Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PERAYAAN KEDUA



PERAYAAN KEDUA

0"Hey, kita ini sedang berbahagia! kenapa kalian semua jadi malah beradu tangis begini?" ucap kakek Hardi Wijaya pada anak, cucu dan menantunya.     
0

dia sudah kehabisan akal harus bagaimana. jia dia ikut larut dengan tangisan mereka, kesedihan dan air mata tidak akan kunjung berakhir.     

"Maafkan kami, Papa," ucap Elizabeth. seketika menghapus air mata di kedua pipinya dengan cepat.     

"Kamu, Axel! Anak kamu sudah kembali. usianya juga sudah dua mingguan, bukan? Tidakkah kau ingin mengadakan tasyakuran, sekalian memberi nama padanya?" tanya sang kakek lagi.     

"Iya Kek. kau benar. Kami harusnya bahagia dan membuat perayaan, sekalian mengumumkan siapa nama bayi ini," jawab pria itu.     

seketika, Rumah keluarga Wijaya kembali dipenuhi oleh banyak orang. orang yang tidak jauh berbeda dengan yang kemarin datang saat oengenalan anggota baru keluarga Wijaya.Awalnya memang banyak yang nampak membicarakan mereka dari belakang, dan sepertinya yang dibahas juga termasuk video tak senonoh kedua orang tua bayi yang tersebar di jagat maya.     

"Terimakasih atas kehadiran bapak dan ibu. dalam acara ini, selain tasyakuran karena telah ditemukannya bayi bapk Axel dan ibu Lina yang sempat hilang kemarin, kami juga akan mengadakan uoacara pemberian nama, sekaligus menginformasikan, bahwa video yang kemarin itu hanyalah sebuah fitnah. karena, hari ini juga, kami mendapatkan informasi dari pihak kepolisian bahwa dua orang dalam video itu bukanlah pak Axel dan istrinya. melainkan, dua orang yang kebetulan memiliki kesamaan ciri-ciri dengan mereka berdua. pelaku sudah di amankan.     

banyak orang yang percaya setelah ada ahaali telematikan yang dibayar mahal oleh Elizabeth. Sebagian besar orang percaya. Namun, ada pula segelintir dari mereka yang bergumam, "Inilah, kehidupan orang kaya, mereka bisa melakukan apa saja dan membeli apapun yang dia mau. termasuk orang lain untuk mengakui kesalahan dengan iming-iming sebagian uang miliknya, yang bagi mereka bukan apa-apa. Namun besar bagi orang yang tidak punya.     

Namun, itu tidak masalah. yang penting sekarang, bagi mereka, nama Axel dan Lina sudah kembali baik. mereka yang tidak setuju dan merasa janggal juga tidak bisa berbuat apa-apa hanya karena lantaran kalah dalam bidang keuangan.     

****     

"Tidak kusangka kau benar-benar menepati janji. Apakah kau mau lihat seperti apa bahagianya keluarga Widjaja sekarang," ucap Dicky pada istrinya.     

"Apakah, kamu lupa Sayang? Kalau aku tidak sepenuhnya menepati janjiku? Putra mereka yang diberi nama Rajata, itu hanyalah sebuah bom waktu. Untuk saat ini hingga usianya sampai 13 tahun kelak dia akan menjadi anak yang paling dibanggakan oleh siapapun, karena kecerdasannya. Kamu tidak sekolah nanti dia berusia 14 tahun."     

Mengingat kejadian itu Dicky hanya tersenyum. Dia memang benar-benar telah melupakan hal itu. "Okelah tidak perlu membahas tentang mereka lagi. Sekarang yang jadi pertanyaanku adalah kau benar-benar menginginkan anak atau tidak?"     

"Seorang anak? Tentu saja," jawab Chaliya.     

"Mau Sekarang, atau menundanya lagi?"     

"Pertanyaan macam apa itu? Usia kita tidak mudah lagi. Aku tidak mau jika nanti saat kita jalan-jalan dikira momong cucu padahal kita ngajak anak sendiri," jawab Chaliya.     

Seketika, Dicky pun tertawa. Dia mendekatkan wajahnya pada pipi Chaliya dan mengecupnya.     

"Sudah berapa lama kamu lepas KB?"     

"Baru kemarin."     

"Ya sudah, kita rajin-rajin saja bikin. Biar kamu cepat hamil," ujar Dicky setengah menggoda Chaliya.     

