itu akan senang dan bersorak karena merasa dirinya telah menang. Sebab tujuan utamanya menemui dirinya dan mengatakan hal tersebut juga hanya untuk membuat dirinya marah, apalagi jika sampai bertengkar dengan Chaliya, pasti dia akan bersorak-sorak bergembira.     

Di dunia ini tidak peduli yang pertama atau yang kedua. Yang penting bisa menjadi penghuni tetap hingga akhir. Karena yang dilihat itu adalah yang terakhir bukan yang pertama. Kebanyakan, yang pertama, itu yang menyakitkan, dan hanya sebagai bahan percobaan. Makanya, selalu diingat. Karena rasa sakit di hati susah dilupakan. Lain halnya dengan aku." Dicky tersenyum tipis melihat rekasi Axel. Rupanya dia memang cukup mahir dan lihai dalam memainkan emosi lawan.     

"Kudengar, ketika melakukan denganmu saat pertama kali, dia menyebutkan nama Andra, bahkan ketika dia mencapai klimaks. Lain halnya denganku. Aku, tidak melakukan hubungan badan dengan sangat terpaksa. Aku menunggu sampai dia benar-benar bisa menerimaku. jadi dalam kondisi apapun dia tidak pernah salah dalam menyebut nama. Ya dia selalu menyebut namaku," ucapnya lagi. Dia tersenyum puas melihat wajah Axel yang tampak merah pada menandakan dia benar-benar emosi dan marah atas ejekan yang baru saja dikatakan.     

"Sudah ya bro Aku pergi dulu kamu fokus aja dengan anak dan istrimu sendiri. Tidak perlu repot-repot ngurusin istri orang karena dia sudah ada suaminya." Kali ini giliran Dicky lah yang mengejek dan merendahkan Axel sambil menepuk pundak pria tersebut kemudian dia pergi menuju mobil.     

"Kamu lama sekali apa yang kau bicarakan dengannya?" tanya Chaliya.     

"Kamu kepengen tahu atau kepengen tahu banget?" goda Dicky sambil tersenyum nakal.     

"Ya pengen tahu makanya kamu kasih tahu," protes Chaliya.     

"Kapan-kapan saja ya Aku tidak mau anak kita mendengar hal yang tidak baik. Supaya dia tidak menjadi orang buruk," ucap Dicky. Kemudian dia mencondongkan tubuhnya ke arah Chaliya dan beberapa kali dia mengelus dan mencium perut istrinya yang memang sudah sedikit membuncit.     

Awalnya mereka mengira bahwa perut Chaliya yang sedikit membuncit karena dia banyak makan makanan dengan kalori dan karbohidrat tinggi. Tapi, ternyata, memang usia kandungan sudah menginjak tiga bulan, dan itu baru saja diketahui. Entah, apa yang ada dalam pikiran mereka sebelumnya. Mereka hanya fokus dengan penyakit maag yang memang sudah sejak lama sekali Chaliya miliki. Jadi berpikir ke arah hamil sama sekali tidak ada.     

"Kamu katakan saja Aku yakin dia tidak akan mendengarnya," jawab Chaliya sangat memaksa sambil mengelus kepala suaminya yang berada dalam pangkuannya.     

"Enggak sayang. Walaupun aku laki-laki aku juga tahu dari ibuku. Janin berbicara menggunakan lisan mamanya, dia pun juga dapat mendengar seperti kita yang digunakan untuk Mendengar pun juga telinga mamanya. Berpikir yang macam-macam supaya perkataan yang keluar dari mu adalah kata-kata baik saja, terkait pendengaran lebih baik aku mendengar yang baik-baik aja. Kurang-kurangin untuk keluar agar tidak bertemu dengan pria menyebalkan tadi, anak kita saja dibikin eneg dibuatnya," jawab Dicky membuat Chaliya tertawa terbahak.     

"Kamu ini... Bisa aja sih, Sayang?" ucap Chaliya tertawa.     

"Ya sudah kalau begitu kita langsung balik Bandung aja ya?"     

Chaliya tersenyum sambil mengangguk beberapa kali. Emang akhir-akhir ini dia merasa sering pusing dan mudah sekali lelah. Tapi sekali lagi dia tidak berpikir bahwa dirinya telah berbadan dua. Karena kebetulan selain menderita asam lambung dia juga darah rendah. Jadi apalagi yang dia pikirkan selain mengira bahwa dia memang kekurangan darah. Karena memang gejalanya sama.     

Namun setelah dipikir dan coba diingat-ingat, soalnya asam lambung dan mualnya orang hamil itu memang berbeda. Jika orang hamil sakit dan mual nya di perut bawah. Sementara orang yang menderita asam lambung mual dan ngilunya perut atas bagian ulu hati.     

Tiba di rumah Dicky langsung menggendong istrinya dan membawanya masuk ke dalam.     

"Dicky, Apa yang kamu lakukan cepat turunkan aku jangan sampai bibi Christie dan Dwi melihat kita," ucap Chaliya panik. Tapi, dia tidak berani terlalu keras memberontak, karena takut jatuh, yang nantinya justru malah membahayakan janin di dalam kandungan nya.     

"Aku tidak peduli. Memangnya kenapa jika mereka bertiga melihat? Kita kan pasangan suami istri bukanlah seorang kekasih yang tinggal bersama atau kumpul kebo," Jawa pria itu dengan cuek.     

"Iya aku ngerti mereka juga tahu akan hal itu. Tapi Dicky mengumbar kemesraan di depan umum itu tidak baik. Sebaiknya jangan oke."     

"Izinkan kali ini saja aku terlalu senang bahwa kau akhirnya telah mengandung anakku. Untuk kedepannya Aku tidak akan selesai ini, kecuali jika memang kamu yang minta gendong. Dengan senang hati aku akan menggendongmu," ucap Dicky sambil terus berjalan perlahan. Sementara Chaliya mengalungkan kedua lengannya pada leher jenjang Dicky.     

"Sssst.... Sembunyi, cepat kita sembunyi. Kamu lihat, siapa yang datang!" ucap Dwi pada Christie sambil menunjuk ke arah Dicky yang tengeh menggendong Chaliya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.