"Kamu bisa aja, sih?" jawab Chaliya sambil mendorong pipi Dicky menjauh dari wajahnya.     

"Oh, iya. Selama ini kan kamu bekerja jadi model di perusahaan ku. Apakah kamu tidak ingin melihat seperti apa keadaan perusahaan dan juga industri nya?" tanya Dicky.     

Chaliya nampak mempertimbangkan. Ia membayangkan bagaimana jika dia jalan-jalan di kantor, dan pabrik milik Dicky. Menyangkan pasti bisa melihat banyak wanita patah hati.     

"Kamu ngajak aku jalan-jalan ke perusahaan untuk, apa?" tanya wanita itu.     

"Yang pertama sih biar kamu tahu. Memangnya kamu tidak ingin tahu seperti apa perusahaanku kantor dan tempat produksi?"     

"Cuma itu saja, ya?" tanya Chaliya setengah kecewa.     

"Kenapa cemberut gitu? Kemari lah!" Dicky menarik lengan Chaliya dan membawanya dalam pelukan. Dia tahu, dia kecewa karena dia tidak mengatakan pada Chaliya kalau ia juga ingin memperkenalkan dirinya sebagai pendamping hidup pada seluruh karyawannya.     

"Nggak kenapa-napa kok, memangnya kita mau pergi kapan?"     

"Memang kamu maunya, kapan Sekarang, kamu lagi mood apa enggak, buat pergi?" ucap Dicky bertanya balik.     

"Kenapa jadi tanya ke aku ya terserah kamu lah. Kamu maunya kapan kalau mau sekarang aku siap-siap," jawab Chaliya setengah sewot.     

"Ya sudah, kamu siap-siap saja sana, gih! Kita pergi sekarang," ucap Dicky. Dia tersenyum seorang diri. Melihat betapa lucunya Chaliya.     

Dicky berfikir, mungkin kalian sudah mulai merasa ingin dijadikan prioritas dan selalu menjadi yang pertama. Hanya saja dia masih terlalu gengsi untuk mengakuinya. Sebab, selama ini dia sudah terbiasa hidup tanpa adanya cinta selain rasa sakit dan penghianatan yang dia dapatkan.     

"Aku memang lah bukan Andra tapi aku berjanji tidak hanya mukaku saja yang persis dengan dirinya. Cinta dan ketulusanku, harus bisa melebihi dia. Walau, mungkin karakterku juga jauh berbeda dengan dia," sumpah pria tampan itu seorang diri.     

Setengah jam berlalu Dicky mondar-mandir kesana kemari menunggu Chaliya yang tengah berdandan tak kunjung selesai.     

Penasaran berdandan seperti apa istrinya di dalam sana. Karena sudah hampir 1 jam tak juga selesai. Akhirnya Dicky pun mengetuk pintu kamar dan memanggil istrinya, "Cha, udah selesai, belum?"     

"Iya, sebentar lagi. ini juga masih dandan. Tungguin, ya? Bentar lagi kelar kok," sahut wanita itu dari dalam sana.     

"Kamu dandan kayak gimana sih tumben lama banget protes," Diki mulai tidak sabar.     

"Dandan kayak apa gimana? Ya seperti biasanya dong sebentar deh tungguin," jawab Chaliya dari dalam sana.     

"Baiklah, aku tunggu kamu," teriak Dicky. Tapi, sepertinya dia tidak sabar, dan juga penasaran ia membuka pintu kamar yang ternyata bersamaan dengan istrinya juga membuka pintu untuk keluar.     

"Eh, sudah selesai, ya?" tanya Dicky. Tertawa garing, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal tambun kemudian dia bengong saat melihat penampilan istrinya yang sangat cantik glamour namun tetap elegan.     

"Dick... Dicky! Kamu, kenapa memandang aku bengong begitu?" tanya Chaliya. Tiba-tiba dia minder tak percaya diri.     

Dicky tidak menjawab. Dia masih bengong melihat Chaliya mulai dari sepasang kaki jenjang mengenakan sepatu hak tinggi berwarna rose gold, serta dress dusty berbahan sifon dan mekap flawles natural, membuat inner beauty yang dimiliki istrinya kian terpancar kuat.     

"Dicky! Kenapa kamu diam saja? Aku tanya sama kamu. Apakah ada yang salah dengan dandanan ku? Kenapa sih, memandangku seperti itu? aku kelihatan jelek ya?" Protes Chaliya sekali lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.